Share

8. Ilusi Perangkap

Hutan Solana adalah sebuah hutan legendaris. Sedikit yang orang ketahui mengenai hutan ini, pada dasarnya informasi mengenai Hutan Solana telah menghilang dari peredaran sejarah yang ada di Kerajaan Imperial Romania, sama dengan banyaknya sejarah yang ada di kerajaan itu.

Kebanyakan informasi mengenai Hutan Solana diturunkan dari mulut ke mulut, yang paling terkenal adalah hutan tersebut merupakan hutan terkutuk dan lokasinya pun menghilang dari peta Kerajaan Imperial Romania, hampir tidak ada yang bisa memastikan di mana Hutan Solana berada.

Karena itulah Hutan Solana yang legendaris tersebut perlahan-lahan mulai dilupakan. Hutan yang tersegel selama ratusan tahun dan hanya muncul sehari saat waktu tertentu sebelum menghilang, Hutan Solana benar-benar sebuah hutan yang aneh, hutan ini menyimpan banyak misteri yang belum terpecahkan.

Fiona yang notabene adalah pendatang dari dunia lain pernah mendengar mengenai hutan yang terkutuk tersebut. Pada saat itu Fiona hanya mengangguk saja dan tidak terlalu serius mempelajarinya saat guru sejarahnya memberikan pelajaran mengenai legenda di Kerajaan Imperial Romania. Apabila mesin waktu itu ada dan gadis itu bisa kembali ke masa lalu, Fiona ingin sekali memukul dirinya sendiri yang tidak serius saat menerima pelajaran.

Ada sedikit penyesalan yang Fiona rasakan, sayangnya di dunia ini tidak ada obat untuk mengatasi penyesalan, satu-satunya yang bisa dia lakukan adalah menerima kenyataan yang ada. Dan kenyataan pahit yang harus Fiona terima adalah dirinya terjebak di Hutan Solana yang misterius.

Tidak ada yang menyangka kalau Amelia akan menyuruh orang untuk menangkap Fiona, mengubur gadis kecil itu hidup-hidup dalam Hutan Solana. Meskipun Fiona tidak tewas di tangan Amelia sendiri, dia yang terjebak dalam Hutan Solana tidak akan bisa kembali, dengan begini tujuan Amelia untuk menyingkirkan Fiona berhasil.

Fiona tidak meragukan pengetahuan Amelia mengenai hutan misterius tersebut dan bagaimana dia bisa tahu Hutan Solana muncul lagi ke permukaan bumi serta di mana letaknya. Meskipun sejarah beserta informasi mengenai Hutan Solana menghilang dari peradaban, informasi kecil mengenai hutan tersebut masih tersimpan dalam perpustakaan pribadi beberapa keluarga vampir lama, dan Keluarga Silveira adalah satu dari beberapa keluarga vampir tersebut.

Matahari baru saja tenggelam dan seharusnya kegelapan malam tidak terlalu terasa, tetapi Fiona merasa kalau sekarang ini seperti tengah malam. Suasana hutan begitu gelap, tidak ada cahaya rembulan di atas sana yang terlihat karena tertutup oleh rindangnya dedaunan pohon besar. Fiona bersyukur indera penglihatannya sebagai vampir sangat tajam, dia bisa melihat dalam kegelapan sehingga gelapnya hutan seperti sekarang tidak menjadi masalah bagi Fiona.

Gadis itu melihat ke sekeliling tempatnya berdiri. Angin malam bertiup sesaat dan menggerakkan dahan-dahan pohon, membuat situasi sedikit menyeramkan dan serasa pepohonan di sana adalah makhluk yang tengah mengawasi Fiona dengan awas.

Bagi mereka yang memiliki mental lemah, mereka tidak akan kuat berada di tempat itu dalam hitungan detik. Tidak hanya ilusi yang menyelimuti tempat Fiona berdiri sangat kuat, Fiona juga merasakan aura asing yang mencoba untuk menekan mentalnya, aura tersebut mencoba untuk memakan keberaniannya dalam tekanan dan membuatnya tidak bisa bertahan lama. Dalam sebuah teori dan praktiknya, ilusi menyerang otak dan indera penglihatan mangsanya, ilusi mudah menyerang seseorang yang bermental lemah dan membuatnya termakan dengan bayangan yang mereka lihat dalam ilusi.

Semakin tinggi tingkat ilusi yang menyerang, maka akan semakin sulit bagi orang yang terperangkap dalam ilusi untuk mematahkannya. Kalau ada level dalam teknik penggunaan ilusi, maka ilusi yang memerangkap Fiona merupakan ilusi level tujuh dari sepuluh level yang ada.

Ilusi level tujuh seperti ini biasanya tidak bisa memerangkap maupun mempengaruhi Fiona saat dia dalam kondisi prima, gadis itu bisa dengan mudah mematahkannya apalagi menyadarinya saat dia masuk dalam perangkap ilusi. Untuk situasi Fiona yang sekarang ini, jangankan dia bisa mendeteksi ilusi dengan mudah, Mana yang tersimpan dalam tubuhnya saja jumlahnya sangat menyedihkan. Baru kali ini Fiona merasakan apa yang namanya hidup dalam kemiskinan, bayangkan saja Fiona yang biasanya menggunakan Mana dengan jumlah sesuka hati dan kapan saja kini harus melakukan pertimbangan matang-matang sebelum menggunakannya.

“Situasiku sangat sulit,” gumam Fiona.

[….]

Sistem 007 yang tinggal dalam kepala Fiona memilih untuk tidak memberikan komentar, sang sistem sama sekali tidak memiliki rasa kasihan atau simpati kepada Fiona. Dibandingkan dengan situasi Fiona yang katanya sangat sulit dan juga ‘miskin’, kehidupan Sistem 007 jauh lebih menyedihkan, dia harus hidup di bawah ‘pembullyan’ Fiona.

Fiona mengambil napas dalam-dalam, dia menghiraukan aura penuh tekanan yang mencoba untuk membully dirinya. Gadis itu mulai beranjak dari tempat sebelumnya.

Ketika Fiona mengambil satu langkah ke depan, pemandangan hutan di sana tiba-tiba saja berubah, gadis itu berdiri dalam sebuah kamar dengan nuansa putih di mana-mana. Dinding yang bercat putih, kayu jendela berwarna putih, eternit langit-langit putih, bahkan perabotan yang jumlahnya sangat sedikit pun juga memiliki warna putih.

Di atas tempat tidur yang berwarna putih terbaring seorang wanita muda, paras wanita muda tersebut sangat pucat dengan peluh yang membasuh badan serta wajahnya. Perut wanita itu besar layaknya orang yang tengah hamil tua, parasnya yang penuh kesakitan serta rintihannya membuat sosok wanita itu sangat menyedihkan. Apabila Fiona tidak tahu kalau wanita itu adalah Amelia, dia akan berpikir ruangan tersebut adalah kamar rumah sakit di era modern.

Di samping Amelia telah berdiri dua orang wanita yang mengawasinya, Fiona mengenal salah satunya sebagai Thea yang merupakan pengasuhnya sejak kecil. Kedua wanita itu membantu sosok Amelia yang terlihat tengah berusaha untuk mengeluarkan bayi dari dalam tubuhnya, pemandangan yang Fiona lihat adalah proses persalinan Amelia, kemungkinan besar adalah hari di mana Fiona dilahirkan.

“AAAKHH…..” Teriakan Amelia yang menahan rasa sakit terdengar membahana dalam ruangan. Dia mengambil napas dengan susah payah, keringat dingin yang membasahi tubuhnya membuat gaun yang dia kenakan melekat pada tubuh Amelia.

Amelia terlihat ingin menghantamkan kedua tangannya pada perut besar miliknya, berupaya untuk melemparkan beban yang telah dia kandung selama lebih dari tiga tahun. Beruntung sekali Thea dan seorang wanita segera memegang kedua tangan Amelia sebelum wanita itu menyakiti dirinya dan bayinya sendiri.

“Saya bisa melihat kepala bayi Anda, Lady Amelia. Ayo dorong kuat-kuat!” bujuk Thea, ucapannya bertujuan untuk menyemangati Amelia yang tengah melakukan proses persalinan.

Aroma darah yang begitu manis dan juga menggiurkan pun tercium dalam ruangan itu, bersamaan dengan aroma darah di sana teriakan Amelia menjadi hal yang paling mendominasi.

Fiona menghiraukan proses persalinan yang Amelia lakukan, dia menoleh ke arah jendela kamar yang gordennya tersibak perlahan-lahan oleh angin semilir dari luar. Di sana Fiona bisa melihat langit yang begitu biru, tidak ada awan putih yang menggantung, cuaca di luar sana sangat cerah dan juga indah.

Thea pernah mengatakan pada Fiona kalau cuaca saat Fiona dilahirkan sangat buruk. Pada saat itu Kota Norburry dilanda oleh badai yang hebat, petir besar jatuh bertubi-tubi dengan kilat yang begitu mengancam, sangat berbeda dengan cuaca langit yang Fiona lihat sekarang ini.

Kalau Fiona tidak salah menebak, apa yang gadis kecil itu saksikan adalah pemandangan di mana proses kelahiran ‘Fiona’ yang seharusnya terjadi dalam plot asli dunia ini. Fiona tersenyum kecil, tangannya meraba sesuatu yang tak kasat mata di udara, benang-benang halus berwarna putih yang begitu transparan menyentuh permukaan tangannya. Fiona ada dalam ilusi yang sama persis dengan plot dunia.

Proses persalinan Amelia sangat lama, mulai dari matahari masih di atas langit sampai tengah malam bayi yang seharus lahir belum keluar juga. Fiona masih sabar menanti, dia duduk di sebuah sofa empuk seraya menunggu ‘dirinya’ dilahirkan oleh Amelia. Dalam ilusi tersebut Fiona tidak lebih dari seorang penonton, Thea dan yang lainnya di sana tidak menyadari kalau ada orang lain dalam kamar itu selain mereka.

Tangisan bayi yang begitu keras tiba-tiba terdengar, perhatian Fiona dan kedua orang yang membantu proses persalinan Amelia pun tertuju pada bayi mungil yang baru saja dilahirkan oleh Amelia. Fiona melihat dengan tenang saat ‘dirinya’ dilahirkan, dia juga melihat bagaimana kegembiraan yang Thea dan rekannya miliki membuat mereka tidak menyadari ada yang salah dengan Amelia.

Ketenangan yang Fiona miliki masih terjaga, bahkan ketika Amelia tiba-tiba saja lepas kendali dan menjadi histeris sampai membunuh Thea dan temannya.

Amelia dalam ilusi tersebut menggendong bayi ‘Fiona’ dengan kedua tangan sebelum taringnya yang tajam menusuk tubuh mungil sang bayi. Amelia menghisap darah ‘Fiona’ sampai kering dan tak bersisa. Ketika bayi ‘Fiona’ mati karena kehabisan darah, Amelia melepaskan gendongannya dan membuat tubuh mungil tersebut terjatuh ke atas lantai. Begitu tubuh mungil itu bertemu dengan lantai, tubuh sang bayi pecah menjadi kepingan-kepingan kristal bening dengan ukuran kecil.

Apabila vampir berdarah murni mati, tubuh mereka akan hancur seperti kepingan kristal yang pecah, dan tubuh bayi ‘Fiona’ yang tewas di tangan ibunya sendiri pun juga berubah menjadi kristal yang hancur berkeping-keping.

“Jadi apa yang ingin kau tunjukkan padaku?”

Pertanyaan Fiona diucapkan dengan begitu lirih, namun dalam ruangan yang begitu sunyi setelah tragedi pembunuhan tersebut terjadi, suara Fiona terdengar sangat keras dan juga membahana.

Amelia yang berdiri di tengah ruangan dengan tubuh berlumuran darah mengangkat kepala, dia yang merupakan ilusi semata dan tidak seharusnya mengetahui keberadaan Fiona terlihat seperti tahu kalau Fiona ada di sana. Kedua mata Amelia berwarna merah, kegilaan yang tadi terlihat saat dia menghisap darah dari tubuh bayi ‘Fiona’ sampai kering menghilang, tergantikan oleh ketenangan yang hampir tidak menunjukkan emosi apapun.

Kedua mata Amelia bertemu dengan Fiona yang duduk tidak jauh dari tempatnya berdiri, sepasang iris berwarna merah bertemu langsung dengan warna lavender terang milik Fiona.

“Kau tidak seharusnya ada di dunia ini,” balas Amelia.

Tatapan Amelia begitu kosong, tidak ada sedikit pun emosi terbaca pada kedua mata itu, dia melihat Fiona layaknya gadis kecil itu tidak lebih dari angin dalam ruang kosong tersebut. Amelia yang Fiona lihat dan menanggapi pertanyaannya bukanlah sosok Amelia yang sebenarnya, entitasnya adalah sebuah ilusi, keberadaan buatan yang diciptakan oleh si pemilik ilusi setelah membaca pikiran Fiona.

“Keberadaanmu tidak diharapkan, kau seharusnya mati lima tahun yang lalu,” ujar Amelia lagi, nada bicaranya begitu dingin dan juga kaku seperti boneka tanpa jiwa. “Bagaimana mungkin kau bisa ada di dunia ini?”

Fiona tersenyum kecil, dia berdiri dari tempat duduknya.

“Terima kasih karena sudah mengingatkanku, aku akan memberimu pelajaran sains sebagai gantinya kalau begitu. Semua makhluk yang ada di dunia akan menghadapi apa yang namanya seleksi alam, siapa yang kuat maka dialah yang akan bertahan hidup,” ujar Fiona dengan santainya. Senyuman gadis kecil itu bertambah lebar sedikit sebelum menambahkan kata-katanya.

“Aku yang ada dalam ilusi mati di tangan Amelia karena dia tidak lolos dalam seleksi alam, sementara aku yang ada di sini jauh lebih kuat sehingga bisa menjadi pemenang dalam seleksi alam tersebut,” tambah Fiona kemudian. “Ilusi yang kau ciptakan tidak lebih dari sebuah gambaran yang tidak nyata.”

Fiona tidak memiliki beban sedikit pun saat dia mengatakan dirinya yang lain mati di tangan Amelia, seolah-olah yang diperlihatkan dalam ilusi tersebut bukanlah dirinya sendiri. Tidak hanya itu saja, Fiona juga menyebut nama Amelia tanpa ada rasa hormat maupun takut, dia juga tidak menggunakan embel-embel ‘ibu’ di sini. Tindakan Fiona menunjukkan kalau dia tidak pernah mengakui Amelia sebagai ibunya, baginnya Amelia tidak lebih dari inang yang menampung Fiona untuk sementara sebelum gadis itu bisa berada di dunia ini.

Dalam pendapat Fiona, Amelia sendiri sebenarnya tidak pantas disebut sebagai seorang ibu. Fiona memang orang yang mentalnya tidak bisa dikatakan normal, tetapi dia tahu kalau peran seorang ibu adalah menyayangi anaknya dan tidak akan mencelakakannya seperti apa yang Amelia atau ibu Fiona di dunia pertama lakukan.

Bibir Amelia dalam ilusi terkatup rapat membentuk garis lurus. Amelia dalam ilusi tersebut tidak menyangka kalau setelah diperlihatkan ilusi brutal seperti tadi mental Fiona tidak terganggu barang sedikit pun, bahkan ilusi tersebut bisa dikatakan menjadi tontonan Fiona untuk menghabiskan waktu. Melihat ekspresi kalem yang tertera pada wajah gadis kecil itu, tebakan Amelia dalam ilusi tidaklah salah, Fiona memang menonton ‘pertunjukan’ yang dia berikan untuk menghabiskan waktu.

“Aku ibumu dan aku ingin kau mati di tanganku,” kata Amelia lagi, suaranya masih datar dan juga dingin.

Bersamaan dengan itu, aura yang penuh akan tekanan mengitari tubuh Fiona dan memberikan paksaan kepada mental Fiona, menekannya dan membuatnya submisif. Dia ingin melihat Fiona putus asa, merasa dirinya tidak berarti, dan ketika mentalnya sudah berada di angka negatif maka Fiona akan terjebak dalam ilusi ini selamanya.

Ilusi terkuat biasanya mengambil bentuk dalam kesedihan terdalam, dan melihat dirinya tidak diinginkan oleh orang terdekat akan menjadi hal yang paling menyakitkan, akibatnya mereka akan terjebak serta tidak bisa keluar dari kepungan ilusi. Amelia dalam ilusi tersebut berpikir kalau ingatan yang paling menyakitkan bagi Fiona adalah ditolak oleh ibunya, dia berharap saat Fiona melihat hal ini akan membuatnya jatuh dalam keterpurukan.

Sayangnya apa yang Amelia dalam ilusi tersebut pikirkan tidak lebih dari sebuah delusi semata.

“Aku tahu, Amelia memang menginginkanku mati daripada hidup. Aku berterima kasih lagi karena kau sudah mengingatkanku,” balas Fiona dengan nada ringan dan terdengar sedikit menyebalkan. Ucapan Fiona terdengar begitu sarkatis, membuat lawannya ingin memukul Fiona.

“….”

[….]

Baik Amelia dalam ilusi dan Sistem 007 sama-sama tidak bisa mengatakan apapun, ucapan Fiona membungkam mulut mereka. Keduanya memberikan tatapan kepada Fiona yang mengatakan kalau gadis itu sudah tidak waras lagi, mana ada orang yang berterima kasih setelah diingatkan kalau seseorang ingin membunuhnya?

Berbeda dengan Amelia dalam ilusi yang terlihat tidak mengerti mengapa Fiona tampak tidak terpengaruh, Sistem 007 yang sudah bersama-sama dengan Fiona dan mengenal kepribadian buruk gadis itu hanya bisa mengelus dada kecilnya.

“Apakah ini saja yang ingin kau tunjukkan padaku?” tanya Fiona kembali.

Amelia dalam ilusi menghela napas kecil, mengerti kalau ilusi yang dia buat tidak memberikan pengaruh yang besar kepada Fiona.

“Sepertinya kau tidak peduli kalau orang tuamu tidak mengharapkan keberadaanmu dan juga ingin membunuhmu, vampir kecil.” Begitu ucapan Amelia dilontarkan, sosok wanita muda yang berlumuran darah di depan Fiona langsung hancur dan meninggalkan Fiona sendirian dalam ruangan tersebut.

Fiona mengangguk lalu berkata, “Merasa peduli mengenai hal itu hanya membuang-buang waktu saja. Amelia tidak peduli denganku, lalu untuk apa aku peduli dengan dirinya?”

“Dia ibu kandungmu, vampir kecil.”

“Dan ibu kandungku itu juga yang menyuruh orang untuk menguburku hidup-hidup di tempat ini. Orang yang tidak bisa bersikap layaknya seorang ibu tidak pantas disebut sebagai ibu. Aku bisa memanggilmu ibu kalau kau bersikap baik dan menunjukkan sifat keibuan padaku, apa kau tertarik dengan hal itu?” goda Fiona dengan wajah dan juga nada yang begitu datar.

Berbeda dengan ekspresinya, kedua mata Fiona menunjukkan kilat kejenakaan, dia setengah serius dengan ucapannya tadi.

Bukannya merasa tersanjung dengan tawaran Fiona, suara misterius tersebut merasa sedikit marah, akibatnya pemandangan kamar tersebut sedikit bergoyang dan menunjukkan area hutan untuk sesaat sebelum pada akhirnya kembali lagi menjadi kamar persalinan dalam ilusi.

Mata Fiona melihat semua itu untuk sesaat, ekspresi yang masih penuh akan kekaleman dan senyuman tipis yang tidak bermakna apapun masih dia miliki, Fiona tidak menganggap semua itu sebagai hal yang besar meskipun ilusi yang memerangkapnya belum hancur. Yang membuat Fiona sedikit penasaran adalah apakah kursi yang tadi dia duduki masih bisa digunakan apa tidak, apabila si pemilik ilusi ini masih betah mengutarakan omong kosong ehem… berbincang-bincang dengannya, setidaknya Fiona merasa lebih nyaman ketika dia bisa duduk di kursi empuk tadi.

Sistem 007 yang mengerti betul dengan apa yang ada dalam kepala Fiona ingin mengubur diri saja, pemiliknya tersebut adalah tipe orang yang berwajah tebal, dia tidak peduli dengan apapun kecuali kenyamanan diri sendiri. Sistem 007 hanya berharap si pemilik ilusi tidak membaca pikiran Fiona sekarang ini atau si pemilik ilusi akan muntah darah saking kesalnya.

“Jangan bercanda!!” bentak si pemilik ilusi yang kini sudah tidak menggunakan suara Amelia.

Suara si pemilik ilusi membahana di seluruh penjuru ruangan, terdengar keras dan memekakkan telinga, membuat telinga Fiona sedikit sakit ketika mendengarnya. Ekspresi gadis itu tidak berubah, hanya satu jari tangannya saja yang berkedut dan menunjukkan sedikit kekesalan karena itu, selebihnya Fiona masih terlihat sopan dan tidak terpengaruh.

“Kau panggil ibu pun aku tidak sudi menerimanya! Kau itu hanya vampir kecil yang lemah dan tidak bisa melakukan apa-apa!” tegur si pemilik ilusi. “Karena kau lemah, lebih baik kau tinggal dalam ilusi ini untuk selamanya dan tidak keluar. Dunia di luar sana sangat berbahaya, tidak akan ada yang mengambil tubuhmu kalau kau mati di luar hutan ilusi yang kubuat ini.”

“Seberapa bahaya kah di luar sana?” tanya Fiona.

“Sangat berbahaya, di luar sana ada banyak monster berkeliaran. Vampir kecil sepertimu adalah mangsa yang empuk bagi mereka, akan lebih aman kalau kau tinggal dengan manis di tempat ini.”

“Aku tidak tahu kalau Hutan Solana dihuni oleh banyak monster yang berbahaya.”

“Bagaimana kau bisa tahu mengenai hal itu!” dengus si pemilik suara, dengusannya bercampur dengan nada hinaan untuk Fiona. “Kedatanganmu ke tempat ini saja juga karena tidak disengaja. Hanya mereka yang tinggal di tempat inilah yang tahu kalau banyak monster berbahaya menghuni Hutan Solana, setiap harinya Hutan Solana akan menjadi tempat perburuan bagi monster untuk mencari mangsa.”

Si pemilik ilusi menambahkan lagi. “Karena itu bagi vampir kecil yang tidak berdaya, kau itu bukanlah tandingan dari monster buas penghuni hutan. Kalau kau tahu mana yang terbaik bagimu, kau akan memilih untuk tinggal dalam hutan ilusi yang aman ini.”

Fiona tidak meragukan si pemilik ilusi, dia mengatakan kalau Hutan Solana dihuni oleh monster yang sangat berbahaya dan bisa membunuh vampir seperti dirinya dengan mudah, Fiona percaya dengan hal itu. Gadis itu ingin mencari informasi mengenai Hutan Solana dari si pemilik ilusi, Fiona mendapatkannya meski tidak banyak.

“Terima kasih karena sudah mengkhawatirkanku,” sahut Fiona dengan tulus.

“SIAPA YANG MENGKHAWATIRKANMU!!!” raung si pemilik ilusi, suaranya lima kali lebih keras dari sebelumnya dan sukses menggetarkan ilusi di sana walaupun tidak sampai membuatnya hancur.

Untuk melindungi pendengarannya, Fiona menutup telinganya menggunakan kedua tangan, dia juga menggunakan sedikit Mana untuk melapisi gendang telinga di dalam sana. Pendengaran seorang vampir sangat sensitif, suara keras seperti ini membuat telinga Fiona berdengung untuk sesaat.

“Aku menggunakan ilusi padamu karena aku tidak ingin melihat hutanku lagi-lagi dikotori oleh darah dan membuatnya tidak indah. Kau itu sangat lemah dan hampir saja dibunuh oleh dua orang vampir kelas rendahan, bagaimana mungkin tubuhmu yang kecil itu bisa melawan monster-monster besar dan buas penghuni Hutan Solana!!” imbuh si pemilik ilusi.

Si pemilik ilusi terdengar sangat marah, merasa tidak terima karena dibilang merasa khawatir pada keselamatan Fiona, dia tidak ingin Fiona salah sangka terhadap dirinya. Beberapa saat yang lalu dia melihat dua orang vampir membawa vampir kecil ini dan menguburnya, karena merasa kasihan pada vampir kecil ini si pemilik ilusi pun membantunya dengan memerangkap Fiona di dalam ilusi yang tak bisa ditembus.

Walaupun si pemilik ilusi merasa kasihan dan sebenarnya ingin membantu Fiona, dia tidak ingin Fiona berpikir kalau si pemilik ilusi mengkhawatirkannya. Karena itulah si pemilik ilusi langsung membantah ucapan Fiona.

“Jangan salah sangka padaku, siapa juga yang ingin membantumu ataupun mengkhawatirkanmu!!” tambah si pemilik ilusi dengan ketusnya.

Semakin si pemilik ilusi membantah Fiona dan ingin menutupi niatannya, semakin dia terlihat ceroboh dan kikuk pada saat yang sama.

Fiona tidak marah karena dibantah seperti itu. Sebaliknya, Fiona malah tersenyum kecil dan kedua matanya pun berkilat untuk sesaat, dia tidak menyangka kalau si pemilik ilusi yang kelihatannya galak ternyata sangat perhatian, si pemilik ilusi mau membantu vampir kecil yang tidak dikenalnya seperti Fiona ini.

“Kau baik sekali,” puji Fiona dengan tulus.

“Aku tidak baik. Kalau aku baik, untuk apa aku memerangkapmu dalam ilusi dan tidak membiarkanmu keluar dari tempat ini!” sanggah si pemilik ilusi begitu dia mendengar pujian Fiona kepada dirinya.

“Oke… kau tidak baik kalau begitu.” Fiona mengangguk, pasrah dengan si pemilik ilusi yang begitu kikuk tersebut.

Fiona berpikir sesaat, si pemilik ilusi sepertinya tidak memiliki niat jahat terhadap dirinya, dia malah seperti ingin membantu Fiona meskipun caranya sedikit ekstrim. Fiona tidak marah karena si pemilik ilusi membuat ilusi untuknya setelah membaca pikiran gadis itu, gadis itu lebih tepatnya tidak terlalu peduli. Fiona sedikit beruntung si pemilik ilusi tidak bisa membaca ingatannya sebelum datang ke dunia ini maupun mengetahui keberadaan Sistem 007, si pemilik ilusi hanya bisa membaca sebagian kecil dari plot dunia yang Sistem 007 berikan padanya tadi, yaitu pada bagian kelahiran ‘Fiona’ yang lain.

“Kau mengatakan Hutan Solana dihuni oleh monster-monster yang sangat berbahaya, apa kau bisa memberi tahu padaku mengenai mereka?” bujuk Fiona.

Si pemilik ilusi tidak langsung menjawab pertanyaan Fiona untuk beberapa saat, sepertinya dia sedang berpikir apakah perlu memberi tahu Fiona mengenai penghuni Hutan Solana yang lain atau menghiraukannya.

“Untuk apa aku memberi tahu dirimu mengenai mereka? Kau tidak akan bisa keluar dari ilusi yang aku buat ini, vampir kecil,” kata si pemilik ilusi.

“Aku merasa penasaran. Katakan saja kau memberi tahuku untuk menjawab rasa penasaranku,” jawab Fiona.

Melihat si pemilik ilusi sepertinya ragu dan tidak ingin memperhatikan Fiona lagi, Fiona pun membujuknya lagi.

“Ayolah….”

Fiona memperlihatkan daya tariknya sebagai anak kecil yang imut dan baru berusia lima tahun. Dengan mata besar yang begitu lugu, senyuman yang imut, serta kedipan mata itu akan membuat orang yang melihatnya takluk pada karisma imutnya. Sistem 007 yang bersembunyi dalam benak Fiona dan melihat aksi pemiliknya itu langsung terbatuk-batuk, dia tidak terbiasa melihat Fiona yang bersikap imut dan manja seperti ini, rasanya seperti melihat hantu di siang bolong.

Usianya yang masih muda akan membuat orang berpikir Fiona adalah anak kecil yang lemah dan tidak akan melakukan apa-apa, si pemilik ilusi juga berpikir demikian, dia menganggap keluguan Fiona tersebut sangat menarik. Katakan saja Fiona memang penasaran, bukankah anak kecil selalu memiliki banyak pertanyaan karena rasa penasarannya.

“Oke, aku akan memberi tahumu sekali saja,” decak si pemilik ilusi.

Fiona mengangguk dan berkata, “Terima kasih, kau baik sekali~”

Mendapatkan kartu ‘orang baik’ dari Fiona tentu membuat si pemilik ilusi menjadi kikuk, tetapi dia menghiraukan rasa tidak nyaman tersebut dan memberikan pengetahuan singkat kepada vampir ‘lemah yang begitu krispi’ ini mengenai penghuni Hutan Solana.

“Banyak monster yang ikut tersegel dalam Hutan Solana, mereka buas dan akan memangsa orang asing yang memasuki hutan ini. Ketika Hutan Solana muncul dan terlepas dari segel 500 tahun sekali, biasanya akan banyak orang kurang beruntung yang masuk ke hutan ini, mereka yang tidak bisa bertahan akan menjadi mangsa empuk bagi monster penghuni hutan,” jelas si pemilik ilusi.

“Monster-monster yang menghuni Hutan Solana tidak bisa dikatakan bersahabat, tidak hanya orang asing saja tapi sesamanya yang lemah akan mereka mangsa juga. Hampir tiap malam Hutan Solana akan menjadi medan pertumpahan darah, hanya dalam ilusi inilah kau bisa selamat.”

“Dari semua monster yang ada di Hutan Solana, yang paling berbahaya adalah mereka yang menghuni kota di tengah hutan.”

“Kota di tengah hutan?” tanya Fiona yang menyela penjelasan si pemilik ilusi.

Jangan salahkan Fiona yang spontan melakukan hal ini, dia hanya terkejut karena mendapatkan informasi tersebut dan tanpa banyak pikir mengulangi ucapan si pemilik ilusi untuk memastikan apa yang Fiona dengar tidak salah. Dalam plot dunia yang Fiona terima, dia tidak mengetahui informasi lengkap mengenai Hutan Solana, sehingga keberadaan kota di tengah hutan adalah baru pertama kali Fiona dengar. Apa mungkin benda yang menjadi pusat segel Hutan Solana ada di kota itu?

“Benar sekali, di tengah hutan ini terdapat sebuah kota yang ikut tersegel bersama Hutan Solana. Aku tidak tahu bagaimana pastinya kota ini ikut tersegel, yang perlu kau waspadai adalah penghuni kota tersebut adalah makhluk yang haus akan darah dan menjadi monster paling berbahaya,” jelas si pemilik ilusi.

“Apa kau tahu berapa lama Hutan Solana tersegel dari dunia luar dan mengapa hutan ini disegel?” tanya Fiona lagi.

“Aku lupa kapan pastinya Hutan Solana tersegel.”

Si pemilik ilusi tidak memberi tahu Fiona alasan hutan ini tersegel maupun kapan hutan tersegel, ada kemungkinan dia memang tidak mengetahuinya atau si pemilik ilusi tidak ingin Fiona tahu mengenai hal itu. Fiona tidak memaksa si pemilik ilusi untuk menjawabnya, dia tidak terlalu peduli mengenai alasan Hutan Solana disegel dari dunia luar, gadis itu terlalu malas untuk mencari tahu.

Dari penjelasan si pemilik ilusi, Fiona mendapatkan beberapa informasi mengenai Hutan Solana. Hutan ini disegel dari dunia luar dan muncul sekali (satu hari lamanya) dalam 500 tahun sebelum kembali tersegel, di tengah hutan terdapat sebuah kota misterius yang dihuni oleh monster paling berbahaya, kemungkinan besar kota tersebut telah berada di sini sebelum Hutan Solana tersegel di masa lalu dan ada kemungkinan juga benda yang menghalau kerja Sistem 007 ada di tempat itu.

Informasi mengenai Hutan Solana telah menghilang dari buku sejarah Kerajaan Imperial Romania bersama dengan beberapa informasi lainnya, apakah ini sebuah kebetulan semata?

Secepat pemikiran itu terbesit dalam kepala Fiona, secepat pula Fiona menendangnya keluar, dia tidak mau tahu dengan urusan masa lalu Kerajaan Imperial Romania yang tidak ada hubungannya dengan Fiona. Keinginan terbesar Fiona adalah bisa rebahan kapan saja dan di mana saja, dia adalah orang malas dan tidak cocok untuk memiliki rasa ingin tahu seperti itu. Fiona bukanlah seorang protagonis yang suka mencari masalah dalam novel, dia di sini karena liburannya.

“Terima kasih karena sudah memberi tahuku,” ungkap Fiona kepada si pemilik ilusi.

“Kau tidak perlu berterima kasih padaku, aku hanya memberi pengetahuan umum yang perlu kau ketahui saja,” kilah si pemilik ilusi. “Sekarang kau sudah tahu betapa berbahayanya Hutan Solana, kau akan terbunuh sia-sia kalau keluar dari dalam ilusi ini. Apakah sekarang kau sudah memutuskan untuk tinggal dalam ilusiku ini?”

“Apa kau tidak memiliki niat untuk melepaskanku?” tanya Fiona.

“Mustahil aku akan melepaskanmu. Ini semua juga demi kebaikanmu!!” bentak si pemilik ilusi.

Sebuah senyuman yang begitu manis muncul di bibir Fiona, ekspresi yang terpatri pada wajah mungil tersebut juga melembut seperti yang terpancar pada sepasang iris berwarna lavender miliknya.

“Aku sangat menghargai kepedulianmu kepadaku, tapi sayangnya aku tidak bisa membiarkan diriku untuk terjebak dalam ilusi ini selamanya,” tolak Fiona.

Fiona memegang beberapa helai benang putih transparan yang tadinya tak kasat mata di udara, dengan menyalurkan Mana pada genggamannya dia memutus helaian benang tersebut sampai hancur tak bersisa.

Sebelum si pemilik ilusi bisa bereaksi, ilusi yang memerangkap Fiona mulai retak seperti kaca cermin yang dihantam oleh benda keras. Retaknya pemandangan di depan Fiona bertambah parah. Tidak berselang lama kemudian, kepingan ilusi hancur dan pemandangan kamar persalinan Amelia berubah kembali menjadi pemandangan hutan seperti sebelumnya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
ini si pembuat ilusi konyol tapi juga arogan hahah
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status