"KEHADIRAN YANG TIDAK DI HARAPKAN" PART II
‘Pokoknya, hari ini kita harus berhasil’, Andre berucap dalam hatinya saat menunggu tidak jauh dari Rumah Yunita—sebab, Yunita agak khawatir dengan respon keluarganya saat melihat Andre secara tiba-tiba.
“Hai, kamu terlihat cantik hari ini,” Andre melontarkan pujian saat melihat Yunita yang tampak cantik dengan long dress berwarna kremnya.
Akan tetapi, Yunita tidak termakan oleh rayuan yang banyak di lontarkan oleh buaya darat tersebut,
“Ngak usah banyak gombal kamu, jalan saja,” ucapnya sambil memakai sabuk pengamannya saat Andre mulai menginjak gas.
Yunita sebenarnya merasa agak gugup kali ini. Sebab saat upacara kelulusan, dia waktu itu tidak hadir karena sedang sakit dan di gantikan oleh kakaknya. Juga, baru kali ini dia mengikuti acara reuni angkatan kampusnya.
Sedangkan bagi Andre sendiri, kali ini merupakan pertama kalinya dia hadir tanpa di temani Fiona.
“Apa saja yang biasa angkatan kita lakukan saat acara reuni seperti ini?” Yunita memutuskan untuk bertanya untuk menghilangkan rasa gugupnya.
“Yah, paling hanya makan-makan saja. Karena rata-rata angkatan kita sudah merantau semua, yang hadir biasa hanya 50 orang paling banyak, karena memang kebetulan mereka ada di sini saja,” Andre menjelaskan.
“Reuni apaan kalo cuma segitu saja yang datang,”
“Memang namanya doang yang reuni, tapi sebenarnya acara makan-makan. Kamu bawa kartu ATM atau kartu kredit?”
“Bawa, kenapa?”
Sambil tersenyum, Andre membuka laci dashboard yang ada di depan kursi Yunita, “Simpan kartumu di situ nanti saat kita turun,”
“Untuk?”
“Lakukan saja, atau kamu bakal menyesal nanti,”
Yunita sedikit bingung dengan perkataan Andre. Namun, layaknya seorang istri yang mendengarkan kata suami, Yunita tetap melakukannya juga.
Begitu tiba di restoran tempat acara reuni angkatan mereka berlangsung, Andre turun lebih dulu lalu membukakan Yunita pintu, memperlakukannya bak ratu.
“Hold my hand,” Andre mengulurkan tangannya.
Yunita awalnya tampak ragu dan menyipitkan mata ke arah Andre, namun menggandeng tangan Andre juga pada akhirnya.
Mendekati pintu restoran, mereka berdua bisa mendengar suara berisik dari teman-teman seangkatan mereka yang menyewa full restoran ini.
Yunita sempat menghentikan langkahnya. Namun, Andre tetap menuntunnya.
Begitu batang hidung Andre dan Yunita muncul, semua pria di angkatan mereka tampak terpana. Kecuali Dodit yang hanya tersenyum lebar karena sudah tahu keduanya yang sedang melakukan proses PDKT.
“Yu.. Yunita?” ucap salah satu teman mereka dengan terbatah-batah.
Maklum sih, mengingat Yunita semasa kuliah memang terkenal dengan kepandaiannya dan tentu saja, kecantikan yang paripurna.
“Hai,” Yunita menyapa dengan agak canggung.
“Hoi, Ms. 30 second,” sahut salah seorang perempuan di meja yang tidak jauh dari posisi Yunita berdiri, memanggilnya dengan sebutan lama yang cukup jarang dia dengar lagi.
Dia menengok ke kanan dan ke kiri untuk mencari orang yang memanggilnya barusan. Seseorang kemudian tampak melambaikan tangan ke arahnya.
Begitu menyadari yang memanggilnya tadi adalah sahabat lamanya, Jasmine, yang sudah tidak ditemuinya untuk waktu yang cukup lama. Yunita langsung melepas tangannya dari tangan Andre dan berjalan menghampiri Jasmine dengan senyum begitu lebar.
Andre sempat ingin menyusul Yunita, namun dirinya malah di tahan oleh Dodit dan beberapa laki-laki yang lainnya,
“Ngak usah terlalu bucin lu,” ejek Dodit,
“Tau, padahal wajah lu itu ganteng. Sekali-kali bisa ngak lu bersifat cool dan membiarkan diri lu duduk manis untuk di kejar cewek-cewek,” timpal temannya yang lain.
“Terus gua jadi yang paling terakhir married begitu? Ogah,” Andre membuat orang-orang yang semeja dengannya terdiam.
Sementara itu, tidak terlalu jauh dari tempat Andre duduk, Yunita sedang sibuk dengan orang-orang yang cukup dia rindukan semasa kuliah dulu.
Dia tidak menyangka saat melihat temannya yang dulu di juluki hitam manis karena memunyai kulit hitam dan wajah yang menggemaskan, sekarang menjadi glowing dan mempunyai badan bak model.
“Kayanya banyak yang harus lu ceritakan deh,” Jasmine menggoda Yunita dengan senyuman jahilnya,
Yunita sempat menatap Jasmine balik tanpa mengatakan apapun karena dia tidak mengerit. Namun, saat melihat lirikan mata Jasmine yang tertuju ke arah meja Andre, dia langsung mengerti.
“Ngak ada yang spesial kok,”
“Ngak ada yang spesial apanya, lu ngak liat wajahnya begitu cerah pas kalian masuk?”
“Bukannya dia memang begitu, selalu tersenyum?”
“Dulu, sampai kecelakaan Fiona 3 bulan yang lalu,”
Yunita nampak terkejut dan tidak bisa berkata apa-apa. Karena alasan dia menjaga jarak selama seminggu ini dengan Andre adalah karena mengira kalau Fiona masih hidup.
“Seriusan?”
“Ya iyalah. Pas pemakaman pun dia sempat berdiam diri di depan makam Fiona selama berjam-jam, hujan deras pun tidak dia pedulikan,”
“Wait, lu bilang 3 bulan lalu?”
“Yup,”
Yunita langsung berdiri dari kursinya setelah mengetahui hal tersebut. Dia tidak ingin menggantung perasaan Andre lebih lama lagi.
Akan tetapi, karena terlalu fokus melihat ke arah Andre, Yunita tidak sengaja menabrak seseorang.
“Are you okay?”
“Maaf, maaf, saya agak buru-bu..” Yunita diam membisu saat menatap wajah orang yang tidak sengaja dia tabrak dan orang itu ternyata adalah Yoshua. “Hai,” “H.. hai,” dia menjawab dengan terbata-bata. “Sudah lama ya?” Yoshua bertanya. Seperti Andre, wajah Yoshua juga tidak banyak berubah semenjak jaman kuliah dulu. “Cukup lama. Mungkin..” “Ternyata ada satu lagi wajah yang cukup akrab ya,” di tengah-tengah Yunita yang sedang berbicara, Andre datang menyela; dia bahkan sengaja menggandeng tangan Yunita secara terang-terangan. Dia tidak tahan melihat Yoshua berada di dekat Yunita. Terlebih lagi karena Yoshua merupakan salah satu saingannya demi memperebutkan Yunita. Dan setelah mendengar dari Dodit dan beberapa teman angkatannya kalau Yoshua ternyata masih sendiri sampai sekarang, Andre menjadi merasa was-was terhadap Yoshua. “Kalian...” “Yup, persis seperti yang lu pikirkan,” ingin menyingkirkan Yoshua secepat mung
“Hai,” Linda menyapa Andre dengan senyuman tipis di wajahnya.Akan tetapi, Andre hanya menatap Linda dengan tatapan yang dingin. Dia memang sudah muak dan kesal karena Linda tidak pernah menyerah sama sekali meski dia sudah menolaknya berkali-kali.“Tidak usah bersikap sok akrab, ada urusan apa kau ke sini?” Andre sengaja berbicara dengan gaya bicara yang biasa dia pakai untuk menghadapi orang yang dia tidak suka, agar Linda tidak merasa tenang sedikit pun.“Kenapa tidak, kita sudah bertetangga satu sama lain? Apakah itu bukan akrab namanya?”“Dulunya, hingga akhirnya kau sendiri yang menghancurkannya dengan sifat keras kepalamu itu,”“Baiklah, tapi suka atau tidak. Kau tetap harus menerimaku bekerja di sini,” ucap Linda sambil menyerahkan selembar kertas yang di masukkan ke dalam map plastik berwarna biru.Dia juga sempat melirik ke arah Yunita dan dengan sengaja memperlihatkan tat
“Yunita, mana laporan untuk Grand Launchnya Ibu Tari?” pinta Andre,Tidak butuh waktu lama bagi Yunita untuk memberikan apa yang Andre minta, sebab dia sudah terbiasa dengan alur kerja dari Tim 8 yang serba gesit.“Oke, Gideon, kalian berdua ikut saya,” ujar Andre setelah melihat sekilas laporan Yunita dan cukup puas dengan hasilnya. Dia juga sempat memberikan kedipan kepada Yunita untuk menggodanya.Namun bagi Linda yang kebetulan melihat semua itu, adegan rayu merayu yang di lakukan keduanya membuatnya semakin merasa cemburu,“Kneapa giliran wanita itu kamu malah bisa tersenyum seperti itu,” gumamnya.Akan tetapi, dia berusaha untuk tetap menekan emosinya. Sekarang ini, dia lebih memilih untuk fokus mengambil hati semua Tim 8 dengan kinerjanya; tentu juga sambil memikirkan bagaimana caranya untuk menjatuhkan Yunita.“Ini pak, refrensi yang bapak minta,”“Thanks. Oh iya,
Beberapa menit yang lalu..“Oke, kasitahu Andre, kami kasih waktu tim kalian 2 hari untuk menyelediki apa yang sebenarnya terjadi. Jika pihak klien mengajukan gugatan, kami akan mengulur waktu sebanyak mungkin,” ujar Dodit.“Oke, thanks ya,”“No problem, bukan masalah besar juga sih,”Setelah meninggalkan ruangan Dodit, Yunita bergegas menuju kembali ke lift untuk memberitahukan Andre apa yang di sampaikan Dodit.Namun, saat lfit terbuka. Dia bertemu dengan orang yang tidak dia sangka-sangka akan bertemu, Presdir Perusahaan tempatnya bekerja, yang juga merupakan Ayahnya Andre.Lupa kalau Ayahnya Andre tidak mengenalnya sama sekali, Yunita malah mencoba menyembunyikan wajahnya.“Tidak masuk?” saat Ayahnya Andre bertanya, barulah dia ingat kalau sampai sekarang; semenjak dari dia pacaran dengan Andre dulu, dia tidak pernah bertemu dengan Ayahnya Andre sama sekali.Dia meneg
“AHHH BAGAIMANA INI?!!” Yunita berteriak histeris ketika melihat isi chat yang ada di dalam group karyawan perusahaan sudah sampai 999+ yang isinya tentu saja, gosip kencan keduanya.“Biarkan saja,” ucap Andre.“Biarkan saja bagaimana? Kamu ngak malu apa di gosipkan seperti ini di kantor?”Tidak mau terlalu ambil pusing, Andre menghela nafas. Dia memasang mode autopilot pada mobilnya lalu mengambil handphonenya dan mulai mengetikkan sesuatu di ruang obrolan karyawan.“Kamu ngetik apaan?” ucap Yunita ketika melihat nama Andre tertulis ‘typing’.Andre tidak menjawab, dia terus fokus mengetikkan sesuatu di handphonenya. Dan, ketika dia menekan tombol ‘send', dengan cepat dia juga mengambil handphone milik Yunita dan menyitanya. “Kamu ngak usah pikirin apa yang mereka omongkan. Untuk saat ini, fokus saja dengan permasalahan yang lebih penting,” ucapnya.Yunita menyipit
Yunita yang melihat Yoshua mengepalkan tangan, di tambah dengan raut wajah yang tampak menahan amarah, dia memutuskan untuk memunculkan dirinya untuk mencegah hal yang tidak diinginkan terjadi.“Sudah selesai kan urusannya?” dia berteriak dari kejauhan.Sepanjang perjalanan, Yunita tidak bisa berhenti memikirkan tatapan dari Yoshua. Dia bukan tidak menyadari perasaan Yoshua selama ini, karena sudah berapa kali dia menolak setiap kali Yoshua menyatakan perasaannya dulu.Yunita lalu melirik ke arah Andre yang sedang menyetir, “Semoga saja tidak ada hal buruk yang terjadi,” gumamnya dalam hati. Sebab, dia paham betul bagaimana sifat Andre jika tidak menyukai seseorang.“Kenapa kamu melirik ke aku terus? Terpesona dengan ketampanan calon suamimu?”“Idih, geer amat kamu,” Yunita membalas dengan memasang wajah jijik, “Handphoneku mana?” dia bertanya.Andre han
“... aku tidak mau kehilangan kamu lagi,” jawaban itu sebenarnya sudah ada di benak Yunita semenjak dia mulai menerima perasaan Andre kembali.Andre yang kelewat happy, memeluk Yunita dengan begitu erat untuk sejenak.“Thanks, mari kita hadapi semua ini bersama kali ini,” ucapnya.Meski sudah memutuskan untuk tetap bersama dengan Andre kali ini. Tetap saja ada sedikit rasa cemas dalam hati Yunita, kalau-kalau ending dari keputusannya kali ini akan sama dengan waktu itu. Sad Ending.Namun, dia kembali teringat dengan nasehat dari seorang dosennya di London saat itu, “Don’t run from your past, just face it, so you can be free,”.Dan tanpa dia duga-duga sama sekali, takdir menuntunnya untuk bertemu dengan Andre kembali; walau sebenarnya di berencana untuk mencari Andre setelah mempunyai karier yang cukup mapan dulu.Seminggu berlalu, Yunita mulai terbiasa dengan gosip yang menyebut dirinya menggoda Andre, cowok paling diidamkan oleh wanita di perusahaan. Bukannya merasa tertekan, dia mal
Sekitar 2 jam yang lalu..DRT.. DRT..Handphone milik Andre bergEtar saat di sedang dalam perjalanan ke kantor. Ketika melihat di layar tengah mobilnya kalau yang menelepon adalah ibunya. Andre mengabaikan telepon tersebut, seperti yang sudah dia lakukan seminggu ini. Tapi, ibunya lagi-lagi menelepon dan membuatnya terpaksa mengangkat telepon tersebut.“Kenapa?” Andre menjawab seramah mungkin.“Datang ke alamat yang mama kirim sekarang, ada yang mama mau bicarakan,”“Mama tahu kan sekarang aku sedang dalam perjalanan ke kantor?”“Tenang saja, mama dekat kantormu sekarang. Atau mama harus ke perusahaan baru kamu mau mendengar?”“SHIT!!” Andre mengucapkannya tanpa bersuara, hanya mulutnya saja yang terbuka. Dia mencengkeram setirnya dengan sangat kuat untuk melampiaskan emosinya. “Oke, aku ke sana. Tapi tidak bisa lama-lama,” dengan terpaksa di men