Cuaca di kota Norburry pada hari itu berubah menjadi kelam dalam waktu hitungan menit. Langit yang awalnya berwarna biru tiba-tiba diselimuti oleh mendung berwarna hitam, matahari yang bersinar di atas sana pun kini tidak lagi tampak karena terhalang oleh kelamnya mendung dan membuat suasana kota Norburry menjadi sedikit mencekam.
Penduduk kota Norburry yang saat itu masih sibuk melakukan aktivitas mereka menghiraukan perubahan cuaca yang terjadi, mereka menganggap perubahan cuaca yang begitu cepat itu adalah hal yang biasa, mengingat sekarang ini sudah memasuki musim gugur di mana hujan dalam frekuensi ringan dan sedang sering terjadi.
Ketika para penduduk kota Norburry menghiraukan perubahan cuaca, hal ini tidak berlaku pada penghuni sebuah vila besar yang terletak di sebelah utara kota itu. Letak bangunan yang begitu besar dan terlihat mewah tersebut sangat tersembunyi, vila itu dikelilingi oleh hutan kecil dan membuat banyak orang tidak bisa melihat kalau di kota kecil tersebut terdapat sebuah bangunan megah seperti vila ini. Jangankan bisa melihat, kebanyakan orang tidak tahu kalau di kota mereka ada vila yang mengingatkan mereka akan gaya bersejarah maupun siapa pemilik vila misterius itu.
Berbeda dengan penduduk kota Norburry lainnya, mereka yang tinggal dalam vila misterius itu bukanlah manusia. Tidak hanya itu saja, di sekeliling bangunan vila juga terpasang pembatas tak kasat mata yang menghalangi pandangan manusia untuk melihat ke sana, karena itulah banyak penduduk tidak tahu kalau di kota mereka terdapat bangunan besar seperti vila itu.
Sebuah kilat besar muncul dari sela-sela awan mendung dan menerangi kota di bawah sana untuk sesaat, kemunculan kilat itu juga dibarengi oleh suara menggelegar sebuah petir yang begitu memekakkan telinga. Di salah satu kamar yang ada di lantai dua di vila tersembunyi itu sebuah teriakan dari wanita yang penuh akan kesakitan terdengar. Seiring dengan teriakan demi teriakan yang terdengar, dari dalam sana juga terdengar ucapan penuh dorongan dari dua orang wanita lainnya.
“Milady, ayo sedikit lagi. Kepala bayi Anda sudah mau terlihat,” bujuk seorang bidan wanita kepada sosok yang tengah berbaring di tempat tidur.
Teriakan penuh kesakitan yang tadi terdengar berasal dari wanita itu. Peluh menghujani tubuhnya, wajahnya yang berwarna putih kini menjadi pucat pasi sementara bibir wanita itu berubah sedikit membiru. Ekspresi kesakitan yang mewarnai wajah cantik wanita itu mengisyaratkan kalau proses persalinan yang tengah terjadi sedikit mengalami kendala.
“AKKH!!!!” Wanita itu kembali berteriak seraya berusaha mendorong bayi yang ingin keluar dari dalam rahimnya. Namun sekeras apapun usaha yang wanita itu lakukan, bayinya masih tertahan di dalam sana dan tidak mau bergerak untuk keluar.
Wanita itu mengalami kesakitan yang luar biasa, ini adalah pertama kalinya dia merasakan hal seperti itu dan rasa ketidaksukaannya terhadap bayi yang ada dalam perutnya semakin bertambah. Dia ingin bayinya segera keluar dan tidak lagi membuatnya tersiksa seperti sekarang ini.
DUAAR…..
Suara petir di luar sana semakin menjadi-jadi bersamaan dengan teriakan sang calon ibu yang masih berusaha untuk mengeluarkan bayinya dari dalam rahim.
Rasa sakit yang bertubi-tubi melanda tubuh wanita itu. Kedua mata wanita itu terbuka lebar, warna biru pada mata sang wanita berubah menjadi merah darah saat aroma darah yang begitu semerbak menyelimuti ruangan itu. Tidak hanya si calon ibu saja yang warna matanya berubah, dua orang bidan yang membantu persalinannya pun warna matanya berubah menjadi merah darah.
Berbeda dengan wanita yang berada di tempat tidur, kedua bidan yang membantu proses persalinan mencoba untuk menahan haus darah yang mereka rasakan ketika mencium aroma darah dari vampir berdarah murni di depan keduanya. Wanita yang tengah melahirkan ini adalah seorang vampir berdarah murni, darahnya begitu sakral dan tidak bisa diminum oleh vampir kelas biasa seperti kedua bidan itu.
“Milady, ayo dorong kuat-kuat. Bayi Anda akan segera lahir dan rasa sakit yang Anda rasakan akan hilang,” bujuk bidan pertama, dia mengambil sebuah handuk lembut untuk mengusap peluh dari wajah vampir berdarah murni yang tengah merasa kesakitan itu.
Bidan kedua berjalan ke depan, dia melihat ke bagian dua kaki sang wanita yang sudah dilebarkan tersebut. Darah mengucur deras dan membasahi kasur dan sprei yang ada di bawah sana, aroma darah yang begitu semerbak membuat keduanya hampir tidak bisa menahan diri, bahkan taring vampir mereka yang panjang sudah keluar menyembul.
“Sakit… sakit sekali,” keluh si vampir berdarah murni. Wajah pucat yang diselimuti oleh keringat tipis sama sekali tidak memudarkan kecantikan yang dia miliki. “Cepat keluar… cepat keluar… aahhh….”
“Sakitnya hanya sebentar, Milady. Ayo ambil napas dalam-dalam dan kemudian dorong bayi Anda keluar,” kata si bidan kedua. “Saya bisa merasakan bayi Anda akan segera lahir.”
Kening si vampir berdarah murni mengernyit saat dia merasakan sakit yang luar biasa melanda tubuhnya. Perkataan dari kedua bidan yang menyemangatinya untuk mendorong keluar bayi terkutuk itu sangat mudah untuk dilakukan, tetapi semua orang tahu kalau berbicara jauh lebih mudah ketimbang melakukannya sesuai realita yang ada.
Meski sang wanita ingin sekali membunuh kedua bidan yang berbicara seenaknya itu sekarang juga, rasa sakit yang bertubi-tubi seperti ditusuk oleh ratusan ribu jarum membuatnya kembali fokus pada tujuan utama. Dia ingin mengeluarkan bayi terkutuk ini dari dalam tubuhnya.
Namun, ketika si wanita itu mengingat orang yang menanamkan bayi ini pada rahimnya secara paksa serta bagaimana penderitaan yang harus dia rasakan selama tiga tahun mengandung bayi ini, si wanita yang merupakan vampir berdarah murni tersebut merasakan kebencian yang luar biasa dalam muncul dari hatinya.
Kebencian yang tengah melanda hatinya tersebut berubah menjadi sebuah motivasi yang membuatnya mendapatkan tenaga ekstra. Dengan usaha yang keras wanita itu kembali mendorong bayi yang masih ada dalam tubuhnya untuk keluar. Teriakan si wanita keluar lagi serta semakin keras, bersamaan dengan itu sebuah petir yang begitu besar menyambar kota Norburry sebelum hujan yang lebat pada akhirnya turun dari atas langit.
“Bayinya keluar!!!” pekik bidan pertama, dia segera mengambil bayi mungil yang dengan susah payah dilahirkan oleh sang vampir berdarah murni. “Perempuan. Lady Amelia, bayi Anda adalah perempuan.”
“Kita memiliki seorang tuan putri pada akhirnya,” sambung bidan kedua yang tidak kalah senangnya.
Dua orang bidan tersebut terlihat begitu gembira, mereka menyambut kelahiran seorang vampir berdarah murni dengan suka cita. Bagi bangsa vampir, vampir berdarah murni bisa diibaratkan sebagai keluarga kerajaan atau bahkan dewa. Mereka memiliki status tertinggi dari semua kelas vampir yang ada dan keberadaannya sangat diagungkan, pada dasarnya hanya vampir berdarah murni saja yang bisa mengubah manusia menjadi vampir serta penguasa bangsa vampir.
Mereka kuat, memiliki darah yang agung, mampu mengendalikan vampir yang berada di bawah kelas mereka, dan merupakan simbol dari penguasa bangsa vampir. Yang terpenting dari semua itu, vampir berdarah murni merupakan keturunan langsung dari para progenitor yang merupakan vampir pertama di dunia ini.
Namun jumlah dari vampir berdarah murni di dunia ini sangat sedikit, hanya satu dari sepuluh ribu dan keseluruhannya bisa dihitung menggunakan hitungan jari. Tidak hanya kelahiran yang sangat sulit untuk terjadi, kebanyakan dari vampir berdarah murni yang telah tinggal di dunia ini dalam waktu yang sangat lama memutuskan untuk mengambil tidur abadi. Karena itulah kelahiran seorang vampir berdarah murni sangat dinanti-nantikan oleh bangsa vampir seperti mereka.
Kebahagiaan dari kedua bidan atas kelahiran seorang bayi yang merupakan vampir berdarah murni tidak menyentuh hati Amelia barang sedikit pun. Amelia yang baru saja melahirkan merasakan tenaganya terkuras habis, rasa sakit yang dia rasakan pada bagian bawah tubuhnya masih terasa cukup kuat, tetapi semua itu bisa dia hiraukan.
Kedua mata Amelia masih berwarna merah darah, sorot matanya yang menatap sosok bayi mungil dalam gendongan sang bidan sarat akan kebencian yang begitu dalam.
Dalam benak Amelia, bayi yang baru saja dia lahirkan begitu mirip dengan sosok ‘monster’ yang menanamkan benihnya pada tubuh Amelia. Dia bukan anaknya, tetapi seorang musuh yang menjadi simbol penderitaan Amelia selama ini. Rasa sakit yang kini muncul dari hatinya mengoyak kewarasan Amelia dan membuat kesadaran wanita itu memudar sedikit demi sedikit.
Emosi wanita itu menjadi tidak stabil.
Amelia memaksa tubuhnya untuk bangun setelah dia merasa luka pada bagian bawah tubuhnya berangsur-angsur sembuh dan tidak lagi mengucurkan darah. Sprei yang ada di bawah sana Amelia remas dengan begitu kuat.
“Lady Amelia, Anda jangan berdiri dulu. Luka Anda belum sepenuhnya pulih,” tegur bidan kedua. Meskipun apa yang sang bidan ucapkan adalah sebuah teguran, dia tidak berani sepenuhnya menegur sosok terhormat seperti Lady Amelia.
Bidan kedua mencoba untuk membantu Amelia untuk kembali berbaring di atas tempat tidur, namun usahanya percuma karena Amelia tidak memiliki rencana untuk melakukan apa yang sang bidan kedua inginkan. Amelia melemparkan tangan yang mencoba untuk menyentuhnya, kedua matanya yang berwarna merah darah serta diselimuti oleh kabut menatap ganas sosok sang bidan.
“Minggir!” perintah Amelia.
Tekanan yang luar biasa kuat menghantam tubuh sang bidan kedua dan membuatnya mengambil satu langkah ke belakang. Rasa takut yang luar biasa juga dia rasakan, tidak hanya bidan kedua saja yang langsung mendapatkannya, bidan pertama yang tengah menggendong bayi mungil itu juga merasakan hal yang sama. Wajah kedua bidan yang membantu persalinan Amelia berubah menjadi pucat pasi, mereka mencoba untuk tidak berlutut di hadapan Amelia karena rasa takut dan juga aura kuat yang berasal dari wanita itu.
Amelia menoleh ke arah bidan pertama yang berdiri tidak jauh darinya, atau lebih tepatnya yang Amelia tatap adalah sosok mungil yang berada dalam gendongan sang bidan.
“Berikan bayi itu padaku!” Amelia memberikan perintah seraya berjalan maju ke depan.
Bidan pertama yang menggendong sang bayi mungil itu otomatis mundur ke belakang karena dia merasakan kemarahan serta niat membunuh dari Amelia. Kedua bidan itu tidaklah bodoh, mereka bisa menebak kalau Lady Amelia ingin membunuh bayi yang baru saja dia lahirkan beberapa menit yang lalu.
Bagaimana mungkin mereka berdua memberikan bayi ini kepada Amelia hanya untuk wanita itu bunuh setelahnya? Bayi ini adalah vampir berdarah murni yang kelahirannya sangat dinanti-nantikan oleh bangsa vampir.
Meskipun Amelia adalah seorang vampir berdarah murni yang luar biasa kuat dengan status tinggi, bayi yang ada dalam gendongan bidan pertama adalah vampir dengan status sama seperti Amelia walaupun dia baru saja dilahirkan. Mereka harus melindungi bayi ini dan tidak membiarkan Lady Amelia membunuhnya.
“Lady Amelia, putri kecil ini adalah bayi yang Anda lahirkan,” papar sang bidan pertama. “Darah daging Anda, Milady.”
Amelia menggeleng kepala dan berkata, “Putriku? Dia adalah monster yang seharusnya aku bunuh dari dulu.”
Kebencian dan amarah Amelia meledak-ledak layaknya badai yang tengah terjadi di luar sana. Dua bidan yang merupakan vampir kelas rendah tidak bisa menahan rasa takut mereka di hadapan Amelia.
Melihat dua bidan yang masih melindungi bayi itu membuat Amelia kehilangan kesabaran, dia menghempaskan bidan kedua yang mencoba untuk menahannya agar tidak menghampiri bayi mungil dalam gendongan bidan pertama. Tubuh bidan kedua yang terhempas menghantam dinding keras di belakang, sedetik kemudian sebuah tombak yang terbuat dari kristal menusuk jantung sang bidan dan membunuhnya seketika. Tubuh dari bidan kedua berubah menjadi abu sementara pakaian yang tadi dikenakan jatuh ke lantai.
“Serahkan monster kecil itu atau apa yang kau lihat barusan akan menjadi nasibmu setelahnya!!” bentak Amelia.
Walaupun tekanan besar yang berasal dari aura kuat Amelia membuat kedua kaki sang bidan terasa lemas dan membuatnya ingin berlutut untuk meminta pengampunan, sang bidan pertama masih bertekad untuk melindungi bayi mungil dalam gendongannya meski nyawa adalah taruhannya.
“Aaakhh!!!” teriak Amelia yang penuh frustasi.
Amelia tidak lagi memberikan peringatan kepada bidan itu dan memilih untuk langsung melesat ke arah bayi mungil itu. Apabila kuku jari Amelia yang begitu tajam dan mampu mencabik-cabik baja yang keras meremas kulit rapuh milik sang bayi, akibatnya bisa dibayangkan di mana sang bayi tidak akan selamat.
Sang bidan mencoba untuk melarikan diri dan keluar dari dalam kamar, sayangnya kecepatan sang bidan tidak bisa menyamai kecepatan Amelia. Sang bidan merasa lemah serta tidak berdaya melihat Amelia yang ada di depan mata dalam hitungan detik, Lady Amelia akan membunuhnya bersama dengan bayi mungil yang ada dalam gendongan itu.
Ketika kuku jari Amelia yang tajam berjarak kurang dari satu inchi dari tubuh sang bayi, tiba-tiba saja sebuah penghalang tak kasat mata yang tidak bisa tertembus bertemu dengan serangan Amelia. Tidak hanya serangan Amelia terhalang oleh dinding tidak kasat mata yang melindungi sang bidan bersama dengan bayi mungil di dalamnya, sebuah dorongan yang begitu kuat menghantam tubuh Amelia dan membuat wanita itu terhempas ke belakang.
Apabila Amelia bukanlah vampir yang kuat dan menggunakan Mana untuk melindunginya, wanita itu pasti terluka.
Amelia tidak tahu siapa yang sudah menolong sang bayi mungil, perlindungan serta serangan yang terjadi tersebut membuat emosi Amelia semakin tidak stabil. Amelia menggunakan Mana dan menciptakan beberapa panah kristal di udara, setelah itu dia memerintahkan anak panah kristal menyerang mereka berdua di depan sana.
Ajaibnya anak panah kristal yang begitu tajam dan mampu menembus lapisan perlindungan yang kuat tidak mampu menembus dinding perlindungan yang menyelimuti sang bayi mungil. Seperti ada sesuatu yang jauh lebih kuat, begitu anak panah kristal menyentuh permukaan dinding pelindung mereka langsung hancur berkeping-keping dan pecahannya itu berhamburan ke mana-mana.
Bersamaan dengan itu pula, kedua mata sang bayi mungil yang sedari tadi terpejam tiba-tiba terbuka. Sepasang mata berwarna lavender menatap sosok Amelia yang kini penampilannya sudah acak-acakan dan lebih mirip seperti orang gila ketimbang seorang wanita terhormat. Kedua mata mereka berdua saling bertemu, sosok Amelia yang tadi begitu garang dan ingin mencabik-cabik sosok mungil dalam gendongan sang bidan langsung membeku di tempat.
Mata itu…
Mata bayi itu mengingatkan Amelia pada ingatannya yang paling kelam, mengingatkannya di mana monster tua itu menyentuhnya dan menanamkan benihnya pada rahim Amelia tanpa seizinnya. Trauma masa lalu yang berkepanjangan dan sempat membuat Amelia depresi kembali dia rasakan. Tubuh Amelia mulai bergetar, menggigil ketakutan, sebelum kemudian dia memeluk tubuhnya sendiri.
Yang Amelia lihat di depan sana bukanlah bayi mungil bermata lavender, yang dia lihat adalah monster bermata sama yang menyeringai padanya dan ingin mendekap Amelia untuk selamanya.
Ekspresi Amelia berubah sangat buruk, kedua matanya melotot penuh histeris.
“AAAAKKKH!!!” Amelia meneriakkan ketakutannya sebelum dia jatuh terduduk di atas lantai. Isak tangis yang begitu pilu mulai terdengar.
Amelia menangis dan tertawa pada saat yang sama, sesekali kedua tangan wanita itu menjambak rambutnya sendiri. Penampilan wanita itu seperti orang yang sudah kehilangan akal sehatnya.
“Lady Amelia!” panggil sang bidan yang menggendong bayi mungil.
Sang bidan takut sekaligus khawatir dengan keadaan Amelia, tetapi panggilannya sama sekali tidak sampai pada wanita itu karena Amelia yang sudah kehilangan kewarasannya tidak bisa mendengar apapun kecuali kepiluan yang dia rasakan. Ketika sang bidan ingin mendekat ke arah Amelia, dinding pelindung yang masih terpasang di hadapannya menghalanginya, membuat sang bidan tidak bisa menghampiri Amelia.
Baik Amelia dan sang bidan tidak mengetahui kalau bayi mungil dalam gendongan sang bidan terus melihat Amelia dengan tatapan menyelidik, tatapan tersebut sama sekali tidak cocok dengan tatapan seorang bayi yang barusan dilahirkan. Tidak ada perubahan emosi maupun ketakutan atau keluguan yang terpancar di sana.
Kekaleman yang sang bayi tunjukkan sama sekali tidak sesuai dengan statusnya sebagai bayi yang baru dilahirkan, dia jauh lebih mirip dengan orang yang sudah melihat banyak hal di dunia ini sejak lama, untuk itu situasi seperti apa yang terjadi dalam ruangan ini tidak menimbulkan emosi apapun terhadap dirinya.
“Lady Amelia, kendalikan diri Anda!” bujuk sang bidan.
Sayang sekali ucapannya masih tidak sampai pada Amelia yang histeris.
Ketika sang bidan hampir putus asa karena tidak bisa melakukan apapun, pintu kamar yang sedari tadi tertutup kini terbuka dari luar. Seorang laki-laki bertubuh tinggi datang bergegas menghampiri Amelia. Bersamaan dengan datangnya laki-laki itu, dinding pelindung yang tadi melindungi mereka berdua dari serangan Amelia pun menghilang.
“Thea, bawa bayi Amelia keluar dari ruangan ini. Aku akan menenangkan Amelia terlebih dahulu!” sahut laki-laki itu seraya memeluk sosok Amelia yang masih menggigil ketakutan dan merancau tidak jelas.
Sang bidan yang bernama Thea merasa begitu lega ketika laki-laki itu muncul, dia merasa semua beban yang tadinya menghimpit tubuhnya langsung musnah sekaligus. Thea tidak berani membantah perintah yang sudah laki-laki itu berikan padanya, terlebih lagi Thea yang merasa ketakutan akibat kegilaan yang Amelia tunjukkan ingin sekali keluar dari tempat itu sekarang juga. Setelah memberikan anggukan sang bidan pun segera keluar dari dalam ruangan bersama bayi mungil yang ada dalam gendongannya.
Melihat di sana tidak ada bahaya yang mengancam lagi, sang bayi pun kembali memejamkan kedua matanya seperti tidak terjadi apa-apa di sana. Energi yang dimiliki oleh seorang bayi yang baru lahir itu sangat terbatas, termasuk Fiona yang kini telah berubah menjadi seorang bayi begitu tiba di dunia baru ini.
“Zero, aku harap kau bisa memberikan penjelasan mengenai semua ini padaku!” tegas Fiona kepada Sistem 007 yang bersemayam dalam kesadarannya.
Saat Sistem 007 mengatakan dia akan mengirim Fiona ke dunia baru untuk berlibur, Fiona berpikir dirinya bisa bersantai dan rebahan selamanya seperti apa yang dia inginkan. Dia tidak perlu bertarung maupun mempertaruhkan hidup dan mati, bahkan katanya Sistem 007 menjamin di tempat baru ini Fiona tidak akan memiliki musuh yang menginginkan nyawanya.Namun pada kenyataannya impian yang ada dalam benak Fiona berbanding terbalik seratus delapan puluh derajat dari kenyataan yang ada. Sistem 007 memang mengirim Fiona keluar dari dunia Infinity, tetapi gadis itu tidak pernah membayangkan kalau proses rebahan yang dimaksud oleh Sistem 007 adalah Fiona menjadi bayi yang baru dilahirkan.Saat pertama kali Fiona membuka mata setelah Sistem 007 mengirimnya ke dunia lain, dia hanya melihat gelapnya situasi yang mengelilinginya. Kesadaran Fiona saat itu sangat tipis dan dia tidak sepenuhnya bangun, hanya beberapa detik dia membuka mata Fiona kemudian tertidur lagi, gadis itu tidak sadar kalau tempat
Langkah kaki tamu misterius yang masuk ke dalam kamar Fiona sama sekali tidak menimbulkan bunyi, dia seperti hantu yang masuk dan keluar tanpa sepengetahuan si pemilik kamar.Kewaspadaan Fiona tidak dia kendorkan sejak Sistem 007 mengirimnya ke dunia ini, bahkan ketika dia terlahir sebagai bayi yang seharusnya tidak memedulikan apapun di sekitarnya. Fiona bukanlah bayi yang sebenarnya, dia mungkin terlihat tidak berbahaya dalam wujudnya yang sekarang ini, tetapi semua itu tidak mempengaruhi fakta kalau dia bukanlah orang yang tidak berbahaya.Si pengunjung misterius tersebut bukan Thea yang merupakan pengasuh Fiona di tempat ini, Fiona sangat hafal dengan aura serta keberadaan Thea maupun orang yang sering mengunjungi kamar bayinya tersebut. Fiona tidak tahu apakah si pengunjung misterius adalah lawan atau kawan. Walaupun Fiona bisa menggunakan Mana dalam wujudnya yang sekarang untuk membuat garis perlindungan, dia masih memiliki harapan kalau si pengunjung misterius bukanlah seorang
Fiona berjalan mengikuti sang kepala pelayan yang membimbingnya ke arah sayap timur vila. Di vila tersembunyi yang merupakan tempat kediaman Amelia ini, bangunan vila terbagi menjadi dua bagian yang dipisahkan oleh sebuah aula besar yang sering digunakan untuk acara perjamuan atau pesta besar. Mereka adalah bangunan sayap barat di mana Fiona tinggal sekarang ini dan bangunan sayap timur yang merupakan tempat tinggal Amelia.Setelah Amelia tahu dirinya tidak bisa melakukan banyak hal untuk melenyapkan Fiona, dia menyuruh pelayan untuk mengisolasi bangunan sayap barat dan menempatkan Fiona pada bangunan tersebut. Walaupun mereka masih tinggal dalam satu kawasan tetapi Amelia tidak ingin tinggal bersama dengan Fiona. Selama lima tahun terakhir sejak Fiona menghuni area sayap barat dia tidak pernah keluar dari area tersebut, selain Amelia yang melarang Fiona untuk keluar dari tempat itu, Fiona sendiri juga tidak memiliki niatan untuk pergi dari sana.Fiona melakukan hal itu bukan karena d
[Perhatian! Progres energi yang sudah terkumpul… 98%][Perhatian! Progres energi yang sudah terkumpul… 99%][Perhatian! Progress energi yang sudah terkumpul… 100%][Kuota energi sudah penuh (100%), proses mendownload informasi dunia sedang diproses][Informasi dunia sudah didownload, informasi dunia akan ditransfer.]Suara dingin yang mirip dengan mesin penjawab pun terdengar beberapa kali dalam benak Fiona yang tengah tidak sadarkan diri. Suara itu pula juga yang membuat kesadaran Fiona sedikit terkumpul, menandakan kalau dia sebentar lagi akan bangun. Sebelum gadis itu bisa mengingat apa yang terjadi padanya maupun bisa mengumpulkan kesadarannya untuk bangun, Fiona dapat merasakan sakit kepala yang luar biasa seperti palu besar bertubi-tubi menghantam otaknya.Informasi dalam jumlah besar dijejalkan masuk dalam kepalanya, kesadaran Fiona yang tadinya sedikit terkumpul kini langsung menghilang lagi untuk beberapa saat akibat semua informasi asing yang dia terima secara tiba-tiba.Di
Kedua pria yang masih memegang sekop di tangan terlihat menegang saat mengetahui sosok Fiona telah keluar dari lubang besar yang menguburnya. Suasana di tempat itu semakin bertambah tidak enak, tidak ada yang bisa mengucapkan apapun untuk memberikan komentar dengan apa yang tengah terjadi, kecuali Fiona tentunya yang saat itu terlihat tengah mengomentari sebuah mainan.Pria pertama dan kedua saling berpandangan satu sama lain, mereka ingin tahu bagaimana Fiona bisa lepas dari jeratan anti vampir yang mengikatnya. Anti vampir dari hunter bisa menahan dan juga melukai vampir dari kelas darah murni, dan Fiona yang masih anak-anak itu seharusnya tidak bisa melakukan apa-apa ketika anti vampir mengikat tangan dan kakinya.Pada dasarnya kekuatan serta karakteristik vampir berdarah murni akan terlihat saat mereka telah berusia delapan tahun atau lebih, dan Fiona yang baru saja berusia lima tahun mustahil untuk memiliki kekuatan. Vampir dari kelas darah murni maupun bangsawan akan memiliki tu
Hutan Solana adalah sebuah hutan legendaris. Sedikit yang orang ketahui mengenai hutan ini, pada dasarnya informasi mengenai Hutan Solana telah menghilang dari peredaran sejarah yang ada di Kerajaan Imperial Romania, sama dengan banyaknya sejarah yang ada di kerajaan itu.Kebanyakan informasi mengenai Hutan Solana diturunkan dari mulut ke mulut, yang paling terkenal adalah hutan tersebut merupakan hutan terkutuk dan lokasinya pun menghilang dari peta Kerajaan Imperial Romania, hampir tidak ada yang bisa memastikan di mana Hutan Solana berada.Karena itulah Hutan Solana yang legendaris tersebut perlahan-lahan mulai dilupakan. Hutan yang tersegel selama ratusan tahun dan hanya muncul sehari saat waktu tertentu sebelum menghilang, Hutan Solana benar-benar sebuah hutan yang aneh, hutan ini menyimpan banyak misteri yang belum terpecahkan.Fiona yang notabene adalah pendatang dari dunia lain pernah mendengar mengenai hutan yang terkutuk tersebut. Pada saat itu Fiona hanya mengangguk saja da
Ilusi yang bertahan hampir dua puluh empat jam sebenarnya hanya berlangsung kurang dari tiga jam di dunia nyata. Ketika dunia ilusi dari si pemilik ilusi dihancurkan oleh Fiona, waktu gadis itu kembali berjalan normal. Kegelapan di hutan yang awalnya diselimuti oleh ilusi semakin gelap, menunjukkan kalau waktu sekarang ini berjalan menuju tengah malam.Sunyi, tidak ada yang bersuara dari kedua belah pihak, baik Fiona maupun si pemilik ilusi sama-sama memilih untuk diam saat kepingan terakhir dari ilusi hancur dan tak bersisa.Fiona tersenyum untuk sesaat, menghancurkan ilusi level tujuh membutuhkan energi ekstra, padahal dulunya dia bisa melakukan itu dengan mudah, tetapi tidak dengan sekarang karena gadis itu kini hidup dalam keterbatasan. Rasa penyesalan yang muncul dalam hati Fiona kembali lagi, namun semua itu langsung menghilang setelah dia mengoreksi diri untuk sesaat dan memilih untuk menerima keadaannya yang sekarang.Gadis itu mengepalkan tangan kanannya. Kekuatan perlahan-la
Debu beterbangan di mana-mana, menutupi jarak pandang orang untuk bisa melihat akan apa yang terjadi di sana. Hantaman yang begitu keras dari monster ular kobra membuat tanah tercongkel dalam ukuran yang besar, bahkan sebuah pohon raksasa yang terkena hantaman itu ikut tumbang dan kembali menimbulkan getaran yang hebat.Para monster yang jauh lebih lemah dari monster ular kobra ini sudah mengungsi sejak lama, meski demikian mereka yang tengah bersembunyi tersebut tidak berani menampakkan diri, takut kalau atensi dari si monster raksasa itu akan beralih kepada mereka.“SSHAHAHAHA….” Desisan super keras dari monster ular kobra terdengar, suaranya yang menyeramkan sekaligus memekakkan telinga itu semakin membuat orang yang mendengarnya menjadi takut.Ketika debu yang menyelimuti tempat itu menipis, hal pertama yang terlihat adalah sosok besar dari monster ular kobra. Lidah yang terjulur dari mulut monster itu bergerak terus, mengisyaratkan ketidakpuasan beserta kemarahan yang dia miliki.