Paginya, Kanaya bangun dengan wajah segar seperti tak terjadi apa apa semalam.
Ia pun mulai melakukan rutinitas seperti biasanya.
Setelah usai, Naya melangkah menuju ke dapur, karena maid belum datang. Maka dari itu ia yang akan membuat sarapan pagi bersama ayahnya.
Naya termasuk wanita yang gak pandai memasak, maka itu ia hanya membuat nasi goreng ala kadarnya. Untung lah ayah nya tidak banyak pilih pilih makanan, yaps bisa di bilang naya itu anak yang sangat menyukai kesederhanaan.
Meskipun hidup bergelimpangan harta, naya tak pernah menyombongkan dirinya apa lagi menghambur hambur kan uang untuk hal yang berguna.
Jika kebanyakan anak orang kaya lainnya, akan mengoleksi tas harga miliyaran, justru naya hanya memiliki beberapa tas di lemari nya itu pun yang termahal 30 juta, pemberian dari ayah nya.
Karena naya tau bertapa sulitnya mencari uang. Pekerjaan naya adalah menjadi guru TK atau anak paud di sekolah yang bukan termasuk sekolah internasional atau sekolah biasa saja.
Di sekolah pun, gak ada yang tahu naya adalah anak dari pengusaha konglomerat. Yang mereka tahu naya itu hanya lah guru biasa yang memang bekerja untuk mencari uang.
Naya termasuk seseorang yang begitu menyukai anak kecil, sedari dulu ia sangat menginginkan seorang adik namun keinginannya tak bisa tercapai.
Naya memasak sembari bersenandung riang. Setelah nasi goreng yang ia buat telah matang, ia segera menata nasi goreng ke atas piring dan membawa nya ke meja makan, naya pun segera memanggil ayah nya di ruang keluarga yang sudah rapi dengan jas kantornya.
"Ayah, makan dulu," ucap naya.
Alden yang di panggil pun. Meletakkan dokumen yang sedang ia baca. Alden dan naya berjalan ke ruang makan, sembari naya terus berceloteh tentang hari hari nya di sekolah bersama anak anak kecil, membuat paginya tambah menyenangkan.
"Yah tau gak, tadi di sekolah ada anak baru, lucuuuu banget, gemes. Pengen nyubit pipi tembem nya," kata naya sambil merayakan kata greget gemes
Alden yang melihat tingkah putrinya hanya tertawa "kamu tuh ada ada aja. Nama nya juga anak kecil ya pasti lucu lah."kata Alden sembari duduk di meja makan diikuti naya.
"Tapi ya, murid naya yang baru ini tuh gemesin banget banget, pipi nya itu loh tembem, mata nya besar bulat terus bibir nya kecil dan kemerahan gitu. Pokok nya lucu pengen naya cubit cubit, karungin terus bawa pulang."
"Jangan di cubit dong, nanti anak nya malah nangis."
"Habis nya naya gemes ayah. Pengen deh punya adik kek gitu," ucap naya.
Perkataan naya seketika membuat Alden berhenti makan, mendadak ia menjadi sedih. Namun tak di ketahui oleh naya yang terus saja bercerita, bak anak sd yang menceritakan pengalamannya ketika di sekolah.
Skip
Setelah usai makan, Alden belum berangkat ke kantor. Hal itu membuat Kanaya sedikit bingung, biasanya Ayahnya gak pernah telat ke kantor.
Hari ini naya tak memiliki jadwal ngajar, jadi dia hanya berdiam diri di rumah. Dan posisi mereka sekarang sedang berada di ruang tamu.
"Ayah kok tumben belum berangkat, apa ayah memang gak pengen ke kantor?" tanya naya yang sudah sangat sangat kepo.
"Sebentar saja. Ada yang ingin ayah sampaikan pada kamu."
"Apa itu yah?" tanya naya menatap fokus pada Alden.
Alden menghela nafas panjang, lalu menghembuskan nya. "Ini adalah keinginan terakhir bunda mu. Ayah harap kamu gak akan marah."
Dan kemudian berkata "Bunda kamu memiliki seorang sahabat, mereka sudah seperti saudara kandung. Dan saat dulu, saat mereka masih SMA, pernah berjanji ketika kelak nanti mereka mempunyai anak, jika itu perempuan dan perempuan akan di jadikan saudara, namun jika anak itu laki laki dan perempuan maka mereka sepakat untuk menjodohkannya."
"Mereka sudah berjanji jauh sebelum kamu lahir, dan beberapa hari yang lalu, ayah tak sengaja bertemu sahabat bunda mu itu, lalu menceritakan segalanya. Permintaan terakhir bunda agar kamu bisa menepati janji bunda bersama sahabatnya itu, dan anak dari sahabat bunda mu itu laki laki, yang artinya kalian harus menikah" kata Alden.
"Apa maksud ayah? Mengapa bunda ingin menjodohkan Kanaya dengan anak sahabat bunda? Kanaya gak mau ayah," kata Kanaya dengan perasaan yang kacau.
"Sayang ini permintaan bunda mu, ayah juga gak tahu mengapa bunda menjodohkan kalian. Maafin ayah nak, jika kamu mau kamu boleh menolaknya, ayah gak maksa kamu buat menerimanya, semua keputusan ada di tangan kamu" kata Alden lembut.
"Ayah, maafin Kanaya gak bisa ngasih jawaban sekarang. Kanaya butuh waktu buat pikirin matang matang, Kanaya gak mau mengambil jalan yang salah. Permisi yah, Kanaya pamit ke kamar," kata Kanaya sopan lalu mengambil kotak itu dan berjalan ke kamarnya.
Alden hanya mengangguk, ia tak tahu harus berkata apa. Ia merasa begitu bersalah pada Kanaya, ini semua terjadi, karena beberapa hari yang lalu ia tak sengaja bertemu Karin, sahabat bunda Kanaya dan memberitahu segalanya. Sebenarnya dirinya cukup senang jika Kanaya bisa menikah dengan putra karin, hanya saja melihat Kanaya yang seperti tak nyaman dengan keputusan itu, membuat dirinya di landa rasa bersalah.
"Maafin ayah nak, ayah memang gak pernah bisa bahagiain kamu," batin Alden.
****
Di kamar, Kanaya yang baru masuk ke kamar, langsung mengunci pintunya.
Kanaya duduk di atas kasur dengan air mata yang berlinang, ia mengambil foto bundanya yang sedang tersenyum bahagia. Kanaya menangis sambil memeluk foto seseorang yang sangat ia sayang.
"Bun..da apa maksud semua ini hiks..."
"Apa maksud bunda menjodohkan Kanaya... Hiks hiks dengan seseorang yang gak naya kenal hiks."
"Kanaya sayang bunda.. Tapi Kanaya gak bisa menerima seseorang yang gak Kanaya cinta hiks.. Karena percuma menjalin hubungan apa lagi sampai berumah tangga jika kita tak saling mencintai, maka semuanya akan hancur sia sia tanpa adanya ikatan cinta hiks...hiks.."
"Dan naya belum pengen nikah... naya masih ingin kerja, berbakti sama ayah hiks.. Naya takut jika nanti naya punya suami, naya akan melupakan ayah hiks..hiks."
"Bunda apa yang harus naya lakukan hiks..."
Drrrr drrrr
(Anggap suara hp yang bergetar tanda panggilan masuk.)Mendengar handphone nya berbunyi, Kanaya meletakkan foto bundanya lalu meraih ponselnya yang berada di atas nakas.
Panggilan masuk dari sahabatnya.
Kanaya menghapus air matanya lalu menerima panggilan video itu.
"HAIII NAY, GUE KANGEEEEN BANGET SAMA LO," sapa seseorang di seberang sana.
Kanaya terkekeh mendengar tingkah putri, sahabatnya yang sekarang berada di luar negeri.
"Lo pasti kangen juga kan sama gue, iyalah masa gak kangen sama kebawelan gue," kata nya dengan pede.
"Gak, justru kalo lo jauh, jadi hidup jauh lebih tenang," kata Kanaya bercanda.
Di seberang sana, Kanaya bisa melihat putri yang merenggut lucu, memajukan bibirnya beberapa centi pertanda sedang kesal.
"Ihh kok nay gitu sih. Lo pasti boongkan, cuma gengsi aja bilang nya."
"Terserah sih kalo gak mau percaya." kata naya berniat menjahili putri.
"Tau ah, btw tuh tiga curut mana, susah banget buat di hubungi?" tanya nya.
"Gue gak tau, tapi akhir akhir ini. Mereka sibuk banget deh." kata naya mengingat ketiga sahabat nya memang sedang sibuk.
"Sibuk ngapain? Sibuk buat pesta pernikahan," kata putri ngasal.
Kanaya tertawa mendengar putri berkata demikian.
"Hahaha, nikah sama siapa coba. Lo tau sendiri mereka bertiga jomblo, termasuk gue. Jadi untuk acara nikahan yah butuh beberapa tahun lagi." kata naya sambil tertawa.
"Kan bisa aja. Jodoh itu gak ada yang tau nay, hari ini kita bilang gak ada eh besok ada yang lamar."
"Iya sih, cuma gue belum pengen aja."kata naya setelah berhenti tertawa.
"Why? Lo kayak nya udah pantas deh buat nikah."kata putri yang sengaja ingin menggoda naya.
"Gue belum siap kali put, masih banyak yang pengen gue lakuin, yang gak akan mungkin bisa di lakuin kalo udah nikah," kata naya.
"Emang apa yang gak bisa lo lakuin setelah nikah. Mainin hati cowok? Pengen cowok yang banyak?" kata putri sambil tertawa di seberang sanak.
"Ya gak lah. Emangnya gue cewek apaan put, gue pacaran aja gak pernah apa lagi mainin perasaan orang."kata naya tak terima.
"Hmm iya juga sih. Selama ini lo selalu tertutup sama cowok, padahal banyak banyak orang yang ngantri buat dapatin lo."
"Gue juga gak tau sih, tapi gue ngelakuin semua itu Karena yang gue cari itu, cowok yang bisa seperti bokap gue, setia. Meskipun bunda udah gak ada, ayah gak pernah buat kepikiran cari istri baru, meskipun gue udah beberapa kali membujuk ayah tapi beliau selalu menolak," kata naya sedih. Karena Alden juga seharusnya bahagia, ada yang ngurus, bukannya naya gak ingin mengurus Alden, hanya saja anak dan istri itu berbeda. Naya bahkan masih begitu manja, suka ngambek, cengeng, jadi mana mungkin ia bisa mengurus ayah nya.
"Sorry gue gak maksud, gue doain lo bisa dapatin cowok yang lo pengenin,"kata putri sambil tersenyum.
"Amiin thanks buat doanya," kata Kanaya tulus.
"Lo kapan mau balik ke Indonesia?" tanya naya.
"50 Tahun lagi deh kayaknya."kata putri kembali bercanda.
"Lo jangan becanda dong. Gue serius nanya nih," kata naya kesal.
"Hehe sorry, gue juga gak tau, tergantung orang tua gue. Gak mungkin kan gue ke indonesia sendiri."
"Makanya belajar mandiri put, jadi biarin aja orang tua lo ke luar negeri dan lo tetap tinggal di indonesia."
"Masa gue tinggal sendiri sih."
"Kan ada gue, lo bisa nginap di rumah atau gue yang ke rumah lo."
"Nanti deh gue pikirin, kalo sekolah gue disini udah selesai, dan orang tua gue juga bolehin."
"Ngomong apa? Mau cerita, gue siap dengerin."
Ini lah yang sebenarnya naya suka dari putri, meskipun dia itu suka bercanda tapi ketika sahabat nya sedang ada masalah ia akan menjadi pendengar yang baik dan juga memberinya nasihat membantu meringankan beban para sahabat nya.
"Gue mau cerita, lo bisa kan ngasih saran."
"Cerita aja nay. Gue bisa sih cuma kalo masalah nya sulit gue juga gak yakin."
"tadi bokap gue ngasih tahu jika sebelum nyokap gue meninggal dia telah menjodohkan gue sama sahabat bunda."
"Hah? Seriusan lo?" tanya putri terkejut.
"Demi apa nay, lo di jodohkan," lanjut putri masih gak percaya.
"Gue serius. Gue aja kaget, gak nyangka gitu. Put gue harus gimana?"
"Sekarang gue tanya lo sendiri mau gak di jodohin?"
"Gue gak tahu. Gue bingung. Gue sebenarnya gak pengen, tapi itu permintaan terakhir nyokap gue."
"Ini permasalahannya sulit nay, kalo lo nerima pun, gimana lo ngelajanin hidup, apa lagi lo itu gak kenal sama seseorang yang ingin di jodohkan sama lo. Tapi jika lo nolak, bunda lo pasti akan sedih di atas sana."
"Itu yang membuat gue bingung put. Gue harus gimana, gue juga gak pengen nikah muda. Gue masih pengen menjalani hidup seperti sekarang," ucap putri sedih.
"Sabar nay, ini adalah cobaan buat lo. Mending lo pikirin baik baik dulu, jangan langsung mengambil keputusan jika nanti pada akhirnya akan merugikan lo sendiri."
"Maaf gue gak bisa bantu lo naya," lanjut putri.
"Karena kita itu hampir sama nay, gue juga di jodohin sama orang tua gue. Tapi gue gak pengen. Maaf gue gak pernah cerita soal ini," batin putri.
"Gak papa put. Thanks udah dengerin cerita gue. Ini masalah gue jadi gue sendiri yang harus nyari solusi nya,"ucap naya sambil tersenyum tak ingin membuat putri merasa bersalah.
"Lo harus ingat kata kata gue naya. Apa pun keputusan lo harus menjalani nya dengan bahagia, gak boleh nangis nangis lagi, harus selalu tersenyum. Apa lagi kita sekarang gak bisa bertemu," kata putri.
"Iya put, semoga aja kita bisa segera bertemu. Gue beneran rindu sama lo, gue ngerasa kurang saat lo jauh."
"Apa lagi gue gak sabar ingin ketemu kalian lagi."
"Makanya cepat balik ke indonesia, kumpul bareng lagi. Kalo gitu gue tutup dulu yah." kata naya.
"Iyah, hati hati yah lo di sana, see you," kata putri.
"Yang harus hati hati tuh elu, kan lo berada negara orang."
"Iya iya," balas putri.
Sambungan terputus, Kanaya segera merebahkan dirinya di atas kasur. Ia kembali memikirkan perkataan ayah nya.
"Apa yang harus gue lakuin menerima atau menolak, itu adalah pilihan yang sulit," gumam Kanaya.
"Kalo bingung, nolak itu sama saja gue gak menghargai permintaan bunda, dan bakalan menyesal seumur hidup. Tapi kalo pun gue terima perjodohan itu, gue takut gimana gue menjalani hidup, gimana dengan calon suami gue itu, apakah orang nya baik, atau enggak, gue juga belum bisa menjadi istri yang baik."
"Bunda tolong bantu naya kali ini, apa yang harus naya lakukan," gumam naya.
Putri adalah salah satu sahabat Kanaya, mereka berlima bersahabat. Namun putri lebih dekat dengan Kanaya layaknya saudara kandung.
Hanya saja, saat lulus SMA putri pergi ke london untuk melanjutkan sekolahnya hingga sampai sekarang, dan sudah 5 tahun sejak kepergian putri meninggalkan tanah kelahirannya.2 minggu berlalu Kini Kanya sudah memutuskan apa yang harus ia lakukan, ia sudah memikirkannya matang matang, dan semua resikonya akan ia tanggung.Kanaya menghampiri ayahnya yang sedang berkutat di depan komputer, di ruang kerja nya.Tok. Tok. Tok."Ayah...""Masuk," kata Alden.Setelah mendapat izin, Kanaya dengan gerakan pelan membuka pintu itu, dan berjalan ke arah ayahnya yang fokus pada komputer di depannya."Apa Kanaya ganggu ayah," tanya Kanaya melihat ayah nya sedang sibuk."Enggak, tapi tumben putri ayah ke sini," jawab Alden sembari masih fokus pada komputer nya."Naya pengen ngebahas masalah 2 minggu yang lalu yah soal perjodohan itu."Alden mengalihkan fokusnya pada komputer lalu menatap seksama naya, siapa tau aja kan ia salah dengar."Ayah kira kamu udah lu
Flashback on.6 tahun yang lalu.Saat Alvin baru menduduki kelas 3 SMA, tak sengaja saat pulang sekolah, ia menabrak seorang gadis. Gadis itu terluka pada bagian kaki nya, Alvin segera turun dari motor dan membantu gadis yang baru saja ia tabrak."Sorry gue gak sengaja," kata Alvin sambil berjongkok di hadapan gadis itu dan mengecek apa saja yang terluka pada gadis itu.Gadis itu yang tadi nya menunduk, menjadi mendongak ketika mendengar Penuturan Alvin. Tak sengaja, pandangan mereka bertemu dan terdiam untuk beberapa saat, ada perasaan asing yang Alvin rasakan ketika menatap gadis di depan nya.Gadis yang di ketahui masih SMA, di lihat dari seragam sekolah nya namun berbeda dengan seragam yang di kenakan Alvin, itu artinya mereka berbeda sekolah."Kaki lo berdarah, sakit ya," kata Alvin menunjuk pada kaki si gadis."Lumay
Di pagi hari, Alvin bermimpi, memimpikan gadis itu. Dengan penuh airmata yang membasahi pipinya, alvin meracau memanggil gadis itu kembali. Padahal ini sudah 5 tahun sejak yuna pergi.Mendengar Alvin yang mengigau, Kanaya yang masih terpejam mendadak bangun, dan segera menghampiri Alvin yang memang tidur di sofa yang ada di kamar."Alvin," panggil naya mencoba membangunkan Alvin.Namun tetap saja, Alvin masih terus menangis sambil mengatakan 'jangan pergi'."Alvin," panggil naya lagi"Alvin.""Alvin bangun, ini udah pagi!" teriak naya pada akhirnya.
Tepat jam 10, bi Ana datang, maid yang bertugas menggantikan posisi bi siti selama pulang kampung."Assalamualaikum," kata bi ana."Waalaikum salam," kata Naya membukakan pintu.Naya memerhatikan wanita muda itu,"Maaf nyari siapa?" tanya naya."Saya maid yang di suruh nyonya untuk menggantikan bi siti untuk sementara di rumah ini," kata bi ana sambil tersenyum ramah."Ohh, yaudah silahkan masuk bi," kata naya sambil membawa nya ke ruang tamu."Makasih non.""Bibi ini bi ana?" tanya Naya karena ini pertama kalinya mereka bertemu."Iya non, nama saya Ana," kata maid itu sopan."Panggil naya aja. Bibi kayak masih muda gitu deh," kata Naya yang memperhatikan bi Ana layak nya wanita berumur 20an."Iya non, saya berusia 26 tahun," jawab bi ana.Naya membolakan mata nya kaget. Bi ana ini ma
4 bulan berlalu.Sejak itu, hubungan alvin dan kanaya semakin dekat layak nya pasangan suami istri pada umum nya.Alvin yang dulunya cuek, tak menerima perjodohan itu kini ia mulai menunjukkan perhatiannya meskipun itu terbilang kecil, namun mampu membuat Naya merasa menjadi istri yang sesungguhnya meskipun tanpa ikatan cinta.Kanaya tidak mengerti perasaannya, apakah ia mulai mencintai Alvin apa enggak, namun saat berdekatan atau hanya sekedar berbicara dengan Alvin membuat ia merasa senang, dan ketika ia pulang larut membuat ia tidak tidur menunggu nya pulang, tak jarang, ia tidur di sofa.Ia pun tak tahu, apa yang membuat Alvin yang dulunya Tidak menyukai kehadirannya. kini, pria itu mulai menunjukkan perhatian nya, walau pun hanya sekedar menyapa ketika pulang kerja atau pun menemani nya menonton ketika ia sedang libur kerja. Dan janji nya untuk mengantar dan menjemput naya untuk mengajar benar benar d
Gabriel Ezra abraham Ialah nama dari pemuda tampan yang saat ini berusia 23 tahun, seumuran dengan putri. Pemuda yang bukan hanya memiliki wajah rupawan, kekayaan yang berlimpah namun ia juga memiliki hati yang begitu baik.Pemuda yang biasa di sapa gabriel itu, memiliki perasaan kepada Putri sejak 2 tahun yang lalu. Awalnya, ia hanya menganggap putri sebagai sahabat nya, seperti yang lain. Namun, tiga tahun bersahabat, sejak kedatangan putri. Ia mulai memiliki perasaan hingga saat ini.Gabriel berbeda dari yang lain. Jika pemuda seusianya akan menghabiskan waktu di luar ketika malam, ia hanya akan tinggal di rumah dan menghabiskan waktu bersama keluarga atau pun belajar di kamar nya hingga ia tertidur.Karena baginya masa muda bukan hanya untuk kesenangan dan kebebasan saja. Dan Gabriel tak ingin masa muda nya hanya sia sia saja.
Indonesia. Tak terasa satu minggu telah berlalu. Dan kini saatnya bagi Kanaya dan Alvin untuk kembali ke rumah ayah bisma. Saat telah sampai, mereka di sambut dengan hangat oleh bunda karin yang memang sedang di rumah, sengaja menunggu menantu kesayangannya. Selama mereka berdua pergi rumah mewah ini begitu sepi. Sama seperti dulu, ketika Alvin belum menikah. Alasan Alvin cepat menikah adalah untuk meramaikan rumah ini dan juga agar mereka cepat mendapatkan cucu, pewaris keluarga abraham, salah satu Orang terkaya di dunia. "Akhirnya menantu kesayangannya mama datang," ucap karin sambil merangkul naya ke dalam rumah. Sedangkan Alvin bertugas membawa barang barang. "Gimana sayang disana, naya bersenang senang kan?"tanya karin setelah duduk di sofa bersama naya. "Iya ma, makasih udah ijinin Kanaya menginap di sana," ucap Kanaya
Esok harinya, Kanaya bangun lebih lambat dari biasanya. Saat terbangun ternyata sudah pukul 08.00. Dan hari ini juga termasuk hari yang penting di sekolah, tempatnya mengajar.Ia dengan terburu buru masuk ke kamar mandi, melakukan rutinitas paginya. Jika biasanya ia mandi 45 menitan, namun saat ini ia hanya bisa 15 menit.Mengingat waktu yang mengejarnya, ia tak bisa se santai biasanya. Dengan cepat, Naya mengambil tas selempang nya dan keluar dari kamar untuk mencari mama karin ataupun Alvin jika belum berangkat ke kantor.Samar samar, ia mendengar suara obrolan."Ma, berapa kali aku bilang, dia gak akan pernah bisa mengganti yuna di hatiku.""Alvin, sekarang Naya yang menjadi istrimu, bukan wanita itu."Suaranya itu berasal dari ruang tamu, dengan langkah pelan, Naya menghampiri mereka. Bukan niat menguping, tapi hanya penasaran.&n