Yunita terdiam, walau sudah menduga pertanyaan itu pasti akan keluar dari mulut Andre begitu dia diterima. Namun, dia tidak menyangka kalau Andre akan langsung menanyakan di hari pertama mereka bertemu kembali.
“Aku tidak bisa mengatakan ke kamu alasannya, tapi...”
“Tidak bisa?” Andre mendengus, rasa penasaran yang ada dalam hatinya perlahan sekarang berubah menjadi rasa benci, “Jadi betul-betul karena pria itu,”
“Dia tidak ada hubungannya dengan penyebab kita putus,”
“Tidak ada? Kamu pikir aku bodoh Yun? Aku sudah tahu kamu selingkuh dengan dia saat kalian pertukaran pelajar ke London. Dan tidak hanya itu, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana dia merangkulmu, bagaimana kalian terlihat mesra bersama. Dan kamu masih mau bilang kalau dia tidak ada hubungannya sama sekali? Dan juga..”
Andre tiba-tiba merasakan sakit yang amat hebat di kepalanya, begitu sakit hingga dia tidak bisa menahan badannya untuk berdiri tegak.
Melihat hal itu, Yunita merasa cemas dan berusaha untuk memapah Andre menuju tempat duduk yang ada di belakang mereka.
“Rupanya efeknya belum hilang,” ucapnya dalam hati.
Untuk beberapa saat, Andre memegang kepalanya begitu kuat hingga urat-urat tangannya menonjol.
“Sejak kapan kamu merasakan sakit kepala seperti ini?” Yunita bertanya karena cemas, dia khawatir kalau gejala sakit kepala Andre semakin parah.
Sambil menahan rasa sakit di kepalanya yang sudah agak mendingan dari sebelumnya, Andre berdiri dan menjawab Yunita, “Apa gunanya kamu tahu?”
“JAWAB!!” Yunita yang tiba-tiba menjadi lebih galak, membuat Andre cukup terkejut dan mundur beberapa langkah—persis seperti apa yang dia lakukan di masa lalu saat mereka masih pacaran.
“Ti.. tiga bulan yang lalu?” tanpa sadar, Andre menjawab pertanyaan Yunita dengan sendirinya.
Dia bahkan dibuat sampai menelan ludah saat menyadari sisi galak mantan pacarnya ini masih sama dengan dulu.
“Kamu..”
“Ngak usah mengalihkan topik, kamu belum menjawab satu pun pertanyaanku. Apa alasanmu pergi tanpa kabar waktu itu?” setelah kembali sadar dengan situasi yang ada di depannya sekarang, Andre kembali bertanya kepada Yunita.
“Apa pentingnya kamu tahu alasan yang sebenarnya, toh itu tidak akan mengubah apa yang terjadi di antara kita,”
Melihat Yunita yang berbalik hendak pergi setelah menjawab, Andre langsung menahan lengannya.
“Walau tidak akan mengubah banyak hal, setidaknya rasa penasaran dan benciku padamu bisa hilang. Kamu tidak tahu bagaimana hampir gilanya aku selama setahun karena terus menunggu kabarmu?”
Yunita tidak berbalik walau Andre sudah terdengar seperti orang yang sedang putus asa. Perasaannya seketika gundah, namun dia memilih untuk menahan air matanya.
“Kamu bisa tanya orang tuamu,” dia memilih untuk menutup mulutnya rapat-rapat alasan dia meninggalkan Andre saat itu. Dia tidak ingin membuka masa lalu yang mungkin bisa melukai Andre lebih jauh lagi.
“Kalau begitu, aku minta maaf,”
“Maks...” sebelum Yunita menyelesaikan kalimatnya, Andre tiba-tiba menarik lengan Yunita, memaksanya untuk membalikkan badannya.
Dia menatap Yunita yang matanya tampak berkaca-kaca selama beberapa detik.
Dalam momen singkat tersebut, semua kenangan yang pernah terjadi di antara mereka berdua terlintas di benaknya bagaikan rekaman yang di putar dengan sangat cepat.
Membiarkan semua perasaan yang dirasakannya tujuh tahun yang lalu menguasai dirinya, tanpa pikir panjang Andre langsung mencium bibir Yunita yang tiba-tiba terlihat begitu menggoda.
“Enak banget itu timnya Andre,”
Mendengar suara orang lain, Andre dan Yunita dengan cepat melepaskan pelukan mereka masing-masing dan saling menjauh. Mereka berdua lantas langsung merapikan penampilan masing-masing.
“Da.. Dasimu,” tanpa sadar, dengan agak canggung Yunita meraih dasi Andre yang tampak agak berantakan.
Untuk sejenak, Andre tersenyum dalam hati saat mendapatkan perhatian Yunita seperti ini.
Namun, saat melihat batang hidung orang lain muncul dari balik dinding dan juga suara beberapa orang semakin keras, Andre langsung berdeham dan melangkah mundur menjauhi Yunita.
“KAMU ITU YA!! Kalo saya lagi ngomong, jangan dibantah! Mau saya pecat kamu saat ini juga?!” dia berura-pura sedang marah sambil memberi kode kepada Yunita kalau ada orang lain yang sedang menuju ke mereka berdua.
“A.. Ah, maaf pak,” Yunita yang langsung paham, ikut dalam sandiwara Andre sampai mereka berdua pergi dari tempat itu.
Saat berada alam lift, suasana canggung di antara keduanya masih terus berlanjut. Andre merasa sedikit menyesal karena sudah melakukan tindakan yang menurutnya sangat sembrono.
“Kok rasanya hari ini panas sekali yah?” dia berbicara sendiri. Situasi canggung ini membuat dirinya merasa gerah hingga harus sedikit melonggarkan kerah dan dasinya.
Dia bahkan sampai mengibas-ngibas dirinya dengan jas yang di pakainya, “Kalian ngak merasa gerah?” dia melanjutkan dengan bertanya kepada dua orang perempuan yang ada di depannya.
Dua pegawai perempuan tersebut tampak hanya tersenyum dan menggelengkan kepala dengan pelan kepada Andre.
Yunita yang melihat tingkah Andre tersebut, tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tersenyum. Entah sudah berapa lama dia tidak melihat Andre yang seperti ini.
Dan sejujurnya, dia memang merindukan sisi Andre yang itu setelah mereka berdua berpisah dulu.
“Saat itu hujan deras, saya sedang menyetir, pandangannya juga tidak cukup jauh. Dan, ada sebuah plan berwarna hijau,”“Oke, bisa kau lihat lebih jelas apa yang tertulis di plang tersebut?”“Ada tanda panah, lalu..”“Lalu?”“Seorang wanita tiba-tiba menjerit, badan saya juga terasa kaku. Seperti tidak bisa di gerakkan, hujan yang begitu deras terus menusuk wajah saya, dan...” Andre tiba-tiba mengerutkan wajahnya, nafasnya juga mulai tidak beraturan,.“Oke, Andre. Dengarkan suara saya. Saya akan menghitung dari satu sama tiga. Dan pada hitungan ketiga, kamu akan membuka matamu seolah kenangan buruk itu tidak pernah terjadi. Satu.. dua... tiga..” ucap Bu Riska, psikiater yang sudah menangani Andre selama tiga bulan terakhir ini.Sesuai dengan instruksi yang di berikan oleh Ibu Riska, Andre mulai bernafas dengan sebelum akhirnya membuka matanya pada saat Ibu Riska menyebutkan angka tiga.“Semenjak kapan mimpimu yang ini muncul,”“2 atau 3 hari yang lalu mungkin? Setelah saya pulang dari
"KEHADIRAN YANG TIDAK DI HARAPKAN" PART II‘Pokoknya, hari ini kita harus berhasil’, Andre berucap dalam hatinya saat menunggu tidak jauh dari Rumah Yunita—sebab, Yunita agak khawatir dengan respon keluarganya saat melihat Andre secara tiba-tiba.“Hai, kamu terlihat cantik hari ini,” Andre melontarkan pujian saat melihat Yunita yang tampak cantik dengan long dress berwarna kremnya.Akan tetapi, Yunita tidak termakan oleh rayuan yang banyak di lontarkan oleh buaya darat tersebut,“Ngak usah banyak gombal kamu, jalan saja,” ucapnya sambil memakai sabuk pengamannya saat Andre mulai menginjak gas.Yunita sebenarnya merasa agak gugup kali ini. Sebab saat upacara kelulusan, dia waktu itu tidak hadir karena sedang sakit dan di gantikan oleh kakaknya. Juga, baru kali ini dia mengikuti acara reuni angkatan kampusnya.Sedangkan bagi Andre sendiri, kali ini merupakan pertama kalinya dia hadir tanpa di temani Fiona.“Apa saja yang biasa angkatan kita lakukan saat acara reuni seperti ini?” Yunita
“Maaf, maaf, saya agak buru-bu..” Yunita diam membisu saat menatap wajah orang yang tidak sengaja dia tabrak dan orang itu ternyata adalah Yoshua. “Hai,” “H.. hai,” dia menjawab dengan terbata-bata. “Sudah lama ya?” Yoshua bertanya. Seperti Andre, wajah Yoshua juga tidak banyak berubah semenjak jaman kuliah dulu. “Cukup lama. Mungkin..” “Ternyata ada satu lagi wajah yang cukup akrab ya,” di tengah-tengah Yunita yang sedang berbicara, Andre datang menyela; dia bahkan sengaja menggandeng tangan Yunita secara terang-terangan. Dia tidak tahan melihat Yoshua berada di dekat Yunita. Terlebih lagi karena Yoshua merupakan salah satu saingannya demi memperebutkan Yunita. Dan setelah mendengar dari Dodit dan beberapa teman angkatannya kalau Yoshua ternyata masih sendiri sampai sekarang, Andre menjadi merasa was-was terhadap Yoshua. “Kalian...” “Yup, persis seperti yang lu pikirkan,” ingin menyingkirkan Yoshua secepat mung
“Hai,” Linda menyapa Andre dengan senyuman tipis di wajahnya.Akan tetapi, Andre hanya menatap Linda dengan tatapan yang dingin. Dia memang sudah muak dan kesal karena Linda tidak pernah menyerah sama sekali meski dia sudah menolaknya berkali-kali.“Tidak usah bersikap sok akrab, ada urusan apa kau ke sini?” Andre sengaja berbicara dengan gaya bicara yang biasa dia pakai untuk menghadapi orang yang dia tidak suka, agar Linda tidak merasa tenang sedikit pun.“Kenapa tidak, kita sudah bertetangga satu sama lain? Apakah itu bukan akrab namanya?”“Dulunya, hingga akhirnya kau sendiri yang menghancurkannya dengan sifat keras kepalamu itu,”“Baiklah, tapi suka atau tidak. Kau tetap harus menerimaku bekerja di sini,” ucap Linda sambil menyerahkan selembar kertas yang di masukkan ke dalam map plastik berwarna biru.Dia juga sempat melirik ke arah Yunita dan dengan sengaja memperlihatkan tat
“Yunita, mana laporan untuk Grand Launchnya Ibu Tari?” pinta Andre,Tidak butuh waktu lama bagi Yunita untuk memberikan apa yang Andre minta, sebab dia sudah terbiasa dengan alur kerja dari Tim 8 yang serba gesit.“Oke, Gideon, kalian berdua ikut saya,” ujar Andre setelah melihat sekilas laporan Yunita dan cukup puas dengan hasilnya. Dia juga sempat memberikan kedipan kepada Yunita untuk menggodanya.Namun bagi Linda yang kebetulan melihat semua itu, adegan rayu merayu yang di lakukan keduanya membuatnya semakin merasa cemburu,“Kneapa giliran wanita itu kamu malah bisa tersenyum seperti itu,” gumamnya.Akan tetapi, dia berusaha untuk tetap menekan emosinya. Sekarang ini, dia lebih memilih untuk fokus mengambil hati semua Tim 8 dengan kinerjanya; tentu juga sambil memikirkan bagaimana caranya untuk menjatuhkan Yunita.“Ini pak, refrensi yang bapak minta,”“Thanks. Oh iya,
Beberapa menit yang lalu..“Oke, kasitahu Andre, kami kasih waktu tim kalian 2 hari untuk menyelediki apa yang sebenarnya terjadi. Jika pihak klien mengajukan gugatan, kami akan mengulur waktu sebanyak mungkin,” ujar Dodit.“Oke, thanks ya,”“No problem, bukan masalah besar juga sih,”Setelah meninggalkan ruangan Dodit, Yunita bergegas menuju kembali ke lift untuk memberitahukan Andre apa yang di sampaikan Dodit.Namun, saat lfit terbuka. Dia bertemu dengan orang yang tidak dia sangka-sangka akan bertemu, Presdir Perusahaan tempatnya bekerja, yang juga merupakan Ayahnya Andre.Lupa kalau Ayahnya Andre tidak mengenalnya sama sekali, Yunita malah mencoba menyembunyikan wajahnya.“Tidak masuk?” saat Ayahnya Andre bertanya, barulah dia ingat kalau sampai sekarang; semenjak dari dia pacaran dengan Andre dulu, dia tidak pernah bertemu dengan Ayahnya Andre sama sekali.Dia meneg
“AHHH BAGAIMANA INI?!!” Yunita berteriak histeris ketika melihat isi chat yang ada di dalam group karyawan perusahaan sudah sampai 999+ yang isinya tentu saja, gosip kencan keduanya.“Biarkan saja,” ucap Andre.“Biarkan saja bagaimana? Kamu ngak malu apa di gosipkan seperti ini di kantor?”Tidak mau terlalu ambil pusing, Andre menghela nafas. Dia memasang mode autopilot pada mobilnya lalu mengambil handphonenya dan mulai mengetikkan sesuatu di ruang obrolan karyawan.“Kamu ngetik apaan?” ucap Yunita ketika melihat nama Andre tertulis ‘typing’.Andre tidak menjawab, dia terus fokus mengetikkan sesuatu di handphonenya. Dan, ketika dia menekan tombol ‘send', dengan cepat dia juga mengambil handphone milik Yunita dan menyitanya. “Kamu ngak usah pikirin apa yang mereka omongkan. Untuk saat ini, fokus saja dengan permasalahan yang lebih penting,” ucapnya.Yunita menyipit
Yunita yang melihat Yoshua mengepalkan tangan, di tambah dengan raut wajah yang tampak menahan amarah, dia memutuskan untuk memunculkan dirinya untuk mencegah hal yang tidak diinginkan terjadi.“Sudah selesai kan urusannya?” dia berteriak dari kejauhan.Sepanjang perjalanan, Yunita tidak bisa berhenti memikirkan tatapan dari Yoshua. Dia bukan tidak menyadari perasaan Yoshua selama ini, karena sudah berapa kali dia menolak setiap kali Yoshua menyatakan perasaannya dulu.Yunita lalu melirik ke arah Andre yang sedang menyetir, “Semoga saja tidak ada hal buruk yang terjadi,” gumamnya dalam hati. Sebab, dia paham betul bagaimana sifat Andre jika tidak menyukai seseorang.“Kenapa kamu melirik ke aku terus? Terpesona dengan ketampanan calon suamimu?”“Idih, geer amat kamu,” Yunita membalas dengan memasang wajah jijik, “Handphoneku mana?” dia bertanya.Andre han