Share

3

Diamnya Leila membuat Jack mengerutkan dahi, dirinya cukup kesal. Kini semakin kesal dengan ulah wanita yang memegang dompet pentingnya.

“Haloooo….” Sahut Jack dari ponsel, setelah hening sekian lama.

 “Emmm… isi dompet saya dan kartu pentingnya masih utuh kan?” tanya Leila to point, karena ia sudah cemas setengah mati.

Jack tertawa renyah, baru kali ini ia semakin darah tinggi dengan wanita yang memperpanjang isi pembicaraan yang menurutnya tidak bermutu sama sekali.

“Tentu saja masih utuh dan aku tidak mengambilnya satu sen pun?” dusta Jack, karena ia sudah memasukkan uang yang ia pakai kemarin ke dalam dompet Leila.

“Hmmm, baiklah.”

“Justru saya takut, anda mencuri salah satu kartu kredit gold milik saya berserta isi di dalam dompet. Walau hanya selembar,” ucap Jack dengan tuduhannya yang membuat darah Leila mendidih tinggi.

“Sembarangan, aku baru bangun tidur. Jangan asal nuduh,” pekik Leila dengan mematikan ponselnya.

Jack menatapi ponselnya yang gelap gulita. Ia langsung berdecak kesal, hingga menghubungi wanita bernama Leila kembali.

Panggilan tersebut di angkat oleh Leila yang masih saja menguap.

“Hei, jadi gimana? Kita ketemu di mana?” tanya Jack dengan suara extra sabarnya.

“Di kafe Vainton, jam 3 sore.”

“What the… jam 3 sore seriously,” pekik Jack dengan suara kerasnya.

“Kenapa, mau sekarang?” tanya Leila dengan nada kesalnya.

“Ya, mesti sekarang. Tapi di kafe Ai temoi, jam 10 pagi paling ngaret.”

Tanpa sadar Leila mengangguk tanpa ia sadari.

“Baiklah, aku mandi dulu.”

Pip

Leila mematikan ponselnya dan berusaha mengingat-ingat nama di mana lokasi kafe tersebut. Malas mengingat, Leila langsung masuk ke dalam kamar mandi.

Selesai mandi dan berpenampilan rapi, Leila mengemudikan mobilnya ke arah kafe Ai Teimo dan matanya terbelalak besar. Karena kafe itu merupakan kafe untuk orang kaya.

“Sial,” umpat Leila yang kesal setengah mati. Sudah bulan tua, malah harus mengeluarkan uang extra banyak di kafe super mahal itu. dengan terpaksa, Leila memakirkan mobilnya di dalam garasi pakiran khusus untuk tamu dengan hati mengerutu. soal pakir saja harus membayar Rp 20.000 perjam.

Sedangkan Jack Mikaela sudah duduk manis di salah satu sudut ruangan. Ia tersenyum penuh niat jahat, ketika mengingat perkataan wanita bernama Leila Valentina. Perkataan yang membuat dirinya langsung darah tinggi mendadak.

Jack berulang-ulang kali menggumamkan nama wanita itu dan dengan hati mengumpat, sambil membayangkan bagaimana wajah wanita bernada judes. Apakah cantik atau berwajah judes seperti sikapnya atau tidak seperti yang ia harapkan. Dengan kata lain wanita jelek dan buruk rupa.

Jack berkali-kali berusaha mengingat rupa wanita judes yang ia tabrak. Wanita yang menggunakan baju kantor dan rambutnya cukup panjang, sehingga Jack tidak dapat menatapnya. selain aroma tubuhnya yang wangi.

Jack tertiba tersenyum kecil dan tertawa pelan untuk sekian kalinya dengan membayangkan wajah wanita judes itu sangat jelek seperti sikapnya dan berapa orang melirik ke arah Jack dengan tatapan heran. Merasakan tatapan orang di sekitarnya, Jack  berdehem perlahan untuk mengusir rasa malunya, ia tidak mau masuk berita dengan berita CEO gila di deretan majalah bisnis.

Sekian lama menunggu, Jack memperhatikan setiap orang yang memasuki kafe. Banyak sekali pasangan muda dan tua memasuki kafe secara silih berganti, tapi Jack masih belum menemukan tanda-tanda keberadaan wanita judes tersebut.

DRRRTTTTTTT

Bunyi ponsel yang di silent dengan mode bergetar, menimbulkan bunyi di meja. Saat ponsel tersebut bergetar dan Jack menatap layar ponselnya. Berharap wanita judes itu menelpon dan harapannya langsung kandas. Karena yang menelpon adalah ibu kesayangannya.

Dengan hati mengumpat kepada Leila, Jack terpaksa mengangkat ponsel yang merupakan panggilan dari ibunya.  Jack sudah yakin dengan apa yang akan di katakan oleh ibunya dan tebakkannya menjadi kenyataan, sang ibu meminta dirinya menemui seorang wanita yang kini akan menjadi istrinya.

“Sial,” umpat Jak dengan tangan mengepalnya. Sampai urat-urat kemarahan terlihat jelas di sana.

***

Di pakiran, Leila mengerutu kecil, ketika hendak keluar dari mobil. Salah satu klien loyal alias bu bos menghubunginya dengan alasan untuk memperkenalkan dirinya kepada anak Bu Bos yang masih betah melanjang sampai sekarang. Dengan kata lain, mereka berdua di jodohkan. Leila sebenarnya mau menolak tawaran tersebut, tapi ia sudah terlanjur menganggap Bu Bos alias Maria Mikaela sebagai ibu kandungnya dan mengingat bagaimana jasa-jasa Maria. Membuat Leila mau tidak mau harus menerima perjodohan dadakan ini.

Ingatan Leila berputar ke masa lalu, saat ia di tinggalkan oleh Alfanso yang nekat merantau ke negeri kangguru demi mengubah nasib dan saat itu ia tidak sengaja menolong seorang wanita bule yang jatuh tersunggur di copet. Wanita itu tampak menyedihkan dengan luka di lutut dan tangan, Leila berinisiatif mengantar wanita itu kantor polisi terdekat. Jalan berapa langkah, seorang pria menghampiri wanita itu dengan menggunakan bahasa Jepang dan Leila langsung menceritakan detail peristiwa itu kepada sang pria yang ternyata adalah suami dari wanita bule tersebut. Sejak itu, Maria yang mengambilnya dari tempat pembuangan sampah karena keahlian berbahasa Jepang. Hingga sekarang Leila bekerja sebagai guide tour di perusahan Maria Mikaela.

“Leila, kamu dengar apa kata Mommy?” ucap Maria dari balik ponsel.

“Dengar Bu, aku lagi pipis tanpa suara dan sebentar lagi aku kesana. Tapi agak lama sedikit karena kemungkinan macet di jalan,” dusta Leila.

“Good, Mommy tunggu dirimu di sini. Jangan sampai tak datang?” balas Maria dari balik ponselnya dengan suara manja.

Leila menghela nafas gusar, setelah ini ia harus ke restoran mewah demi menemui Maria Mikaela. Yang sudah memberikan warning untuknya.

Ingin rasanya, Leila mengatakan tidak. Tapi mengingat kembali ingatan masa lalu yang penuh dengan utang budi, Leila tidak dapat mengatakan kalimat menyakitkan tersebut.

“Ini kah utang budi yang harus aku bayar?” batin Leila yang keluar dari dalam mobil berusaha untuk setenang mungkin.

Selesai mengerutu, Leila turun dari dalam mobil dengan hati dag dig dug. bukan karena membayangkan ketampanan pria yang akan menjadi suaminya. melainkan memikirkan apa yang di katakan pria barusan benar atau tidak. Leila sungguh cemas dengan isi dompetnya yang sungguh berharga. ia tidak mau di tagih para kreditor yang datanya di gunakan untuk pinjaman online.

Jalan berapa langkah, Leila menghubungi pria itu sambil mendorong pintu masuk ke dalam kafe.

"Halo..." sapa Jack dari balik ponsel.

"Halo juga, ini Leila. apa anda sudah di dalam kafe?"

"Iya, saya sudah di dalam. anda masuk saja dan naik ke lantai dua. cari meja nomor 20," balas Jack yang masih menahan kemarahan yang hampir meletus dan ia merasa tidak enak melampiaskan ke Leila. karena ini masalah pribadi dengan sang ibu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status