Bau disinfektan menyengat hidung, Adinda berdiri mematung di belakang ayahnya tanpa disadari oleh tuan Geraldy. Ayahnya terus sesenggukan menggenggam tangan nyonya Syakila. Dengan perasaan tak menentu Adinda memegang bahu ayahnya."Ayah! Apa yang terjadi?"Geraldy mendengar suara Adinda terkejut, dia tak menoleh namun dia menyentuh tangan anaknya yang menempel di bahunya."Seperti yang kau lihat nak!" jawab tuan Geraldy dengan suara serak menahan tangis." Maafkan aku ayah, ibu begini karena aku, aku salah dan khilaf!" Adinda memeluk bahu ayahnya dari belakang.Geraldy terdiam, apa lagi ini. Adinda menyembunyikan apa lagi? Geraldy meraih tissue dan menghapus air matanya. Dia diam dan berharap Adinda melanjutkan kata-katanya. Lalu Geraldy menarik sebuah kursi kosong ke sebelahnya dan menyuruh Adinda duduk di dekatnya."Maafkan aku ayah!" ucap Adinda lirih."Ada apa nak?" tanya Geraldy pelan.Sesaat Adinda menarik nafas dalam lalu menghempaskannya dengan pelan. Dia ikut menggenggam tang
Keysa kini berusia 15 tahun, Putri kedua Pengusaha sukses dikenal badung di sekolahnya. Susah di atur, pihak sekolah tak berani mengeluarkannya karena ayahnya punya andil besar di sekolah itu. Sekolah itu merupakan sekolah elit khusus anak-anak pejabat dan pengusaha. Jarang terdengar di sekolah itu ada siswa dari golongan menengah ke bawah. Maka tidak heran jika barang-barang yang dicuri Keysa bisa mencapai ratusan juta rupiah. Dari Jam tangan, I-Phone, sepatu, bahkan uang ratusan juta milik sekolah pun raib. Anehnya ketika barang-barang itu hilang dan akan dilakukan penggeledahan, maka Keysalah yang mengakuinya. "Akhir-akhir ini, sekolah kita mengalami kecurian, ini bukan hanya sekali tetapi sudah berulang kali, maka sebelum sekolah usai, kami akan menggeledah semua tas kalian." Itu adalah suara Kepala Sekolah yang mengumpulkan semua anak-anak dari kelas satu sampai kelas tiga di aula gedung itu. Keysa mengangkat tangannya tinggi-tinggi. "Tak perlu digeledah pak, karena akulah p
Keysa masuk ke ruang Kepala Sekolah dengan langkah panjang, semua mata tertuju padanya, bahkan guru-guru yang sedang mengajar di kelas satu melongokkan kepalanya. Keysa benar-benar menjadi siswi yang sangat populer di sekolah itu. Dari Satpam sampai Cleaning Service tahu siapa dirinya, baru melihat bayangannya saja orang sudah langsung bisa menebak jika itu Keysa. Kepopulerannya bukan dari mencuri, namun dari pembawaanya di sekolah itu. Sebenarnya Keysa tergolong siswi yang sangat pintar, dia masuk sekolah Favorite itu bukan karena koneksi ayahnya namun hasil murni seleksi yang diikutinya. Namun lagi-lagi orang beranggapan, dia lolos di sekolah itu karena ayahnya. Kapan orang akan mengakui jika itu hasil dari keberhasilannya sendiri ? Keysa duduk santai depan Kepala Sekolah, Stevani duduk disebelahnya masih dengan isak tangis yang membuat Keysa terus mencibirnya. "Sekarang, ceritakan apa yang terjadi." "Tadi aku ke toilet, dan aku melepaskan jam tangan itu dan menaruhnya di wast
Sejak kejadian itu sebagian siswa siswi yang tahu dia bukan pencurinya, mulai menaruh simpatik padanya. 700 juta bukan uang yang sedikit walau itu untuk golongan menengah ke atas seperti mereka. Satu persatu yang tadinya mulai menjauh kini berusaha mendekatinya kembali. Selama di Sekolah itu Keysa tak punya teman dekat makanya dia tak perduli sedikit pun terhadap mereka. Toh sebentar lagi pengumuman kelulusan dan dia akan keluar dari sekolah itu. "Kau akan melanjutkan kemana setelah ini Key ?" Tanya seorang siswi yang bernama Mutia. "Lom tau, kamu sendiri kemana ? Luar negeri ?" "Sepertinya dalam negeri saja, toh kualitas sekolah disini tak kalah dengan luar negeri."Keysa manggut-manggut, setelah berbasa basi dia segera meninggalkan sekolah itu dengan tak lupa menyapa tukang pembersih taman dan satpam. Dengan lambaian tangan mereka Keysa meninggalkan sekolah dengan menggunakan ojek pangkalan. Keysa menuju tempat yang sering didatanginya akhir-akhir ini. Tak ada yang tau, orang tu
Keysa tau kenapa dia dimasukkan ke pondok pesantren ini, sudah pasti karena ulahnya mencuri beberapa bulan yang lalu. Pihak pondok sudah mengcover semua data santri, karena Pondok pesantren ini termasuk Sekolah bertaraf Internasional, sehingga peraturannya cukup ketat. Semua perilaku santri sudah terekam dalam database pondok, namun karena seleksinya cukup ketat sehingga semua santri tak ada yang cacat. Pesantren itu tak membedakan mana anak konglomerat mana anak pemulung. Semuanya diseleksi sesuai tingkat kecerdasan masing-masing. Kecuali Santri atas nama Keysa Geraldy. Awalnya pihak pondok menolak Keysa, namun ketika bertemu dengan Kepala Sekolah di Sekolah Keysa sebelumnya, akhirnya mereka memberinya kesempatan. "Anak itu sebenarnya sangat baik, bahkan cerdas, tapi beberapa bulan kemarin dia mengaku telah mencuri. Sebenarnya jika bukan karena kesibukan kami, kami ingin menelusuri kebiasaan buruknya itu. Tapi jujur saja ustad, itu terjadi ketika dia duduk di kelas tiga. Sebelumnya
Target Keysa adalah santri putri yang terlihat sombong dan over acting di kelasnya bernama Diana. Mentang-mentang ayahnya seorang pejabat publik, Diana bersikap seolah-olah dikelas itu dialah yang paling hebat. Saat jam istirahat berbunyi, Diana masuk ke dalam kelas dengan beberapa siswa lain yang rupanya kelihatan sangat takut padanya. Huh...Awas kau ! Batin Keysa. "Dengar teman-teman, sebulan lagi akan diadakan lomba cerdas cermat, ayo angkat tangan siapa yang mau bergabung dengan kelompokku." Mendengar itu Keysa mengernyitkan keningnya. "Siapa masuk kelompok siapa ? Kapan dibentuk kelompoknya ?" Batin Keysa namun dia bersikap acuh tak acuh. Ketika Diana hendak melewati bangkunya, kaki kanannya sengaja dikeluarkannya dari balik kursi dan menggaet kaki Diana. Diana yang saat itu tidak menyangka jika kakinya dicekal dengan sengaja, akhirnya terjungkal. Tak ada yang berhasil mencegahnya, Diana jatuh membentur lantai dengan keras. Dia pingsan seketika, dagunya berdarah. Kelas seketik
Dari situlah ide gilanya muncul, mencuri dengan catatan, hasil curiannya akan dia gunakan untuk membantu anak-anak terlantar. Pelan-pelan Keysa masuk ke ruang kelas satu, ia sudah mulai memperhatikan siapa saja targetnya, yang menjadi targetnya adalah anak-anak orang kaya yang suka pamer barang-barang mewah. Dia sudah memperkirakan dimana anak yang suka pamer itu menaruh kunci lokernya. Sekarang waktunya jam eskul, siswi kelas satu pergi kelapangan untuk latihan basket. Pelan-pelan Keysa membuka loker siwa yang suka pamer itu. Berhasil, jam tangan yang ditaksirnya bernilai seratus jutaan itu kini berpindah tangan, ditutupnya kembali loker itu dan kunci di kembalikan kedalam tas siswa yang berhasil dicurinya. Pencurian pertamanya berhasil, tak ada yang menduganya sama sekali. tak ada yang mempermasalahkannya, maklum anak orang kaya, sekali hilang pasti ganti lagi. Namun karena sudah berulang kali dan kini sekolah juga mulai merasa kehilangan, akhirnya tujuan Keysa terkabul. Dia meng
Anisa dibuat terhenyak saat melihat Keysa masuk kedalam kamar. "Kamu...!" Anisa menarik tangannya.Ssst ! Keysa menaruh jari telunjuk depan mulutnya. "Kamu tidak sholat ?"Keysa tersenyum manis, ia kemudian menatap Anisa yang membeku di tempatnya, lalu mengedipkan sebelah matanya."Harap maklum, lagi halangan," Anisa menarik nafas panjang.Anisa penasaran namun Keysa hanya tertawa tanpa suara. Dia segera melepaskan mukenanya dan menaruhnya di gantungan lemarinya. Untunglah keempat temannya tak ada disitu, rupanya sudah menuju ke ruang makan jadi tak sempat melihat Keysa. Kedua sahabat itu akhirnya segera keluar menuju ruang makan. Keempat teman kamarnya sempat melihat kedatangan mereka. Salah seorang menghampirinya."Kok baru keliatan, dari mana ?" tanya Nurlela yang sering disapa Lela, ia kelihatan kepo ingin tahu teman sekamarnya itu kemana saja."Tadi dia joging, gak ngajak-ngajak aku sih," Anisa yang memberikan alasan yang lumayan masuk akal.Di pondok itu setiap waktu libur sebag