Share

9. Bahaya Yang Mengancam

Ilusi yang bertahan hampir dua puluh empat jam sebenarnya hanya berlangsung kurang dari tiga jam di dunia nyata. Ketika dunia ilusi dari si pemilik ilusi dihancurkan oleh Fiona, waktu gadis itu kembali berjalan normal. Kegelapan di hutan yang awalnya diselimuti oleh ilusi semakin gelap, menunjukkan kalau waktu sekarang ini berjalan menuju tengah malam.

Sunyi, tidak ada yang bersuara dari kedua belah pihak, baik Fiona maupun si pemilik ilusi sama-sama memilih untuk diam saat kepingan terakhir dari ilusi hancur dan tak bersisa.

Fiona tersenyum untuk sesaat, menghancurkan ilusi level tujuh membutuhkan energi ekstra, padahal dulunya dia bisa melakukan itu dengan mudah, tetapi tidak dengan sekarang karena gadis itu kini hidup dalam keterbatasan. Rasa penyesalan yang muncul dalam hati Fiona kembali lagi, namun semua itu langsung menghilang setelah dia mengoreksi diri untuk sesaat dan memilih untuk menerima keadaannya yang sekarang.

Gadis itu mengepalkan tangan kanannya. Kekuatan perlahan-lahan akan kembali, Fiona hanya membutuhkan waktu agar semuanya kembali seperti semula.

“Kau menghancurkan ilusiku.” Suara si pemilik ilusi terdengar lagi, kali ini di dalam nadanya terdengar ada emosi penuh ketidakpercayaan, dia merasa kalau apa yang Fiona lakukan tadi adalah mimpi belaka.

“Ketika kau tidak memperbolehkanku untuk keluar dari ilusi, jadi aku tidak memiliki pilihan lain lagi untuk keluar sendiri,” ujar Fiona seraya mengangguk setuju.

Fiona terlihat seperti orang tanpa beban saat menjawab dan menunjukkan fakta yang ada kepada si pemilik ilusi, seolah-olah mematahkan ilusi level tujuh yang memerangkap dirinya tadi adalah pekerjaan sehar-hari yang sudah sering dia lakukan, semua itu bukanlah hal yang sulit.

Bagaimana si pemilik ilusi tidak marah ketika dia melihat Fiona seperti itu? Si pemilik ilusi menganggap Fiona menyepelekan dirinya, merendahkan kekuatannya, dan sama sekali tidak menghargainya. Dia berpikir kalau vampir lemah bertubuh krispi seperti Fiona tidak ada bedanya dengan vampir-vampir sombong yang tidak dia sukai.

Kini si pemilik ilusi menganggap Fiona adalah seorang yang begitu arogan dan bertindak sesuka hatinya.  Di matanya, dari dulu seorang vampir selalu arogan dan tidak peduli ada di mana mereka berada, bahkan ketika seorang vampir tidak lebih dari seorang anak kecil berusia lima tahun dan terjebak dalam Hutan Solana yang gelap seperti ini. Mereka tidak akan pernah melupakan arogansi yang sudah mendarah daging dalam tubuh mereka.

“Tidak heran kalau bangsa vampir selalu dibenci, kesombongan mereka menjulang tinggi ke atas langit!” umpat si pemilik ilusi, dia terdengar marah.

Fiona mengedipkan mata, dalam hati bertanya-tanya apakah dia memiliki salah dan mengucapkan sesuatu yang sensitif sampai dirinya mendapatkan umpatan dari si pemilik ilusi dengan nada getir tersebut.

Si pemilik ilusi mengatakan kalau bangsa vampir sombong, apakah ini artinya Fiona yang notabene juga seorang vampir terlihat sama sombongnya di mata si pemilik ilusi?

[Nona, Anda tidak perlu meragukan diri sendiri. Apabila Anda menjadi nomor dua dalam menunjukkan kesombongan, maka tidak ada orang lain yang berani mengaku sebagai nomor satu.]

Sistem 007 mengatakan Fiona sombong, si pemilik ilusi juga berkata demikian, mungkin ucapan keduanya memang benar. Kali ini Fiona kembali melakukan instropeksi diri, mengingat apakah sikapnya sungguh keterlaluan sampai dibilang sombong oleh dua orang pada waktu yang sama.

Ketika Fiona terlarut dalam lamunannya, si pemilik ilusi masih memberikan umpatan-umpatan yang mengatakan kalau bangsa vampir itu selalu berada di tempat terang dengan kesombongan mereka yang tak bisa dinilai dan masih banyak lagi. Semua ucapan yang sebenarnya sangat kasar dan menunjukkan ketidaksukaan dari si pemilik ilusi terhadap bangsa vampir sama sekali tidak Fiona dengarkan, gadis kecil itu sibuk dengan urusannya sendiri.

Melihat Fiona masih diam dan tidak memberikan komentar terhadap opininya, si pemilik ilusi merasa dirinya seperti dipermainkan oleh vampir kecil yang tengil ini. Si pemilik ilusi serasa ingin muntah darah saking kesalnya.

“Apa kau mendengarkan semua perkataanku?!!” tuntut si pemilik ilusi, ucapannya yang keras sukses membuyarkan lamunan Fiona.

Tanpa mengubah ekspresi yang ada di wajah, Fiona secara asal langsung mengangguk setuju, dia tidak membantah apapun yang diucapkan oleh si pemilik ilusi.

“Oke, aku mengerti. Bangsa vampir memang sombong, mereka memiliki sifat buruk dan perangai yang tidak pantas. Kau benar, tidak salah sedikit pun,” sahut Fiona dengan datar.

Si pemilik ilusi mengeluarkan suara dengusan yang penuh akan kepuasan. Kemungkinan besar si pemilik ilusi merasa puas karena Fiona tidak membantah ucapannya dan terlihat patuh, meski sebenarnya gadis itu berkata asal saja. Baik Fiona dan Sistem 007 berpikir kalau si pemilik ilusi sangat mudah merasa puas, bahkan dengan hal kecil saja dia sudah puas.

“Kau membenci bangsa vampir,” ujar Fiona lagi.

Mata tajam gadis itu melihat ke sela-sela pepohonan besar beberapa meter dari posisinya berdiri, di atas tanah terlihat sebuah bayangan besar seperti hewan berkaki empat dan memiliki dua tanduk panjang. Fiona tidak bisa memastikan jenis hewan tersebut, posisinya sangat tersembunyi dan tertutup oleh batang pohon yang besar, ada kemungkinan juga sosok hewan besar tersebut diselimuti oleh ilusi agar orang tidak bisa melihat sosoknya dengan jelas, menyembunyikan keberadaannya.

Apakah hewan berkaki empat dan bertanduk tersebut adalah wujud dari si pemilik ilusi? Tanya Fiona dalam hati.

“Aku tidak bisa mengatakan membenci bangsa vampir, aku hanya tidak menyukai kesombongan mereka. Vampir kecil, apa kau tahu kalau tidak di masa lalu maupun di masa sekarang ini bangsamu bertingkah seolah-olah dunia ini adalah milik mereka. Mereka merasa diri merekalah yang terkuat dan bangsa lainnya harus tunduk di bawah pimpinan mereka. Aku tidak menyukai hal itu,” terang si pemilik ilusi, ucapan penuh cemooh serta kekesalan bercampur menjadi satu, mengungkapkan rasa ketidaksukaannya terhadap bangsa vampir.

Ungkapan kekesalan dari si pemilik ilusi tidak berhenti di sana saja, dia kembali mengucapkan apa yang ada dalam pikirannya mengenai bangsa vampir yang tidak disukainya.

“Selalu menyebut diri mereka paling bangsawan di antara makhluk supernatural lainnya, bahkan bangsa elf yang merupakan pelindung dari alam saja tidak bisa menjadi tandingan bagi mereka. Kesombongan bangsa vampir yang telah bertahan selama 10.000 tahun suatu saat akan menjadi tombak yang akan membinasakan diri mereka sendiri.”

Fiona mendengarkan umpatan dan juga curahan hati dari si pemilik ilusi dengan senyum kalem bertengger di bibir. Informasi penting dia tampung, sementara informasi yang tidak penting akan dia buang, Fiona adalah tipe orang yang selektif dalam menyaring informasi.

Si pemilik ilusi mengungkapkan opininya mengenai bangsa vampir kepada Fiona selama tiga puluh menit tanpa henti, setelah dia puas mencurahkan apa yang ada dalam hatinya, si pemilik ilusi pun kembali diam. Ada rasa canggung yang terlintas di sana, entah karena si pemilik ilusi merasa malu karena sudah mengatakan hal-hal yang mengganggu hatinya kepada orang yang baru dia kenal, atau mungkin karena Fiona yang terlalu sabar mendengarkan dan memilih untuk diam tanpa menyelanya sedikit pun.

“Kau tidak menyukai bangsa vampir, lalu bagaimana denganku?” tanya Fiona setelah jeda lama berlalu di antara mereka. “Aku juga seorang vampir.”

Gadis itu melihat ke arah sang bayangan yang bersembunyi di balik pepohonan besar, bayangan tersebut bergerak ke kanan dan ke kiri untuk menyembunyikan rasa kikuknya setelah sadar akan apa yang dia lakukan tadi. Fiona menundukkan kepala, menyembunyikan senyum miliknya sebelum kemudian mengangkat kepala kembali. Wajah Fiona terlihat tenang dan tidak memperlihatkan ekspresi apapun.

“Aku tidak menyukaimu tetapi juga tidak membencimu. Dibandingkan dengan orang-orang sebangsamu, kau itu jauh lebih menarik untuk dilihat,” jawab si pemilik ilusi. “Meskipun kau bisa mematahkan ilusiku tadi, dimataku kau itu masih seorang vampir kecil yang lemah. Aku sarankan kau tidak pergi ke mana-mana dan memilih untuk tinggal di sini bersamaku.”

Fiona mengedipkan mata, dia mencondongkan kepala ke samping seraya bertanya, “Kenapa?”

“Karena kau lemah!” tandas si pemilik ilusi. “Dengan tubuh kecilmu itu, kau tidak akan bisa bertahan lebih dari lima menit di dalam hutan. Bagaimana, apa kau sudah memutuskan untuk tinggal di sini?”

“Itu tidak bisa kulakukan. Aku ingin pergi ke tengah hutan, jadi aku tidak bisa tinggal di sini bersamamu.” Fiona menolak tawaran yang juga merupakan bujukan dari si pemilik ilusi.

Bagaimana mungkin Fiona bisa mencari benda yang menghalau kerja Sistem 007 dan keluar dari Hutan Solana kalau dia tidak pergi ke kota yang ada di tengah hutan? Mustahil bagi dirinya untuk tinggal di tempat ini, cita-cita Fiona sebagai seorang ikan asin yang bisa rebahan di mana saja dan kapan saja tidak akan terwujud kalau dia tetap tinggal di Hutan Solana. Fiona mengaku dirinya bukanlah Tarzan yang akan senang tinggal di hutan ataupun di alam liar.

“Tapi di luar sana berbahaya. Ada banyak monster yang akan menerkammu kalau kau keluar dari sini,” tunjuk si pemilik ilusi.

Fiona mengangguk. “Aku tahu di luar sana berbahaya, aku tidak takut dengan monster.”

“Kau itu vampir kecil yang lemah, kau tidak akan bisa melawan mereka!”

Fiona mengangguk lagi lalu berucap, “Iya, aku memang vampir yang lemah. Saking lemahnya aku bisa mematahkan ilusi yang kau buat tadi.”

Si pemilik ilusi marah, dia merasa Fiona mengejek kemampuannya karena tidak bisa membuat ilusi yang kuat untuk memerangkap vampir tengil tersebut.

“Aku tidak peduli padamu lagi, vampir kecil! Kau bisa melakukan sesukamu!!” rajuk si pemilik ilusi.

Fiona berdehem sesaat, kepalan tangan yang menyentuh bibir menyembunyikan senyuman yang masih terpatri di bibir. Ucapan setengah bercanda yang dia lontarkan tersebut membuat si pemilik ilusi di hutan merajuk, ada kalanya Fiona merasa kalau humor yang dia miliki sebenarnya sangat jelek, tidak heran kalau si pemilik ilusi menyebut Fiona sebagai vampir yang memiliki kesombongan tingkat tinggi.

Gadis itu menggeleng kepala, menurunkan tangan setelah dia bisa mengontrol emosinya kembali.

“Aku hanya bercanda, ilusimu sangat kuat dan aku tadi juga memiliki kesulitan saat mematahkannya,” rayu Fiona dengan nada lembut.

“Hmmph!!”

“Oke, di sini aku yang salah,” kata Fiona lagi. “Aku harus segera pergi sekarang. Ada sebuah hal yang ingin aku cek di tengah hutan untuk memastikan sesuatu, terima kasih karena sudah membantuku sebelumnya.”

Yang dilakukan oleh si pemilik ilusi lebih dari sekedar membantu Fiona. Lupakan saja ilusi yang memerangkap Fiona tadi, si pemilik ilusi secara tidak langsung telah memberi tahu Fiona mengenai beberapa informasi mengenai Hutan Solana dan juga keberadaan kota di tengah hutan yang sebelumnya tidak dia ketahui. Dengan begini Fiona memiliki tujuan yang jelas, dia ingin pergi ke arah kota misterius yang terletak di tengah hutan.

Melihat si pemilik ilusi tidak lagi memberinya tanggapan, Fiona hanya bisa tersenyum pasrah. Dia tahu kalau si pemilik ilusi masih ada di sana, namun si pemilik ilusi yang masih merajuk akibat ucapan yang Fiona lontarkan tidak peduli terhadap dirinya lagi.

Karena Fiona tidak ingin membuang banyak waktu lagi, setelah dia menampilkan peta hutan melalui layar hologram, Fiona pun beranjak dari tempat itu untuk memulai perjalanannya. Sebelum Fiona benar-benar keluar dari tempat itu, dia merasakan aura yang berasal dari si pemilik ilusi menyentuhnya, membuat langkah kaki Fiona terhenti.

“Kau bersikeras untuk tetap pergi ke dunia luar meskipun aku sudah memberi tahumu mengenai banyaknya monster yang menunggu tempat ini. Aku tidak mau tahu lagi kalau kau tidak bisa hidup nantinya,” sahut si pemilik ilusi.

Bibir Fiona kembali membentuk sebuah senyum kecil, dia menoleh ke belakang seraya mengangguk ke arah bayangan yang masih bisa Fiona lihat dari balik pepohonan.

“Jangan khawatir, apabila ada kesempatan nanti aku akan mengunjungimu ke sini,” balas Fiona sebelum kemudian dia melanjutkan perjalanan.

Fiona tidak menoleh ke belakang lagi, perjalanannya keluar dari dalam hutan penuh ilusi diikuti oleh desahan kecil penuh lelah dari si pemilik ilusi. Lima belas menit kemudian, Fiona yang tidak lagi merasakan aura unik dari si pemilik ilusi pun dapat menyimpulkan kalau dia sudah keluar dari area hutan penuh ilusi yang memerangkapnya.

Koordinat lokasi Fiona sekarang ini berjalan menuju ke arah tengah hutan, dia berjalan lurus ke utara, area abu-abu yang sebelumnya tidak terdeteksi dalam peta pun kini mulai tergambar dalam peta. Karena cahaya bulan dari atas sana tidak bisa terlihat akibat terhalang oleh pepohonan raksasa yang tumbuh di Hutan Solana, kegelapan yang begitu pekat menyelubungi area tempat yang Fiona lalui.

Dalam kegelapan itu Fiona masih berjalan ke utara, dia menghindari beberapa pohon serta akar yang menjulang di atas tanah. Walaupun Fiona bisa melihat dalam gelap, kegelapan yang seperti ini membuatnya tidak terbiasa, ada kalanya dia merasa sedikit tidak nyaman.

“Kurasa aku masih memiliki lentera yang kusimpan dalam tas portable,” kata Fiona, dia baru ingat akan hal itu.

[Apa Anda ingin menggunakan lentera tersebut, Nona?]

“Tentu saja. Tempat ini sangat gelap dan sedikit tidak nyaman tanpa adanya cahaya. Walaupun aku khawatir cahaya dari lentera bisa menarik perhatian monster yang menghuni hutan untuk datang mendekat, aku mengambil risiko itu.”

Fiona mengambil sebuah lentera dari dalam tas portable miliknya, setelah itu dia juga mengambil sebuah kristal berbentuk lonjong dan sebesar telur ayam dengan permukaan halus. Batu kristal yang Fiona ambil dari tas portable berwarna oranye keemasan, aura sihir yang kuat dapat dirasakan berasal dari batu sebesar telur ayam itu.

Kristal tersebut adalah kristal Mana level tinggi, sebuah kristal yang terbentuk dari pengkristalan Mana secara alami di alam. Fiona menemukan sebuah tambang kristal Mana di dunia Infinity dan menanam akar tambang tersebut dalam sistem HOME, beberapa hasil tambang seperti kristal Mana akan Fiona simpan dalam tas portable dan bisa dia gunakan nantinya.

Lentera yang Fiona ambil menggunakan kristal Mana untuk menghidupkan cahayanya, sehingga saat Fiona memasukkan benda tersebut ke dalam lentera, lentera itu mengeluarkan cahaya berwarna oranye keemasan layaknya lentera pada umumnya. Bedanya dengan lentera biasa, lentera yang Fiona gunakan menghasilkan cahaya yang cukup terang layaknya lampu neon di era modern dan juga tidak takut akan padam ketika angin keras meniupnya.

Saat lentera yang Fiona pegang mengeluarkan cahaya, kegelapan dalam radius satu meter di sekelilingnya pun sirna, Fiona bisa melihat apa yang ada di sana dengan jelas tanpa memerlukan penglihatan super milik vampir.

“Ingatkan aku apabila ada monster berbahaya yang mendekat, Zero!” pinta Fiona.

Dengan lentera yang menerangi perjalanan, Fiona berjalan terus mengikuti peta hologram yang Sistem 007 berikan padanya. Di sepanjang perjalanan Fiona merasakan beberapa aura yang berasal dari monster yang menghuni hutan tersebut, namun tidak sekali pun monster yang ada di sana menyerang Fiona, dan adapun beberapa monster yang memperhatikan Fiona, mereka hanya sekedar memperhatikannya sebelum menghiraukan Fiona kemudian.

Dalam peta koordinat yang dia miliki, Fiona juga melihat beberapa titik yang menggambarkan letak monster dalam hutan, si pemilik ilusi tidak berbohong padanya kalau Hutan Solana dihuni oleh para monster yang ikut tersegel bersamanya. Fiona merasa beruntung karena monster yang berpapasan dengannya tidak menaruh perhatian lebih kepada Fiona, sehingga pertumpahan darah di tempat itu bisa dihindari.

[Monster di tempat ini mengalami mutasi setelah terkurung selama ribuan tahun. Sistem ini mengambil data beberapa pohon raksasa yang tumbuh di Hutan Solana. Dari data yang telah diambil, sistem ini dapat memprediksi kalau usia beberapa pohon yang ada di tempat ini berada dalam rentang 12.000 – 7.000 tahun.]

“12.000 tahun? Usia Hutan Solana jauh lebih tua dari Kerajaan Imperial Romania, tidak heran kalau monster yang menghuni hutan ini mengalami mutasi dan menjadi monster raksasa yang buas,” sahut Fiona.

Beberapa akar yang menjulang di atas tanah memiliki ukuran yang besarnya lima kali lipat ukuran paha Fiona. Sebuah pohon yang bisa tumbuh sebesar ini dengan akar yang menjulang tersebut tidak berusia muda lagi, tidak heran kalau langit-langit hutan hampir tertutup oleh rindangnya daun pepohonan di atas sana.

Fiona memperhatikan peta hologram mengenai koordinat area yang dia lalui, semakin jauh Fiona berjalan, maka semakin luas area hutan yang kini terbaca oleh Sistem 007. Kurang dari lima kilometer di depan sana Fiona bisa melihat sebuah sungai membentang luas, sungai tersebut melintang dengan ujung-ujungnya masih tertutup oleh area abu-abu dalam peta hologram.

“Kota misterius yang tersegel di tengah hutan sepertinya dikelilingi oleh sungai besar di depan sana. Aku penasaran apakah kita bisa menemukan benda yang menyegel Hutan Solana di tempat itu,” kata Fiona lagi.

Sistem 007 tidak memberikan komentar apapun di sini, Fiona sendiri juga tidak terlalu memikirkannya. Gadis itu hanya ingin mengungkapkan opininya agar perjalanannya menuju kota misterius di tengah hutan tidak membosankan karena sedari tadi yang dia lihat dalam perjalanan hanyalah beberapa monster kecil dan juga pohon di mana-mana.

Ketika Fiona berpikir perjalanan tersebut akan menjadi hal yang membosankan, tiba-tiba saja pemandangan di depan mata Fiona berubah menjadi merah dengan kotak dialog bertuliskan ‘Perhatian’ tertulis di sana.

[Perhatian, sebuah monster yang sangat berbahaya muncul dua kilometer dari host. Disarankan host segera meninggalkan tempat ini dan bersembunyi!!]

Peringatan dari Sistem 007 terdengar beberapa kali di telinga Fiona, sang sistem memberi peringatan kalau dia berada dalam zona berbahaya di mana seekor monster berbahaya yang kemungkinan besar tidak bisa Fiona lawan muncul. Sistem 007 menyarankan Fiona untuk pergi dan bersembunyi, namun kurang dari lima kilometer di depan sana ada sungai besar yang membentang dan di seberang sungai adalah lokasi di mana kota misterius berada.

Tanpa berpikir panjang lagi Fiona segera berlari ke utara, di mana sungai yang tadi dia tuju berada. Ketika Fiona berlari, tidak sekali maupun dua kali gadis itu mendengar suara monyet yang tengah berlarian di atas pohon terdengar panik, monster berbentuk monyet yang berlarian di atas pohon terlihat kabur dari sesuatu yang datang mendekat. Tidak hanya monyet-monyet itu saja yang terlihat panik, beberapa monster kecil pun juga melakukan hal yang sama.

Melihat kepanikan yang para monster itu miliki, Fiona pun semakin memacu kecepatannya untuk berlari, terlebih lagi peringatan Sistem 007 masih berdering di telinga gadis itu. Bahaya belum berlalu. Sebaliknya, bahaya tersebut semakin mendekat.

[Perhatian, monster berbahaya berjarak satu kilometer dari posisi host!]

Ketika peringatan tersebut terdengar, pada saat yang sama Fiona merasakan sebuah getaran hebat berasal dari dalam hutan di belakangnya. Getaran tersebut berubah menjadi goncangan besar dan membuat Fiona yang tengah berlari hampir terjungkal ke depan. Sepertinya monster yang tengah menuju kemari ukurannya sangat besar, dan besarnya ukuran tubuh monster itu tidak berpengaruh pada kecepatannya untuk bergerak.

[Perhatian, monster berbahaya berjarak kurang dari dua ratus meter dari posisi host!]

Tidak sempat! Umpat Fiona dalam hati.

Jarak Fiona dengan sungai yang ada di depan kurang dari tiga kilometer lagi, sementara monster yang ada di belakang sana posisinya kurang dari dua ratus meter lagi.

Ketika gadis itu menoleh ke belakang, dia melihat seekor ular kobra raksasa bergerak dengan begitu cepat mengejar Fiona. Tubuh ular kobra tersebut memiliki panjang lebih dari lima puluh meter dengan diameter sebesar delapan meter, lidah ular tersebut terjulur ke depan, sang monster mengikuti pergerakan Fiona dan mengejar gadis itu dari belakang.

Penglihatan seekor ular tidak terlalu baik, mereka mengandalkan bau dari benda sekitar untuk bisa mengenali mangsanya. Fiona yang tidak ingin menjadi makanan ular kobra raksasa tersebut pada akhirnya melompat ke samping dan menghindar saat sang monster mematuk dari belakang dengan mulut menyeramkannya yang terbuka lebar, monster ular kobra itu siap menerkam Fiona dan akan berhasil apabila Fiona tidak menghindarinya dengan cepat.

Tubuh besar sang monster melewati Fiona, namun monster tersebut berbalik arah ketika dia tidak mendapatkan mangsa kecil yang sudah incar sejak tadi. Desisan mengerikan keluar dari bibir monster ular kobra lagi, monster itu melilitkan tubuhnya pada sebuah batang pohon raksasa sebelum menyemburkan bisa beracun ke arah Fiona.

Fiona mengambil beberapa langkah ke belakang dengan gerakan memutar, dia melompat begitu lincah layaknya seekor tupai ke atas sebuah dahan pohon. Cahaya dari lentera yang Fiona pegang berpendar sesaat, cahayanya membuat pergerakan layaknya sinar laser yang terus mengikuti pergerakan Fiona.

Ketika bisa beracun yang ular itu semburkan mengenai batang kokoh sebuah pohon, batang tersebut langsung melepuh dan mengeluarkan asap layaknya sebuah kulit yang disiram menggunakan cairan asam kuat, detik berikutnya bagian batang pohon yang terkena bisa beracun hancur.

Fiona bisa melihat betapa berbahayanya racun milik ular kobra raksasa itu, batang pohon berusia ribuan tahun langsung melepuh dan hancur ketika bisa beracun tersebut mengenainya. Fiona dapat membayangkan apa yang terjadi apabila bisa beracun ular itu mengenai tubuhnya, mungkin jiwa gadis kecil itu akan ikut melayang seperti batang pohon yang hancur.

Melihat mangsanya menghindari serangan yang ular itu berikan dan vampir kecil itu tidak mau patuh untuk diam di tempat, sang monster ular kobra itu mendesis penuh kesal. Monster raksasa itu melesat ke arah Fiona dengan mulut yang ternganga lebar, memperlihatkan sepasang taring tajam sang monster yang dipenuhi oleh bisa beracun. Semua itu terlihat sangat menyeramkan.

BAAAM….

Suara dentuman yang keras pun terdengar, bersamaan dengan itu goncangan yang besar juga dirasakan dan membuat permukaan tanah bergejolak, membuat tempat itu menjadi kurang stabil. Fiona mengandalkan reflek dan juga kecepatan yang dia miliki untuk menghindar dari serangan sang monster ular kobra yang masih tidak ingin melepaskannya.

Mulut ular raksasa menerkam dahan pohon tempat Fiona berpijak tadi, sementara itu Fiona sendiri yang melompat untuk menghindar dari terkaman sang monster kini mendarat di atas kepala lebar monster ular kobra tersebut. Fiona tidak berhenti di sana, gadis itu lalu melesat menuruni tubuh panjang sang monster sebelum kemudian melompat lagi ke udara, dia berpijak di atas tanah sepuluh meter di belakang tubuh raksasa sang monster ular kobra.

“Ssstt….” Desisan keras yang terdengar sangat mengerikan keluar dari mulut besar sang monster ular kobra. Monster itu merasa marah karena Fiona terus menghindari semua serangannya.

Di lain pihak, Fiona sendiri mengawasi pergerakan sang monster ular kobra, tidak sekali pun Fiona menurunkan kewaspadaannya. Ketika sang monster menyerang, Fiona akan menghindar, dan tindakan kejar-kejaran di antara keduanya pun terus berlangsung.

Fiona yang seorang vampir dan juga mantan pemain dunia Infinity memiliki energi yang tidak bisa dibandingkan dengan manusia normal pada umumnya, permainan kejar-kejaran layaknya kucing dan tikus di antara Fiona dengan monster ular kobra berlangsung hampir sepuluh menit lamanya. Gadis itu mundur ke belakang, punggungnya yang bertemu langsung dengan sebuah batang pohon di belakang sana membuat Fiona berhenti, dia terjebak di antara pohon besar dan monster ular kobra yang berada kurang dari dua meter di hadapannya.

“Ssshh…”

Lidah panjang sang monster ular menjulur, desisan yang penuh ancaman keluar, sang monster ular bertubuh raksasa di depan Fiona melihat mangsanya terpojok dan kelihatannya tidak bisa bergerak. Melihat hal itu tentu saja sang monster ular kobra merasa senang, dia akan menelan vampir kecil yang begitu licik ini dengan sekali lahap, biarkan si vampir kecil berteman dengan perutnya dan menjadi makan malam si monster ular kobra.

Mulut mengerikan sang monster terbuka begitu lebar, kedua taring panjang dan besarnya meneteskan bisa beracun. Tanpa memberi kesempatan bagi Fiona untuk mengambil napas dan menghindar lagi, sang monster ular kobra dengan tubuh besarnya bergerak cepat ke arah Fiona dengan mulut yang menganga lebar.

Terlambat, Fiona tidak bisa menghindar lagi, apakah ini akan menjadi hal terakhir untuk dia lihat sebelum dirinya menjadi makanan monster ular kobra raksasa itu?

BLAM….

DUAG….

Suara hantaman yang sangat keras terdengar, diikuti oleh debu tebal yang menutupi jarak pandang. Apa yang terjadi di sana?

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
si penolong siapa ni? pembuat ilusi?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status