Share

BAB IV

Yunita terdiam, walau sudah menduga pertanyaan itu pasti akan keluar dari mulut Andre begitu dia diterima. Namun, dia tidak menyangka kalau Andre akan langsung menanyakan di hari pertama mereka bertemu kembali.

“Aku tidak bisa mengatakan ke kamu alasannya, tapi...”

“Tidak bisa?” Andre mendengus, rasa penasaran yang ada dalam hatinya perlahan sekarang berubah menjadi rasa benci, “Jadi betul-betul karena pria itu,”

“Dia tidak ada hubungannya dengan penyebab kita putus,”

“Tidak ada? Kamu pikir aku bodoh Yun? Aku sudah tahu kamu selingkuh dengan dia saat kalian pertukaran pelajar ke London. Dan tidak hanya itu, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana dia merangkulmu, bagaimana kalian terlihat mesra bersama. Dan kamu masih mau bilang kalau dia tidak ada hubungannya sama sekali? Dan juga..”

Andre tiba-tiba merasakan sakit yang amat hebat di kepalanya, begitu sakit hingga dia tidak bisa menahan badannya untuk berdiri tegak.

Melihat hal itu, Yunita merasa cemas dan berusaha untuk memapah Andre menuju tempat duduk yang ada di belakang mereka.

“Rupanya efeknya belum hilang,” ucapnya dalam hati.

Untuk beberapa saat, Andre memegang kepalanya begitu kuat hingga urat-urat tangannya menonjol.

“Sejak kapan kamu merasakan sakit kepala seperti ini?” Yunita bertanya karena cemas, dia khawatir kalau gejala sakit kepala Andre semakin parah.

Sambil menahan rasa sakit di kepalanya yang sudah agak mendingan dari sebelumnya, Andre berdiri dan menjawab Yunita, “Apa gunanya kamu tahu?”

“JAWAB!!” Yunita yang tiba-tiba menjadi lebih galak, membuat Andre cukup terkejut dan mundur beberapa langkah—persis seperti apa yang dia lakukan di masa lalu saat mereka masih pacaran.

“Ti.. tiga bulan yang lalu?” tanpa sadar, Andre menjawab pertanyaan Yunita dengan sendirinya.

Dia bahkan dibuat sampai menelan ludah saat menyadari sisi galak mantan pacarnya ini masih sama dengan dulu.

“Kamu..”

“Ngak usah mengalihkan topik, kamu belum menjawab satu pun pertanyaanku. Apa alasanmu pergi tanpa kabar waktu itu?” setelah kembali sadar dengan situasi yang ada di depannya sekarang, Andre kembali bertanya kepada Yunita.

“Apa pentingnya kamu tahu alasan yang sebenarnya, toh itu tidak akan mengubah apa yang terjadi di antara kita,”

Melihat Yunita yang  berbalik hendak pergi setelah menjawab, Andre langsung menahan lengannya.

“Walau tidak akan mengubah banyak hal, setidaknya rasa penasaran dan benciku padamu bisa hilang. Kamu tidak tahu bagaimana hampir gilanya aku selama setahun karena terus menunggu kabarmu?”

Yunita tidak berbalik walau Andre sudah terdengar seperti orang yang sedang putus asa. Perasaannya seketika gundah, namun dia memilih untuk menahan air matanya.

“Kamu bisa tanya orang tuamu,” dia memilih untuk menutup mulutnya rapat-rapat alasan dia meninggalkan Andre saat itu. Dia tidak ingin membuka masa lalu yang mungkin bisa melukai Andre lebih jauh lagi.

“Kalau begitu, aku minta maaf,”

“Maks...” sebelum Yunita menyelesaikan kalimatnya, Andre tiba-tiba menarik lengan Yunita, memaksanya untuk membalikkan badannya.

Dia menatap Yunita yang matanya tampak berkaca-kaca selama beberapa detik.

Dalam momen singkat tersebut, semua kenangan yang pernah terjadi di antara mereka berdua terlintas di benaknya bagaikan rekaman yang di putar dengan sangat cepat.

Membiarkan semua perasaan yang dirasakannya tujuh tahun yang lalu menguasai dirinya, tanpa pikir panjang Andre langsung mencium bibir Yunita yang tiba-tiba terlihat begitu menggoda.

“Enak banget itu timnya Andre,”

Mendengar suara orang lain, Andre dan Yunita dengan cepat melepaskan pelukan mereka masing-masing dan saling menjauh. Mereka berdua lantas langsung merapikan penampilan masing-masing.

“Da.. Dasimu,” tanpa sadar, dengan agak canggung Yunita meraih dasi Andre yang tampak agak berantakan.

Untuk sejenak, Andre tersenyum dalam hati saat mendapatkan perhatian Yunita seperti ini.

Namun, saat melihat batang hidung orang lain muncul dari balik dinding dan juga suara beberapa orang semakin keras, Andre langsung berdeham dan melangkah mundur menjauhi Yunita.

“KAMU ITU YA!! Kalo saya lagi ngomong, jangan dibantah! Mau saya pecat kamu saat ini juga?!” dia berura-pura sedang marah sambil memberi kode kepada Yunita kalau ada orang lain yang sedang menuju ke mereka berdua.

“A.. Ah, maaf pak,” Yunita yang langsung paham, ikut dalam sandiwara Andre sampai mereka berdua pergi dari tempat itu.

Saat berada alam lift, suasana canggung di antara keduanya masih terus berlanjut. Andre merasa sedikit menyesal karena sudah melakukan tindakan yang menurutnya sangat sembrono.

“Kok rasanya hari ini panas sekali yah?” dia berbicara sendiri. Situasi canggung ini membuat dirinya merasa gerah hingga harus sedikit melonggarkan kerah dan dasinya.

Dia bahkan sampai mengibas-ngibas dirinya dengan jas yang di pakainya, “Kalian ngak merasa gerah?” dia melanjutkan dengan bertanya kepada dua orang perempuan yang ada di depannya.

Dua pegawai perempuan tersebut tampak hanya tersenyum dan menggelengkan kepala dengan pelan kepada Andre.

Yunita yang melihat tingkah Andre tersebut, tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tersenyum. Entah sudah berapa lama dia tidak melihat Andre yang seperti ini.

Dan sejujurnya, dia memang merindukan sisi Andre yang itu setelah mereka berdua berpisah dulu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status