Share

BAB VI

"KEHADIRAN YANG TIDAK DI HARAPKAN" PART II

‘Pokoknya, hari ini kita harus berhasil’, Andre berucap dalam hatinya saat menunggu tidak jauh dari Rumah Yunita—sebab, Yunita agak khawatir dengan respon keluarganya saat melihat Andre secara tiba-tiba.

“Hai, kamu terlihat cantik hari ini,” Andre melontarkan pujian saat melihat Yunita yang tampak cantik dengan long dress berwarna kremnya.

Akan tetapi, Yunita tidak termakan oleh rayuan yang banyak di lontarkan oleh buaya darat tersebut,

“Ngak usah banyak gombal kamu, jalan saja,” ucapnya sambil memakai sabuk pengamannya saat Andre mulai menginjak gas.

Yunita sebenarnya merasa agak gugup kali ini. Sebab saat upacara kelulusan, dia waktu itu tidak hadir karena sedang sakit dan di gantikan oleh kakaknya. Juga, baru kali ini dia mengikuti acara reuni angkatan kampusnya.

Sedangkan bagi Andre sendiri, kali ini merupakan pertama kalinya dia hadir tanpa di temani Fiona.

“Apa saja yang biasa angkatan kita lakukan saat acara reuni seperti ini?” Yunita memutuskan untuk bertanya untuk menghilangkan rasa gugupnya.

“Yah, paling hanya makan-makan saja. Karena rata-rata angkatan kita sudah merantau semua, yang hadir biasa hanya 50 orang paling banyak, karena memang kebetulan mereka ada di sini saja,” Andre menjelaskan.

“Reuni apaan kalo cuma segitu saja yang datang,”

“Memang namanya doang yang reuni, tapi sebenarnya acara makan-makan. Kamu bawa kartu ATM atau kartu kredit?”

“Bawa, kenapa?”

Sambil tersenyum, Andre membuka laci dashboard yang ada di depan kursi Yunita, “Simpan kartumu di situ nanti saat kita turun,”

“Untuk?”

“Lakukan saja, atau kamu bakal menyesal nanti,”

Yunita sedikit bingung dengan perkataan Andre. Namun, layaknya seorang istri yang mendengarkan kata suami, Yunita tetap melakukannya juga.

Begitu tiba di restoran tempat acara reuni angkatan mereka berlangsung, Andre turun lebih dulu lalu membukakan Yunita pintu, memperlakukannya bak ratu.

“Hold my hand,” Andre mengulurkan tangannya.

Yunita awalnya tampak ragu dan menyipitkan mata ke arah Andre, namun menggandeng tangan Andre juga pada akhirnya.

Mendekati pintu restoran, mereka berdua bisa mendengar suara berisik dari teman-teman seangkatan mereka yang menyewa full restoran ini.

Yunita sempat menghentikan langkahnya. Namun, Andre tetap menuntunnya.

Begitu batang hidung Andre dan Yunita muncul, semua pria di angkatan mereka tampak terpana. Kecuali Dodit yang hanya tersenyum lebar karena sudah tahu keduanya yang sedang melakukan proses PDKT.

“Yu.. Yunita?” ucap salah satu teman mereka dengan terbatah-batah.

Maklum sih, mengingat Yunita semasa kuliah memang terkenal dengan kepandaiannya dan tentu saja, kecantikan yang paripurna.

“Hai,” Yunita menyapa dengan agak canggung.

“Hoi, Ms. 30 second,” sahut salah seorang perempuan di meja yang tidak jauh dari posisi Yunita berdiri, memanggilnya dengan sebutan lama yang cukup jarang dia dengar lagi.

Dia menengok ke kanan dan ke kiri untuk mencari orang yang memanggilnya barusan. Seseorang kemudian tampak melambaikan tangan ke arahnya.

Begitu menyadari yang memanggilnya tadi adalah sahabat lamanya, Jasmine, yang sudah tidak ditemuinya untuk waktu yang cukup lama. Yunita langsung melepas tangannya dari tangan Andre dan berjalan menghampiri Jasmine dengan senyum begitu lebar.

Andre sempat ingin menyusul Yunita, namun dirinya malah di tahan oleh Dodit dan beberapa laki-laki yang lainnya,

“Ngak usah terlalu bucin lu,” ejek Dodit,

“Tau, padahal wajah lu itu ganteng. Sekali-kali bisa ngak lu bersifat cool dan membiarkan diri lu duduk manis untuk di kejar cewek-cewek,” timpal temannya yang lain.

“Terus gua jadi yang paling terakhir married begitu? Ogah,” Andre membuat orang-orang yang semeja dengannya terdiam.

Sementara itu, tidak terlalu jauh dari tempat Andre duduk, Yunita sedang sibuk dengan orang-orang yang cukup dia rindukan semasa kuliah dulu.

Dia tidak menyangka saat melihat temannya yang dulu di juluki hitam manis karena memunyai kulit hitam dan wajah yang menggemaskan, sekarang menjadi glowing dan mempunyai badan bak model.

“Kayanya banyak yang harus lu ceritakan deh,” Jasmine menggoda Yunita dengan senyuman jahilnya,

Yunita sempat menatap Jasmine balik tanpa mengatakan apapun karena dia tidak mengerit. Namun, saat melihat lirikan mata Jasmine yang tertuju ke arah meja Andre, dia langsung mengerti.

“Ngak ada yang spesial kok,”

“Ngak ada yang spesial apanya, lu ngak liat wajahnya begitu cerah pas kalian masuk?”

“Bukannya dia memang begitu, selalu tersenyum?”

“Dulu, sampai kecelakaan Fiona 3 bulan yang lalu,”

Yunita nampak terkejut dan tidak bisa berkata apa-apa. Karena alasan dia menjaga jarak selama seminggu ini dengan Andre adalah karena mengira kalau Fiona masih hidup.

“Seriusan?”

“Ya iyalah. Pas pemakaman pun dia sempat berdiam diri di depan makam Fiona selama berjam-jam, hujan deras pun tidak dia pedulikan,”

“Wait, lu bilang 3 bulan lalu?”

“Yup,”

Yunita langsung berdiri dari kursinya setelah mengetahui hal tersebut. Dia tidak ingin menggantung perasaan Andre lebih lama lagi.

Akan tetapi, karena terlalu fokus melihat ke arah Andre, Yunita tidak sengaja menabrak seseorang.

“Are you okay?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status