Share

BAB III

‘Dari semua bagian di kantor ini, kenapa gua harus masuk Timnya dia’ ujar Yunita dalam hati.

Setelah sampai di lantai 10—atas bantuan Dodit—dia berjalan menuju bagian Marketing and Expansion sesuai dengan yang di beritahukan salah satu pegawai yang dia tanyai barusan.

Walau begitu, pikirannya tetap menyuruh kakinya untuk terus berjalan maju. Begitu melihat papan nama Tim 8 menggantung dari kejauhan, Yunita menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya. 

Dia memkirkan cara yang benar untuk menyapa Andre nantinya. Apalagi ketika mengingat kalau mereka tidak putus dengan cara baik-baik.

Tiba di ruangan Tim 8, Yunita tidak langsung masuk, dia mengintip terlebih dahulu; untuk mencari keberadaan Andre.

“Kenapa hanya berdiri di depan pintu,”

Kaget mendengar suara Andre dari belakang, Yunita sempat menjatuhkan tabletnya. Dia memungut tabletnya lalu berbalik untuk menyapa Andre.

“A.. Andre. H.. Hai,” dia menyapa dengan terbata-bata, pikirannya seketika langsung kosong dan tidak tahu harus berkata apa.

Andre menatap Yunita dengan raut wajah datar. Dengan cepat, dia menilai Yunita saat ini dari ujung rambut sampai ujung kaki.

“Masuk!” perintah Andre sambil berjalan masuk ke ruangan Tim 8.

Dalam pikirannya saat ini, banyak sekali yang ingin dia tanyakan kepada Yunita. Akan tetapi semua itu di tahannya, karena hari ini Timnya mendapatkan tugas baru.

“Hai,” Yunita menyapa singkat dengan tersenyum kepada semua anggota Tim 8 di ruangan tersebut.

Melihat Andre yang berdiri di depannya, ingin sekali rasanya dia memeluk Andre dari belakang saat itu juga.

“Sedang apa?” Andre bertanya di tengah-tengah Yunita yang sedang berkhayal.

“Hah? Tidak pak,” Yunita langsung mengendalikan dirinya dengan menggeleng pelan. DIa langsung berjalan melewati Andre dan duduk di meja yang kosong.

“Oke, kita mendapatkan proyek penting kali ini...” Andre memulai rapat Tim 8.

“Hai, salam kenal, Gideon,” Gideon, salah seorang anggota tim 8 menyapa Yunita,

“Yunita,” Yunita membalas dengan ramah.

“Maaf, tapi kamu pernah kenal dengan Pak Andre sebelumnya ya?”

“Ah, itu, dia..”

“Gideon, kalau kamu mau godain karyawan baru, lebih baik keluar dari ruangan ini,” Andre yang dari tadi melihat tingkah Gideon dan Yunita, dengan tegas langsung menegur sambil melempar tatapan tajam ke arah Gideon.

‘Memang ya sifat manusai itu akan sulit di rubah’ Yunita tersenyum tipis saat Andre sedang marah.

“Oke, pembagian tugasnya seperti biasa, mengikuti proyek kita sebelumnya. Dan untuk penanggung jawab kali ini,” Andre merenung sebentar sambil menatap satu persatu anggota timnya yang tampak menghindari tatapannya, “Karyawan baru kita akan menjadi penanggung jawab,” ujarnya saat melihat Yunita yang tidak menghindar sama sekali.

Suasana dalam ruangan seketika menjadi sunyi. Yah, tidak biasanya sih memang karyawan baru menjadi penanggung jawab untuk proyek kecil sekalipun sebelum melihat 1 atau 2 proyek lain dulu.

“Ehm, pak,”

“Iya, Jun? Kenapa? Ada yang mau kamu sampaikan?” Andre langsung menatap Juna balik dengan senyuman yang mengintimidasi, seolah sudah siap mencari celah dari setiap kata yang keluar dari mulut lawan bicaranya.

“Tidak pak, keputusan bapak yang terbaik,” Juna menelan ludah.

“Yunita,” Andre memanggil.

“I.. Iya pak?” Yunita kembali gelagapan saat melihat raut wajah Andre yang kali ini sudah berubah kembali menjadi seperti saat mereka di depan pintu masuk barusan, sangat sulit untuk di tebak.

“Ikut saya sebentar,”

Yunita mengikuti Andre dari belakang dengan diam,  pikirannya saat ini  begitu cemas memikirkan apa yang akan dikatakan oleh Andre nantinya. ‘Apakah dirinya akan langsung di pecat tepat setelah di terima?’ satu pertanyaan itu terus terngiang di dalam kepalanya.

“Kita mau kemana?” Yunita bertanya ketika mereka sedang menunggu lift. Akan tetapi, Andre tetap membisu.

Kesunyian di antara mereka berdua terus berlanjut hingga akhirnya mereka tiba di ruangan terbuka—mini garden yang biasa di gunakan karyawan untuk bersantai atau merokok—di lantai 20.

Setelah memastikan kondisi di sekitar mereka sepi, Andre langsung berbalik menghadap Yunita dan menatapnya dengan emosi lama yang sudah terpendam.

“N... Ndre,”

“Dari mana saja kamu selama ini?” pertanyaan yang sudah di tahan Andre dari semenjak pertama kali melihat Yunita, akhirnya keluar dari mulutnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status