Share

Peringatan dari Ayah

Bab7

Entah mengapa, Ayah tiba- tiba kembali ke rumah lagi dan membuat Ibu semakin murka padaku.

Bahkan, Ibu tidak keluar kamar sama sekali, hingga menjelang sore, Ayah dan mas Andre pulang kerja.

"Ibu mana El?" tanya Ayah ketika aku yang bukain pintu untuk mereka.

Aku menyalami keduanya. "Ibu mengurung diri, Yah. Nggak mau keluar," sahutku.

"Memangnya Ibu kenapa, El?" tanya Mas Andre, yang memang tidak tahu apa- apa.

"Ada selisih paham sama Ayah," sahut ayah mertua.

Mas Andre menatap dingin ke arahku. Kemudian tanpa bersuara, dia masuk ke dalam kamar.

Aku menyusulnya, ketika Ayah menaiki anak tangga.

Ketika mas Andre memasuki kamar mandi, ponselnya yang terletak di atas nakas terus bergetar. Aku melirik dan menemukan nama Delia terus melakukan panggilan telepon.

Aku meraih benda pipih itu, dan menolak panggilan dari wanita itu. Dengan tangan gemetar, aku membuka ponsel mas Andre.

Tujuanku langsung ke pesan W******.

Lalu, nama Delia menjadi urutan atas dari W**** mas Andre.

Dadaku berdebar kencang, ketika aku membuka pesan mereka.

[ Terima kasih bunganya, mas. Aku bahagia sekali. ]

Itu pesan yang pertama aku baca, kemudian disusul pesan- pesan mesra lainnya, juga foto mereka berdua di sebuah pusat perbelanjaan.

Hingga pertanyaan Delia, yang menanyakan, kapan mas Andre akan menceraikan aku. Oh Allah, sejauh itukah sudah hubungan mereka?

Kemudian, masuk lagi pesan dari Delia yang menanyakan, kenapa panggilan teleponnya ditolak?

Hatiku sakit! Sakit sekali rasanya! Tidak kusangka, rupanya mas Andre menikmati perjodohan ini.

"El, berani sekali kamu buka- buka ponselku!" bentak mas Andre, sembari merampas kasar ponsel miliknya dari tanganku.

Aku tidak tahu, sejak kapan mas Andre keluar dari kamar mandi? Aku benar-benar terbawa perasaan sakit hatiku sendiri.

"Sejauh apa hubungan kalian, Mas?" tanyaku dengan suara serak.

"Kenapa? Lancang sekali kamu," jawabnya dengan tatapan tajam.

"Jika aku tidak lancang, maka aku tidak akan tahu apa- apa, kalau kamu berhubungan dekat dengan wanita itu!" kataku tak mau kalah.

"Memangnya kenapa? Salahnya di mana? Dia wanita yang akan Ibu jodohkan denganku. Dia yang akan melahirkan anak- anakku, wajar jika aku membahagiakan dia, kan?!" seru suamiku tanpa perasaan bersalah sedikit pun.

"Kupikir kamu mencintaiku, Mas. Nyatanya, kamu tega sekejam ini."

"Ini bukan hanya tentang cinta, El. Kamu jangan egois! Ibu dan aku melakukan ini, demi kelangsungan keluarga kita."

"Mas, selama aku hidup sama kamu, apa kamu ingat, kapan terakhir kamu bawa aku jalan- jalan? Berbelanja dan memberiku hadiah?" tanyaku.

"El, kamu nggak usah tanyakan tentang hadiah, atau membahagiakan istri. Jika kamu saja, tidak bisa memberikanku anak dan membahagiakan aku dan Ibu."

Oh Allah, beginikah suami yang aku ingin jaga hatinya? Rupanya, benar kata orang. Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, mungkin pepatah itu sangat tepat untuk mas Andre dan Ibu Delima.

Sama, sama- sama tidak berperasaan.

"Sekarang, kamu nggak usah ikut campur apapun urusanku, mengerti?!" bentak mas Andre. Aku terdiam, menahan tubuh yang bergetar. Rasanya, ingin sekali aku menangis, meluapkan semua rasa sesak dalam dada.

Tapi, kutahan, aku tidak ingin terlihat lemah, aku harus kuat melawan mereka, sampai aku benar- benar tidak mampu lagi.

Mas Andre mengenakan pakaiannya dan terlihat sibuk kembali dengan ponselnya. Begitu penting saat ini Delia baginya, hingga tidak memperdulikan perasaanku sama sekali.

Makan malam pun tiba, aku hanya terdiam dan tidak banyak bicara.

Sesekali, terlihat Ayah melihat ke arahku. Entah apa maksud ayah seperti itu, seakan mengamatiku sedari tadi.

Sedangkan Ibu? Nampaknya wanita itu masih marah dan tetap tidak mau keluar kamar.

"Ibu masih marah, Yah?" tanya mas Andre.

"Iya," jawab Ayah.

"Keluarga Delia meminta kejelasan pada Andre, Yah. Kita diundang makan malam ke rumah mereka besok," terang mas Andre.

Ayah yang semula menyuap makanannya pun terhenti dan meletakkan sendoknya.

Kemudian Ayah menatap dalam wajah mas Andre, tatapannya nampak dingin.

"Andre, apakah kamu menyukai Delia? Sejauh apa hubungan kalian?" tanya Ayah.

Mas Andre pun menghentikan aktivitas makannya.

"Demi Ibu, Andre hanya menuruti saja," jawab mas Andre.

"Sebagai lelaki, kamu seharusnya memiliki prinsip dan keputusan sendiri. Kamu bukan lagi anak kecil, Ndre. Dalam keputusanmu ini, ada yang harus kamu pertimbangkan. Selain perasaan Ibu, perasaan istrimu juga penting," jelas Ayah, membuat mas Andre sejenak menghela napas.

Aku masih terdiam menyimak obrolan mereka.

"Apakah kamu sudah tidak mencintai El lagi? Ingat Ndre, jangan sering- sering membuat istri kamu menangis. Takutnya, nanti kamu yang balik nangis kalau ada orang lain yang akan menyapu air matanya."

Apa maksud ucapan Ayah? Kulirik wajah mas Andre memerah, mendengar ucapan ayah barusan.

Komen (63)
goodnovel comment avatar
Li Hua Nineten
kenapa harus di kunci dan kenapa harus bayar jika ingin melanjutkan.
goodnovel comment avatar
Karina Adja
biasa...bayar dulu...
goodnovel comment avatar
Den Aryo
kereeeennn cerita nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status