Share

7. MAMA, ARE YOU OK?

Hati cucu mana yang tidak khawatir, ketika mendengar berita kalau neneknya sakit sampai harus dirawat di ruang ICU? Nada merasa seperti dihantam dua kali oleh kenyataan.

Kini tangannya benar-benar bergetar hebat. Perasaannya sudah tak karuhan. Antara merasa takut dengan masa lalunya, dan takut dengan keadaan neneknya.

“Mama?” panggil Deven pelan. Anak itu merasa khawatir melihat wajah ibunya yang pucat pasi.

Namun, Nada langsung menggeleng dan meletakkan telunjuk di bibirnya. Seketika Deven langsung diam.

“Ne-nek kenapa, Om?” tanya Nada tergagap.

“Tadi dini hari, Nenek pingsan di kamarnya. Setelah dicek ternyata tensi darahnya tinggi. Sekarang beliau sedang di ICU, karena sudah dua jam belum tersadar,” terang Adrian dengan suara terdengar panik.

“Apa sudah dicek oleh dokter?”

Nada berusaha untuk setenang mungkin.

“Sudah, tapi hasil lab belum keluar,” jawab Adrian.

Badan Nada terasa panas dingin. Neneknya kini sudah berumur delapan puluh tahun. Pastilah sudah terjadi penurunan kesehatan pada wanita itu. Terakhir Nada mendapatkan kabar dari Eva sekitar seminggu lalu.

“Nada,” panggil Adrian memecah keheningan.

Lagi, hati Nada berdenyut nyeri setiap mendengar pamannya itu menanggil namanya. Nada mencoba untuk menarik napas dalam, menenangkan dirinya.

“Ya?” sahut Nada kemudian.

“Bisakah kamu pulang? Apa kamu sama sekali tidak khawatir dengan keadaan Nenekmu?”

Ucapan Adrian seketika membuat suasana hati Nada semakin mendung. Sungguh, perasaan Nada kini seolah babak belur.

“Nenek selalu menanyakanmu. Dia merindukanmu, Nada. Sepertinya sudah cukup kamu tinggal di sana. Bisakah kamu pulang dan menemani Nenek?” pinta Adrian dengan penuh harap.

Seketika Nada bergeming, tatapan matanya yang pilu itu tak bisa ia tutupi lagi. Kekhawatiran berlebih pun kini muncul dalam dirinya.

Bagaimana jika Nada tidak memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Neneknya lagi?

Tiba-tiba saja pertanyaan itu terlintas di benak Nada.

“Nanti aku hubungi lagi. Aku harus bicarakan dengan atasanku, Om,” jawab Nada.

Ada prosedur yang harus dilewati Nada, jika dia ingin kembali ke negara asalnya.

“Baiklah. Om tunggu kabar baik darimu, dan satu lagi ….” Adrian menjeda kalimatnya.

Di sisi Nada, dia tiba-tiba merasa penasaran dengan kalimat lanjutan yang hendak dikatakan oleh pamannya.

“Ya?” Tiba-tiba saja Nada menyahut.

“Aku harap kamu mau mengangkat panggilan dari Om, setiap Om menghubungimu.”

Nada menelan ludahnya dengan susah payah. Memang benar, selama ini Nada hanya berkomunikasi dengan Adrian dari pesan singkat. Itu pun hanya sesekali.

Setiap Adrian mencoba menghubungi Nada melalui telepon, pasti seolah ditolak oleh keponakannya itu. Baru kali ini—setelah enam tahun lamanya—Nada kembali mendengar suara Adrian, dan sukses membuat hatinya kembali terguncang.

“Ya,” jawab Nada irit.

Merasa tidak ada yang hendak dibicarakan lagi. Nada pun berniat untuk menutup panggilan tersebut.

“Apa kabar, Nada?” tanya Adrian. Seolah pria itu tak ingin mengakhiri komunikasi mereka, yang sudah tidak pernah dilakukan selama enam tahun ini.

“Baik.” Nada menjawab secepat kilat, “Om maaf, aku masih ada pekerjaan. Kita lanjutkan lagi lain waktu,” pungkas Nada.

“Sebentar—”

Belum juga Adrian selesai dengan kalimatnya, Nada langsung menutup panggilan itu.

Lutut perempuan itu kini terasa lemas, Nada pun akhirnya mendaratkan tubuhnya di atas lantai. Wajahnya kini tertunduk lesu, bahkan air mata kini sudah menggenang di kelopaknya.

“Mama, are you, ok?”

Deven segera berjongkok, melihat kondisi ibunya yang sedang terpuruk itu.

Seketika Nada tersentak, dia baru sadar kalau di sini masih ada anak semata wayangnya. Ia segera mengusap air matanya, tak ingin anak laki-lakinya itu melihat sang ibu yang sedang rapuh.

“Ok, Baby,” ucap Nada sambil terisak. Kemudian dia mengangkat wajahnya, dan tersenyum pada putranya.

“No, you’re not, Mama. Please tell me, how do you feel?” tanya Deven lagi. Wajahnya benar-benar terlihat mengkhawatirkan sang ibu.

Kedua sudut bibir Nada tertarik ke atas. Hatinya terasa hangat, ketika mendapatkan perhatian dari putranya. Seketika Nada langsung memeluk Deven dengan erat.

“I’m Ok, Baby. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan apa pun dari Mama.”

“Tapi ….”

“Hmmm.” Nada menggeleng dan memebelai kepala Deven, “Mama cuman sedang sedih, karena Nenek Mama sedang sakit.”

“Nenek? Siapa itu Nenek?” tanya Deven dengan polosnya.

Nada mendesah, selama ini dia tidak pernah menceritakan keluarganya di Indonesia. Yang malaikat kecil itu tahu, keluargnya hanyalah Nada dan Ratna.

“Orang tua Mama, Sayang,” jawab Nada singkat, dengan perasaan yang berdenyut. Ya, dia masih belum siap untuk menjelaskan semuanya pada Deven.

Deven langsung menarik diri dari pelukan ibunya.

“Kalau begitu itu bukan kabar yang baik, Mama. Apa perlu kita menjenguk Nenek?” tanyanya.

Nada menatap bola mata hitam milik malaikat kecil itu. Sebenarnya Nada sering merasa sakit, jika harus menatap dalam mata anaknya. Karena tatapan anak ini sangat persis seperti Adrian.

“Kamu mau menjenguk Nenek, Dev?”

Deven mengangguk.

“Tapi jika kita menjenguk Nenek. Sepertinya kita tidak bisa kembali lagi ke sini. Kita harus pulang ke Indonesia, negara asal Mama,” ujar Nada.

Benar apa kata pamannya, kalau sekarang Eva tidak memiliki siapa pun selain dirinya dan Adrian. Jika Nada mengedepankan sisi egoisnya, mungkin hatinya tak akan tergerak. Namun, bagaimana pun Eva adalah neneknya—orang tuanya—yang harus Nada jaga dengan baik. Seperti Eva menjaganya selaman ini.

Mendengar penuturan ibunya, mendadak Deven terdiam. Tatapan matanya kini tidak bisa ditebak oleh Nada. Dia tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh putranya itu.

Apa mungkin Deven sedang mempertimbangkannya? Pasti berat bagi Deven untuk meninggalkan negara ini. Di mana dia harus meninggalkan teman-temannya.

“Ma,” panggil Deven sambil menatap mata cokelat sang ibu.

“Ya?” sahut Nada.

“Apakah nanti di sana, selain menjenguk Nenek, aku bisa bertemu dengan Papa?”

Deg.

Jantung Nada seperti dihantam benda berat. Pertanyaan dari putranya itu di luar ekspektasi Nada.

BERSAMBUNG ….

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status