Share

Menjadi Istri Dadakan Om Pewaris Tampan
Menjadi Istri Dadakan Om Pewaris Tampan
Author: Henny Djayadi

Bab 0001

Dania memejamkan mata sambil mendesis menahan rasa nyeri di sekujur tubuhnya. Jaket hoodie yang dia gunakan memang mampu melindungi kulit mulusnya dari gesekan dengan aspal, tetapi benturan yang diakibatkan tetap menyisakan sakit di tulang-tulang.

“Kau sudah lebih baik?”

Dania mengalihkan pandangannya ke sumber suara. Tampak seorang pria yang terlihat tampan dan matang dengan potongan rambut undercut berjalan mendekat ke brankarnya. Setelan jas yang membalut tubuh terlihat menyempurnakan penampilannya.

“Maaf, jadi merepotkan Om …?” Dania menjeda kalimatnya seraya menanyakan nama pada orang yang telah menyelamatkannya dari insiden tabrak lari.

“Sangga,” sahutnya sambil mengulurkan tangan. “Sangga Adityawarman,” ulangnya dengan menyebut nama lengkap.

“Saya terlalu senang karena saya lulus sidang skripsi, jadi kurang hati-hati di jalan.” Dania tersenyum sumir mengingat kecerobohannya. “Om!” panggil Dania sambil menelengkan kepala saat menyadari tatapan mata Sangga sedari tadi tidak berpindah fokus yang tertuju ke wajahnya. Dania berusaha melepaskan tangannya yang masih berada dalam genggaman tangan Sangga.

Tiba-tiba ada perasaan tidak nyaman di hati Dania, seolah merasa ada pamrih dari pria yang telah menolongnya. Cerita tentang sugar daddy pun kini menjejali benaknya, hingga membuat Dania memundurkan kepalanya saat Sangga akan menyentuh dahinya yang dibalut kasa.

“Selamat, ya!” Setelah mengurai jabat tangan, Sangga menyerahkan tas Dania. “Maaf aku terpaksa membuka tasmu, aku butuh tanda pengenalmu untuk urusan administrasi rumah sakit.”

Dania hanya mengangguk pelan, sebagai persetujuan. Bukanlah sebuah kesalahan apa yang telah dilakukan oleh Sangga, karena bagaimanapun pria yang saat ini berdiri di hadapannya telah menyelamatkan nyawanya.

“Dania!” panggil Sangga.

Dania tidak heran jika sekarang Sangga mengetahui namanya.

“CCTV yang merekam kecelakaan yang menimpamu sudah diamankan pihak kepolisian.” Sangga menghela napas panjang dan pandangan yang sendu yang tertuju ke mata Dania. “Diduga ada faktor kesengajaan dalam peristiwa itu.”

“Tapi saya tidak punya musuh, Om!” sahut Dania sambil menggelengkan kepalanya menyangkal pernyataan Sangga.

“Ya … tentu … gadis sebaik kamu tentu tidak mempunyai musuh.” Sangga hanya bisa tersenyum menanggapi kenaifan Dania. “Simpan kartu namaku, kapanpun kau membutuhkan, jangan sungkan untuk menghubungi!”

Dania menerima kartu nama itu lalu membaca nama yang tersemat di sana. Sangga Adityawarman, owner sebuah perusahaan konstruksi.

“Simpan saja!” ujar Sangga saat melihat ada keraguan dalam diri Dania. “Istirahatlah! Aku sudah mengurus administrasi dan menebus obat. Setelah kau merasa lebih baik, aku akan mengantarmu pulang.”

Memang tidak ada luka serius yang mengharuskan Dania menjalani rawat inap. Dania hanya butuh menenangkan diri sejenak karena dia masih syok.

“Aku yakin, putri dari Rania Fathana adalah gadis yang kuat,” ucap Sangga sambil mengusap lembut rambut Dania

“Om, kenal dengan mamaku?” Dania tertegun mendengar pria yang berada di hadapannya menyebut nama sang mama yang telah meninggal beberapa tahun yang lalu.

Tidak ada jawaban yang pasti, Sangga hanya membalas dengan senyuman dan mengusap rambut Dania.

***

Dania merasa harus berhati-hati dengan orang baru dikenal, hingga membuatnya menolak niat baik Sangga yang akan mengantarnya pulang. Sangga tidak ingin memaksa Dania, pria itu segera memesankan taksi online dengan alamat seperti yang disebut oleh Dania.

Tatapan mata Sangga seolah menyiratkan hal yang berbeda, sesuatu yang harus diwaspadai oleh Dania. Mungkin karena saat ini sudah ada Dion yang mengisi hatinya, pria yang telah menjadi kekasihnya selama lebih dari dua tahun, hingga membuat Dania bisa mengabaikan semua pesona ragawi Sangga. Ada baiknya setelah ini Dania menghubungi Dion untuk menanyakan kelanjutan hubungan mereka. Dania sangat berharap Dion akan segera melamarnya dan mereka menikah setelah dirinya diwisuda.

Setelah turun dari taksi online yang membawanya, Dania tersenyum lebar saat melihat mobil Dion telah terparkir di halaman rumah sang paman. Dania merasa semesta telah merestui niatnya, tidak ada alasan lagi untuk menunda pembicaraan tentang hubungan mereka ke depannya.

“Saya tidak bisa bersandiwara lebih lama lagi. Om!”

Suara Dion yang menyapa gendang telinganya, membuat Dania memperlambat langkahnya. Sepertinya ada sesuatu yang sangat sangat penting dan serius yang sedang mereka bicarakan.

Dania menyembulkan kepalanya sedikit mencuri pandang untuk mengetahui apa yang sedang terjadi di ruang keluarga. Sebuah pemandangan yang sangat mengiris hati saat Dania harus menyaksikan Dion dan Reisa duduk berdampingan dengan tangan saling bertautan.

“Sebentar lagi, Dion! Bersabarlah … sebentar lagi Dania akan lulus, lalu kalian menikah. Dan secepatnya kamu harus bisa mendapatkan tanda tangan Dania untuk mengalihkan semua aset warisan dari orang tuanya, baik properti maupun perusahaan. Setelah itu kau bisa menceraikan Dania dan menikahi Reisa.” Ari tampak kesal dan marah menghadapi Dion dan Reisa yang hampir saja mengacaukan rencananya.

“Papa harap, kalian berdua tidak melakukan tindakan ceroboh seperti tadi lagi. Karena kalau sampai Dania meninggal … penantian kita selama ini akan sia-sia. Seluruh harta warisan orang tua Dania akan diberikan ke yayasan sosial, dan kita yang telah merawat Dania sejak kecil tidak akan mendapat imbalan apa-apa.” Dengan kalimat yang panjang Ari memberi penjelasan kepada sepasang kekasih di hadapannya.

Dania masih membeku di tempatnya saat mendengar ucapan dari pamannya. Sungguh suatu kenyataan yang sangat mengejutkan bagi Dania. Orang-orang yang dia sayangi dan juga dia cintai ternyata sedang membuat sebuah pemukatan jahat terhadap dirinya. Tabrak lari yang baru saja dia alami ternyata adalah ulah kekasih dan sepupunya sendiri. Tanpa Dania sadari air mata menetes membasahi pipinya saat menyadari semua kebaikan yang selama ini dia rasakan hanya kebohongan saja.

Dania membekap mulutnya sendiri agar suara tangisnya tidak lepas dan terdengar oleh keluarga pamannya dan juga Dion yang saat ini berada di ruang keluarga. Dipejamkan matanya dan dia buka telinganya lebar-lebar untuk bisa menangkap kata demi kata yang sedang diperbincangkan.

“Apa Kak Dion harus menikahi Dania? Apa tidak bisa sekarang saja kita meminta tanda tangan Dania untuk mengalihkan semua asetnya?” tanya Reisa sambil menatap ke arah Dion. Gadis muda yang sepantaran dengan Dania itu terlihat tidak ikhlas jika Dion harus menikah dengan sepupunya.

“Bukankah sejak dulu kita sudah membicarakan hal ini, sejak kita mengetahui isi surat wasiat ayah Dania. Bahkan sejak awal Dion mendekati Dania, itu juga atas persetujuanmu.” Ari mencoba untuk mengingatkan putrinya.

“Untuk pengalihan kepemilikan aset-aset Dania, kita harus mendapat persetujuan dan tanda tangan suaminya. Itu yang kita dengar dari Singgih Sugandhi. Tentu kita akan kesulitan jika sampai Dania menikah dengan pria yang tidak kita kenal. Apalagi kalau sampai pria itu mengetahui apa yang dimiliki oleh Dania dan dia juga ingin menguasai untuk dirinya sendiri,” sambung Ari berusaha meyakinkan Reisa.

“Reisa, mama harap kau bisa sedikit berkorban. Ini semua demi masa depan kalian juga.” Seperti halnya sang suami, Ina juga berusaha meyakinkan putrinya untuk tetap menjalankan rencana mereka, yang dia rasa sebentar lagi akan terwujud.

Ada banyak hal yang baru diketahui oleh Dania hari ini. Selama ini dia tidak tahu perihal wasiat dan warisan dari orang tuanya. Setelah kematian kedua orang tuanya dalam sebuah kecelakaan beberapa tahun yang lalu, Dania dirawat oleh Ari, adik tiri sang ayah. Yang Dania tahu, Ari dan keluarganya sangat menyayanginya tanpa pamrih, itu saja. Bahkan dia tidak pernah menduga jika hubungannya dengan Dion adalah bagian dari rekayasa yang bertujuan untuk menguasai hartanya.

“Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Reisa yang menggenggam tangan Dion semakin erat.

“Jika kalian benar-benar sudah tidak sabar, kita harus mempercepat pernikahan Dion dan Dania.” Ari menatap Dion dan Reisa secara bergantian, seolah menanyakan kesiapan keduanya dengan rencana yang dia ungkap.

“Bagaimana cara meminta tanda tangan Dania?” Dion ingin memastikan jika rencana mereka sudah benar-benar matang. “Saya tidak ingin lebih lama lagi hidup dalam sandiwara. Saya yakin, semakin lama sandiwara ini, hanya akan semakin menyakiti hati Reisa,” sambungnya sambil mempererat genggaman tangan kepada Reisa. Sebesar itulah cinta Dion kepada Reisa, hingga dia rela melakukan apa saja demi kebahagiannya.

“Itu masalah gampang. Setelah kalian menikah, kau bisa pura-pura mengajukan pinjaman untuk membeli rumah, lalu kau selipkan surat itu untuk ditandatangani Dania.” Ari terlihat begitu yakin jika rencananya akan berjalan dengan lancar.

Semakin banyak mendengar, hanya akan membuat Dania semakin sakit hati. Tetapi setidaknya saat ini dia mengetahui apa yang telah direncanakan keluarga pamannya bersama Dion. Dania mengurungkan niatnya untuk menemui keluarganya. Dia ingin menepi sejenak untuk menenangkan diri, atau mungkin juga mengatur strategi untuk menghadapi mereka.

Dengan air mata yang tidak terbendung lagi, Dania berjalan tertatih meninggalkan rumah yang selama ini menjadi tempatnya berlindung.

Dania tidak tahu kemana dia harus pergi. Hanya nama Chiara, sahabatnya yang terlintas di benaknya saat ini. Tetapi saat dia akan menghubunginya, Dania baru sadar jika ponselnya mati dan rusak parah akibat terjatuh saat dia mengalami tabrak lari yang dilakukan oleh Dion dan Reisa.

Dania terlihat bingung di tepi jalan, tidak tahu lagi kepada siapa harus berbagi beban ini, tanpa dia sadari air mata kembali menetes. Hingga sebuah mobil mewah menghampiri dengan pintu depan langsung terbuka. Seraut wajah yang baru dia kenal beberapa saat yang lalu kembali muncul di hadapannya.

“Masuklah!”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sri Sudaryati
Bagus, sandiwara yg hebad demi harta .Masya Allah.....
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status