Share

4

“Oke, saya akan ke sana. Sekarang sudah di lantai satu,” jelas Leila yang berjalan menuju ke arah anak tangga setela mematikan sambungan ponselnya.

Leila berjalan menaiki anak tangga satu persatu dan kulitnya meremang merasakan aura kafe yang berbeda dengan kafe kelas biasa. Dalam hati, Leila berharap tagihan kartu kreditnya tidak membengkak bulan depan yang di pastikan ia akan kesulitan unuk membayar cicilan kredit mobil dan biaya sewa apertemen maupun urusan biaya hidup.

"jika perlu, tidak oder makanan dan menahan lapar. daripada mati bayar kredit," batin Leila yang membulatkan tekatnya.

Sesampai di ruangan atas, Mata Leila menjelajah dan menemukan meja nomor 20. Sayangnya, ia tidak melihat wajah pria itu. yang ia di lihat oleh mata Leila adalah punggung pria itu. punggung yang begitu lebar dan kokoh, yang seperti merupakan pria yang tidak asing di mata Leila.

Dengan langkah kaki pelan dan nafas stabil. Leila berusaha bersikap professional. Ia berjalan ke arah pria itu dan menyentuh pundak pria itu dengan jemari tangannya yang lentik. Pria itu langsung menoleh dan menatapi wanita cantik di depannya.

“Pak Jack Mikaela?” ucap Leila dengan senyuman ala bisnisnya.

“Ya,” balas Jack Mikaela yang seraya tersenyum dan berdiri dari tempat duduknya.

“Silahkan duduk, Nona Leila Valentina. Aku sudah lama menunggu kedatangan anda,” lanjut Jack Mikaela yang mempersilahkan Leila untuk duduk dengan memperlihatkan senyuman liciknya. Karena wanita di depannya kelihatan materialistic dan bisa ia manfaatkan untuk menipu ibunya.

Leila mengangguk dan duduk di hadapan Jack, tidak lupa dengan senyuman ala bisnisnya. Dalam hati Leila sangat terkejut. Pria yang ia temui hari ini adalah cinta pertamanya dan sepertinya nasib kembali mempertemukan mereka berdua secara tidak sengaja.

Sedangkan Jack memperhatikan penampilan Leila yang ia anggap sebagai wanita mata duitan dengan pakaian yang menurutnya mengoda para pria.

“Maaf saya terlambat karena ada sedikit hambatan,” ucap Leila yang menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.

Mata Jack menatapi warna rambut wanita di depannya yang berwarna coklat terang dan bergelombang. Bahkan penampilannya terlihat glamour untuk wanita yang bekerja sebagai pemandu tour wisata.

“Pemandu tour atau pemandu om-om hidung belang,” cibir Jack dalam hati, karena ia risih dengan penampilan wanita seperti ini. Karena kebanyakkan wanita seperti ini sering mengejarnya dengan berbagai cara untuk mendapatkan dirinya dan ingin menjadi nyonya Mikaela.

“Tidak apa, aku juga baru datang dan mau pesan apa?” tawar Jack dengan menyerahkan menu daftar makanan kepada Leila.

“Tidak usah dan terima kasih. Oh ya, ini dompet anda. Silahkan di periksa,” balas Leila dengan menyerahkan dompet Jack, setelah di keluarkan dari dalam tasnya.

Mata Jack masih melirik sikap wanita di depannya. Kemudian ia memeriksa isi dompet beserta dengan kartu-kartu gold.

“Kau tidak tertarik untuk mengambil sau lembar uang di dalam dompet ini?” tanya Jack tetiba.

“Sorry, aku baru bangun tidur dan tidak melirik isi dompet anda yang menurut saya hanya biasa saja. Lagian anda sepertinya menyindir?” balas Leila dengan senyuman ala bisnis yang merupakan kebangganya selama ini untuk menutupi apa yang ada di dalam hatinya.

Perkataan Leila Valentina membuat Jack mendengus kesal. Ia langsung menyerahkan dompet Leila dengan sikap kasar.

“Terima kasih,” ucap Leila yang mengambil dompetnya dan ia langsung berdiri dari tempat duduknya.

Sikap Jack yang seperti itu, membuat hati Leila sakit hati. Tapi ia tidak bisa menyalahkan Jack. Karena bagaimanapun ia hanya debu yang pernah lewat di hati Jack dan bagaimana mungkin Jack bisa mengingat dirinya.

Jack Mikaela mendengus kesal, lagi-lagi ibunya menghubungi dirinya untuk segera ke restoran. Mau tidak mau ia berdiri dan berjalan menuruni anak tangga dengan tergesah-gesah. Sesampai di pakiran, Jack baru menyadari ban mobilnya bocor dan ia melihat seorang wanita memakai dress putih tanpa lengan sedang menguap. Siapa lagi jika bukan Leila Valentina yang ia nilai sebagai wania materialistik barusan.

“Hei,” saut Jack tanpa sopan santun kepada Leila.

Leila melihat kanan dan kiri.

“Kau memanggilku?” balas Leila yang menunjuk dirinya sendiri.

“Tentu saja, emangnya aku panggil hantu?”

“Siapa tahu kan, lalu ada apa?” balas Leila dengan sikap santainya dan matanya menatapi Jack dengan tatapan penuh cinta. Seperti pertama kali, sewaktu ia masih sekolah dulu.

Jack menghela nafas panjang. Ia risih dengan tatapan wanita ini kepadanya, tapi kali ini ia harus mengalah. Sebelum kena pecat oleh ibunya. Larat, tepatnya sang ayah yang bucin itu.

“Bisa bantu aku, ban mobilku kempes dan aku harus segera pergi rapat penting. Aku akan menganti biaya minyaknya,” pinta Jack memohon dengan menurunkan gengsinya kali ini.

Mendengar kata ganti minyak.  Leila langsung setuju, karena bisa menghemat pengeluaran keuangan dirinya di saat bulan tua.

"Hmm, baiklah. Kita isi minyak dulu, baru jalan dan tidak akan lama. Tenang saja," ucap Leila yang langsung keluar nilai materialistiknya. Karena tidak ingin rugi apalagi kena tipu oleh pria yang pernah mengisi hatinya.

"Baiklah, pastikan tidak terlambat. Atau aku nuntut biaya ganti rugi," balas Jack dengan nada kesalnya.

Leila menaikkan kedua alis matanya."Lebih baik aku nolak aja, silakan oder pakai gojek atau gocar. Daripada aku yang di salahin," tolak Leila dengan nada judesnya dan ia langsung masuk ke dalam mobilnya.

"Wait," pekik Jack tetiba.

Leila menurunkan kaca mobilnya. Ia menatapi Jack yang berwajah kesal.

"Baiklah, aku yang salah. Tolong antar aku ke restoran Vaitone," pinta Jack memohon.

Leila baru membukakan pintu mobilnya, ia mempersilahkan Jack masuk ke dalam mobil.

Jack langsung masuk ke dalam mobil Leila sambil mengerutu di dalam hati. Tatapan ujung mata Leila masih melirik ke arah Jack yang sudah sangat tampan dan kini enjadi pria dewasa.

Merasakan tatapan Leila, Jack langsung menatapi wajah Leila secara langsung.

"Apa kau tidak pernah melihat pria tampan?" cibir Jack sarkas.

"Pernah tapi yang aku lihat sekarang. Apakah anda tidak berniat memakai tali pengaman?" balas Leila dengan senyuman bisnis alias senyuman ramahnya.

Jack langsung melihat ke arah badannya. Tetiba ia merasa malu.

"Kenapa tidak bilang dari tadi?" geram Jack.

"Gimana aku mau bilang, anda sudah langsung nuduh gitu."

Jack malas berdebat dengan wanita sinting di sampingnya. Bahkan sampai pom bensin, Jack menyerahkan selembar seratus ribu kepada Leila. Dengan senang hati, Leila menggunakan uang itu mengisinya sampai full dan mengemudikan mobilnya keluar dari pertamina dengan bersendung lagu kesukaannya.

Tentu saja Jack tahu lagu itu, karena itu adalah lagu kesukaan kekasihnya dan tanpa sengaja menjadi lagu kesukaanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status