Share

Chapter 4 - Aku kembali, Kim!

"Kimberly, ada yang mencarimu!" seru seorang waitress dengan suara sedikit lantang.

"Ya Tuhan.. kenapa hari ini aku disibukkan dengan orang-orang yang membuatku pusing. Siapa lagi yang mencariku?!"

"Apa kau kenal dengan orang yang mencariku, Jen?" tanya Kimberly pada gadis yang tadi berseru padanya.

"Mana aku tahu! Lagi pula kau tinggal lihat sendiri di depan. Pemuda itu tak mau dilayani selain denganmu, Kim. Hh.. jangan buat keributan lagi disini, Kimberly! Kau membuat kami sibuk beberapa minggu karena keributan bulan lalu."

Jeni menampakkan wajah tak sukanya. Ia merasa kesal karena setelah keributan bulan lalu Cafe menjadi ramai pengunjung, akibatnya semua karyawan diminta lembur dan tak mendapat jatah libur.

Kimberly keluar dari ruang khusus karyawan dan melangkah ke depan. Sekeras apapun ia memikirkan kiranya siapa orang yang ingin bertemu dengannya, namun tak ada nama selain Alan di otaknya.

"Tak mungkin dia, kan?" gumamnya seraya melangkah.

"Hai, My Princess."

Lambaian tangan seorang pemuda membuat Kimberly terpaku tak melanjutkan langkahnya.

"Kau?"

*

"Ada apa kau kesini, Mike?"

Alan bertanya tanpa menoleh pada anak buah yang diutus untuk menjaga Kimberly. Mata serta tangannya sedang serius dengan berkas proyek barunya.

"Ada pemuda yang menemui nona Kim. Apa saya harus mencari tahu latar belakangnya?" tanya Mike dengan santai.

Alan berhenti dengan aktivitasnya menutup serta meletakkan begitu saja berkas yang tadi sangat serius ia amati.

"Pemuda? Menemui Kimberly?"

"Ya, Tuan."

"Apa Kimberly tampak mengenalnya?" tanya Alan.

"Nona Kim terlihat senang bertemu dengan pemuda itu. Dia juga mengantar nona pulang bekerja. Mereka tampak akrab, sepertinya sudah mengenal lama--

"Cukup! Kau terlalu banyak bicara Mike!" omel Alan.

Mike tampak mengulas senyum tipis menangkap kegusaran di wajah tuannya. Pemuda itu terkadang sedikit usil. Ia tahu apa yang dirasakan oleh sang bos terhadap Kimberly, namun pria itu tak pernah mau mengakuinya.

"Cari tahu tentang pemuda itu! Aku takut dia ingin berbuat jahat dengan keponakanku!" kilah Alan.

Sekali lagi Mike mengulas senyumnya, namun kini setipis tisu hingga Alan tak menyadarinya.

"Baik, Tuan!"

Mike tak mau berlama-lama disana. Ia tak tahan melihat wajah bosnya yang langsung berubah panik.

"Dasar pembohong! Bilang saja kalau kau cemburu, Bos!" cetus Mike pelan.

*

"Kimberly, bukankah itu Borne? Pemuda yang sudah menyatakan cintanya padamu ribuan kali?"

Naina menggoda sahabatnya saat melihat Borne di depan rumah kost mereka. Pemuda itu mengantar pulang Kimberly dengan mobil sport keluaran terbaru. Untung saja penghuni kost-kost an tempat Kim dan Naina tinggal masih belum semuanya pulang dari aktivitas mereka. Jika tidak, mungkin Kim akan menjadi bahan ghibah penghuni kost-kost an khusus wanita itu.

"Jangan berlebihan, Nai! Mungkin hanya ratusan kali, belum sampai ribuan."

Kimberly membalas gurauan Naina dengan gurauan lagi. Keduanya tampak tertawa terbahak-bahak.

"Tapi, Kim, bukankah Borne sedang kuliah di luar negeri? Terakhir yang ku dengar dia kuliah di Australia."

"Heeeeei.. kau update sekali dengan kehidupan Borne, Nai. Jangan-jangan--

"Iiiish... kau ini apa-apaan, sih! Jangan menggodaku!"

Wajah Naina langsung menyembulkan kemerahan. Gadis itu berusaha menyembunyikan rasa gugup dan malu saat Kimberly menggodanya.

"Kau menyukainya?" tanya Kimberly yang kini berwajah serius.

"Ck.. jangan gila Kim! Sejak dulu Borne hanya mencintai satu gadis di hidupnya. Kau!" cetus Naina yang berusaha mengalihkan kegugupannya dengan senyum tipis.

"Aku tak bertanya tentang Borne, Nai. Aku bertanya tentang perasaanmu, apa kau menyukai Borne?"

"Sudahlah! Aku mau mandi. Ocehanmu itu membuat tubuhku gatal-gatal, Kim."

Naina melangkah menuju kamar mandi setelah meraih handuknya. Ia meninggalkan Kimberly sendirian tanpa menjawab pertanyaan gadis itu.

"Dia menghindar!"

*

Tengah malam, tepatnya pukul dua dini hari, Alan masih berada di ruang kerjanya. Pria itu masih membolak balik map coklat berisi data pemuda yang ia minta dari Mike.

Perlahan Alan membukanya, menarik secarik kertas putih dari dalam map. Ia membaca dengan seksama, semua data yang ada di kertas itu tentang Borne.

"Putera tunggal keluarga Brahmaja. Ternyata kau teman sekolah Kimberly, Borne Arial Brahmaja."

Wajah Alan menatap tembok putih di depan namun pikirannya menerawang. Ia sangat mengenal keluarga Brahmaja. Salah satu pengusaha yang kini mulai merasa terancam dengan kedatangan pria itu.

Alan baru merintis usahanya dua tahun lalu di negeri ini. Perusahaan inti yang juga warisan dari orang tuanya berbasis di negeri Sakura. Ia telah membangun cabang di beberapa belahan dunia, dan baru dua tahun belakang memiliki ide untuk membangun cabang di negeri asal ibunya. Bukan serta merta tanpa alasan, dan alasan kuat yang membuatnya kembali ke negeri ini adalah Kimberly Batara, sang keponakan yang empat tahun lalu membuatnya sadar jika terjadi sesuatu di hati pria itu.

*

Beberapa hari ini Borne sangat rajin mendatangi Cafe tempat Kimberly bekerja. Walau tak bisa berbincang sepanjang waktu dengan gadis yang masih saja setia singgah di hati pemuda itu, namun Borne tak nampak bosan melihat Kimberly wara wiri di hadapannya melayani pelanggan yang datang. Meski begitu, justeru gadis itulah yang merasa tak nyaman dengan kehadiran Borne setiap hari disana. Tentu saja ia merasa pekerjaannya selalu diawasi, dan teman-teman kerjanya sudah mulai berbisik membicarakan hubungan Kimberly dengan Borne.

"Jangan datang setiap hari, Borne! Kau menggangguku!"

Kimberly masih saja seperti saat SMA dulu, tak pernah bicara lembut dengan pemuda itu. Namun bukan Borne namanya jika langsung patah arang mendengar kalimat ketus dari mulut Kimberly.

"Aku tidak mengganggu pekerjaanmu, Kim. Aku hanya senang dengan makanan dan pelayanan di Cafe ini," cengir pemuda itu.

Kimberly tak mendebat lagi, ia tahu itu hanya alasan Borne untuk selalu dekat dengannya.

"Hhh.. ngomong-ngomong, apa kuliahmu sudah selesai? Kenapa kau kembali kesini?" tanya Kimberly yang akhirnya turut penasaran.

"Hehehehe... aku kabur!" jawab Borne santai seraya menyuap steak ke dalam mulutnya.

"HAH? Uppss!"

Kimberly refleks menutup mulutnya setelah berteriak. Ungkapan Borne membuat gadis itu terperanjak kaget.

"Kau gila! Kenapa harus kabur? Apa kau membuat masalah?"

"Tidak!" Borne menggeleng santai.

"Aku tak suka jauh darimu, Kim!" ungkapnya terus terang.

"Hhh..."

Kimberly kembali menghela napas panjang dan menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.

"Seharusnya aku tak perlu bertanya sesuatu yang sudah aku tahu jawabannya," cetus gadis itu seraya mencibikkan bibirnya.

Lagi, Borne hanya menyelipkan sebuah cengiran absurd melihat sikap gadis pujaannya yang seperti tengah menyesal dan berputus asa.

*

"Borne, kau tak perlu mengantarku pulang setiap hari. Memangnya kau tak punya pekerjaan selain mengantarku pulang?"

Meski sudah berada di dalam mobil sport berwarna biru metalik milik Borne, namun Kim masih saja protes dengan pemuda itu yang memaksanya mengantar pulang. Kim harus menerima ajakannya jika tak mau kembali membuat gaduh suasana Cafe. Gadis itu sedikit trauma dengan kegaduhan yang senyatanya ditimbulkan oleh Rea bulan lalu.

"Aku memang tak punya pekerjaan apapun selain menunggumu pulang, Kim. Aku ini seorang pengangguran," ucap Borne dengan menguar wajah minta dikasihani.

"Cih! Pengangguran yang memang sengaja menganggurkan diri. Mana ada pengangguran punya mobil sebagus ini!"

"Hahahha..."

"Borne awas!"

Tak menyadari ada mobil yang berusaha menghadangnya, Borne langsung banting stir ke kanan agar tak terjadi tabrakan.

"BRENGSEK!"

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status