Share

5.Kahiyang Dewi

"Xiao Feng, apa yang kau lakukan di tempat ini?"

Bara Sena terkejut mendengar satu suara dari belakangnya. Dia merasa tak asing dengan suara itu.

"Bibi Kecil?" tanya Bara.

"Bukankah seharusnya kau bersama Xia Qing Yue? Kenapa kau malah berada di bukit ini?" tanya Xia Yu.

Bara Sena tak tahu harus menjawab apa. Tapi dia hanya tersenyum lalu mengajak gadis itu menuju ke gubuk kecilnya. Gubuk yang sering mereka gunakan saat mereka masih bocah dulu.

"Aku tak bisa tidur bibi kecil. Lalu, apa yang bibi lakukan di tempat ini? Apakah bibi kecil sengaja mencariku?" tanya Bara.

"Tentu saja tidak, aku hanya ingin melihat bintang dari atas bukit ini, itu saja..." kata Xia Yu dengan wajah merah.

Bara Sena tahu gadis itu berbohong. Dia segera mengambil kesempatan tersebut.

"Bibi kecil..." ucapnya sambil meraih tangan mulus dan mungil Xia Yu.

"Ada apa Xiao Feng?" tanya Xia Yu sambil menahan perasaannya.

"Sebenarnya, aku tak ingin menikah dengan Xia Qing Yue. Jika aku boleh jujur, aku justru ingin menikahi dirimu...Kau begitu baik padaku," kata Bara Sena membuat Xia Yu terkejut.

"Xiao Feng...! Aku ini bibimu...! Meski usiamu lebih tua dariku, tetap saja aku adalah adik dari ibumu...!" kata Xia Yu dengan wajah merah. Namun terlihat jelas dia merasa senang dengan apa yang Bara Sena katakan.

"Aku bukan keponakanmu! Aku seorang Dewa!" ucap Bara Sena dalam hati.

"Aku tahu bibi kecil...Tapi, aku mengatakan hal yang sebenarnya yang ingin aku katakan..." Bara Sena masih mencoba merayu. Dan sepertinya itu sedikit berhasil melihat Xia Yu yang salah tingkah.

"Aku merasa bahagia mendengarnya Xiao Feng. Meski begitu, kita berdua ada hubungan darah yang tak boleh dilanggar begitu saja. Aku sudah cukup bahagia kau selalu mengingat diriku, bahkan setelah kau menikah sekalipun." kata Xia Yu.

Gadis itu pun menyandarkan kepalanya di bahu Bara Sena. Entah kenapa, pemuda itu merasa seperti tak bisa menahan diri. Ada sesuatu di dalam dirinya yang mendesak jemari tangannya untuk melakukan hal gila.

Xia Yu mendesah dan membuka matanya. Dia terkejut saat melihat Bara Sena tengah menciumi bahunya yang putih mulus.

"Apa yang kau lakukan Xiao Feng!?" tanya gadis itu sambil berusaha melepaskan kepala Bara Sena.

"Aku tak mendapatkan apa yang seharusnya aku dapatkan di hari pernikahanku...Aku tak bisa menahan lagi Xia Yu..." kata Bara sena semakin menggila.

Dia menurunkan pakaian gadis itu hingga terlihat dua gundukan putih mulus yang membusung dan menantang sang pemuda. Dengan lahap sang pemuda itu pun mencaploknya tanpa peduli dengan dorongan tangan Xia Yu yang mulai meneteskan air mata.

"Apa yang terjadi pada diriku...? Kenapa aku tak bisa mengendalikan nafsuku? Kenapa aku melakukan ini kepada bibiku sendiri? Aaarrgghh! Persetan! Dia itu kan bibinya Xiao Feng!? Dan aku adalah Bara Sena!" teriak Bara Sena di dalam hati.

"DASAR MESUM!!!" terdengar teriakan keras yang datang entah darimana asalnya.

Bara Sena terkejut mendengar suara yang entah darimana datangnya tersebut. Dia menatap ke arah Xia Yu yang menangis tersedu-sedu.

"Bibi kecil...Maafkan aku," ucap Bara Sena sambil membenahi pakaian gadis itu. Bara merasa bersalah.

Xia Yu tak berkata apa-apa. Dia bangkit berdiri lalu pergi meninggalkan Bara Sena sendirian di dalam gubuk itu.

"Huff...Apa yang sebenarnya terjadi di dalam diriku?" batin pemuda itu.

"Apa kau begitu inginnya melakukan hubungan suami istri? Oh, sepertinya kau baru saja menikah jika melihat pakaian merahmu itu? Tapi, kenapa kau melakukan itu kepada gadis lain? Bahkan aku mendengar sendiri dia adalah bibimu. Adik dari ibumu..."

Bara Sena mengepal.

"Siapa kau!? Muncullah! Jangan hanya banyak bicara!" umpat Bara Sena.

"Huh? Kau berani meneriaki diriku? Jika aku tidak membutuhkan dunia cahaya yang ada di dalam tanganmu, aku tak peduli jika kau mati di tanganku dengan kepala terlepas..."

Bara Sena mengangkat tangan kanannya. Dia melihat tanda lingkaran di telapak tangannya.

"Apakah kau wanita yang baru saja aku selamatkan tadi?" tanya Bara Sena.

"Benar. Sayang sekali, kau ini mempunyai garis yang bagus jika bisa berlatih ilmu kanuragan," kata wanita itu.

Bara Sena menggelengkan kepalanya.

"Dua belas titik meridianku rusak. Aku memang bisa memaksakan diri untuk berlatih. Tapi, tubuh ini tidak akan kuat..." kata Bara sambil terus menatap telapak tangannya yang terlihat sedikit bercahaya kuning.

"Kau memiliki dasar kekuatan berupa cahaya. Itu adalah hal yang bagus. Aku sudah tahu namamu. Kau Bara Sena, nama yang aneh digunakan di tempat ini. Karena aku mendengar gadis bernama Xia Yu itu menyebutmu dengan nama Xiao Feng. Bisakah kau jelaskan, saat ini aku berada dimana?" tanya wanita itu.

"Ini adalah kota Nanjing. Daratan Zhuo Guo," kata Bara Sena.

Sebenarnya dia tidak tahu apa-apa mengenai Zhuo Guo. Namun berkat ingatan Xiao Feng, dia menjadi tahu lebih banyak.

"Aku sudah menebak. Portal itu membawaku ke tempat yang sangat jauh..." kata wanita itu.

"Portal? Huh...! Siapa sebenarnya namamu?" tanya Bara Sena.

"Aku Kahiyang Dewi..." sahut wanita tersebut.

(Mengenai Siapa Kahiyang Dewi, Baca Buku Pendekar Kilat Neraka).

"Bagaimana caraku masuk ke dalam Dunia Penyimpanan milikku sendiri? Bisakah aku bertemu dengan dirimu?" tanya Bara.

"Mudah saja. Kau cukup duduk lalu memusatkan pikiranmu dan tempelkan telapak tanganmu ke dadamu. Maka jiwamu akan masuk ke dalam Dunia Penyimpanan ini," kata Kahiyang Dewi.

Bara Sena pun melakukan apa yang dikatakan oleh wanita itu. Dan ternyata itu sungguh berhasil. Pemuda itu tahu-tahu sudah berada di dalam dunia penyimpanan miliknya sendiri.

"Dunia penyimpanan ini ternyata sangat luas. Aku tak menyangka memiliki ini di dalam telapak tanganku sendiri..." ucap Bara.

Lalu dia teringat pada wanita itu. Dia celingukan mencari wanita tersebut.

"Kahiyang Dewi!" panggilnya.

"Tak perlu berteriak, aku ada disini!" jawab Kahiyang Dewi di balik sebuah pohon.

"Kenapa kau berada di situ?" tanya Bara.

"Ini cukup memalukan. Pakaianku hancur. Aku tak bisa memperlihatkan tubuhku padamu kan?" sahut Kahiyang Dewi dengan wajah merah.

"Oh iya, aku lupa itu. Tapi..." Bara Sena tak melanjutkan ucapannya.

"Tapi apa?" tanya Kahiyang Dewi.

"Tapi aku sudah melihat seluruh tubuhmu, kikiki..." sahut Bara namun di dalam hatinya.

"Hei! Jangan berpikir kotor! Berikan pakaian yang kau kenakan padaku!" pinta wanita itu.

Bara Sena pun segera melepas pakaian atasnya lalu melemparkannya ke arah bawah pohon dimana Kahiyang Dewi berada. Tak berapa lama setelah itu, Kahiyang Dewi pun muncul dari balik pohon.

Bara Sena terpana melihat kecantikan wanita itu. Pakaian merah itu hanya bisa menutup tubuh atasnya hingga ke paha bagian tengahnya saja sehingga sebagian pahanya yang putih mulus terpampang di depan mata Bara Sena. Itu membuat godaan tersendiri bagi sang pemuda.

"Uh! Sial! Cobaan apalagi ini...?" batin Bara Sena.

"Bisakah kau sedikit mengalihkan tatapan matamu itu dari kedua kakiku? Kau terlihat menyeramkan!" kata Kahiyang Dewi membuat Bara tersadar dan malu setengah mati.

"Apakah aku terlihat sangat mesum di matanya?" batin Bara sambil mengalihkan tatapan matanya.

Mereka berdua pun duduk dibawah pohon sambil menatap kearah depan yang sangat luas.

"Bisakah kau ceritakan padaku, siapa kau dan apa yang terjadi padamu sehingga kau tiba-tiba berada di atas bukit itu?" tanya Bara Sena.

Kahiyang Dewi menghela napas panjang. Dia pun menceritakan semua yang dia alami sebelum berada di tanah Zhuo Guo. Perihal dia yang bertarung melawan seorang Iblis bernama Yaksa. (Buku Petualangan Gandi Wiratama di fi*zo).

"Tanah Jawa? Sepertinya aku pernah mendengar itu..." kata Bara Sena.

"Mungkin saja, karena tanah Jawa dan Zhuo Guo sudah terhubung sejak lama..." kata Kahiyang Dewi.

"Kahiyang Dewi, apakah disana itu banyak orang hebat seperti dirimu? Atau malah banyak orang jahat seperti Iblis Tulang tadi?" tanya Bara Sena.

"Entahlah, tidak jauh beda dengan Zhuo Guo. Ada banyak sekali orang-orang hebat. Aku yakin, di tanah ini pun sama." jawab Kahiyang Dewi.

"Lalu mengenai dirimu yang seorang Naga, aku menjadi penasaran, dimana rumahmu sebenarnya?" tanya Bara Sena.

Kahiyang Dewi tersenyum.

"Awalnya aku punya rumah di kawasan timur Zhuo Guo. Tapi sudah lama sekali aku tidak pulang. Entahlah, apakah mereka masih mengenal diriku atau tidak," kata Kahiyang sambil menerawang jauh ke arah bebukitan yang ada di dalam Dunia Penyimpanan milik Bara Sena.

Berpikir beberapa kali, Kahiyang Dewi menjadi penasaran mengenai siapa adanya pemuda tersebut.

"Siapa kau sebenarnya? Aku merasa kau sedikit aneh," tanya Kahiyang Dewi.

Bara menoleh kearah wanita itu. Entah kenapa, Kahiyang Dewi merasa berdebar saat melihat bola mata sang pemuda.

"Aku, bukankah kau sudah ku beritahu siapa diriku?" jawab Bara Sena bertanya balik.

"Tentu saja aku sudah tahu namamu. Bukan itu maksudku. Siapa dirimu yang sebenarnya, itu yang aku ingin tahu," kata Kahiyang Dewi.

Bara Sena menatap mata wanita itu dalam-dalam membuat wanita naga itu kembali berdebar.

"Apakah aku perlu menceritakan siapa aku sebenarnya? Tapi, bisa jadi masalah jika aku bercerita bahwa aku seorang dewa..." batin Bara Sena.

"Aku adalah seorang anak dari keluarga Xiao. Namaku dari keluarga itu adalah Xiao Feng. Tapi, aku ingin menjuluki diriku sendiri dengan nama Bara Sena. Entahlah, kenapa aku suka nama itu ketimbang nama lemah seperti Xiao Feng," kata Bara.

Kedua mata wanita berambut putih itu membesar. Namun sesaat kemudian dia tertawa.

"Apakah itu terdengar lucu?" tanya Bara.

"Tentu saja! Kau membohongi diriku, aku bisa tahu itu! Kau itu reinkarnasi dari seseorang. Jangan lagi membohongi diriku anak muda," kata Kahiyang Dewi sambil masih tertawa.

Bara tersenyum melihat tawa wanita itu. Dia melihat, kecantikan wanita itu menjadi lebih saat dia tertawa.

"Aku melihat titik meridian mu yang rusak. Mungkin, saat tenagaku sudah sedikit pulih, aku bisa memperbaiki meridian milikmu," kata Kahiyang Dewi.

"Benarkah!? Kalau begitu, aku akan sangat berterima kasih!" kata Bara Sena sambil membungkuk hormat.

"Hei! Apa yang kau lakukan!?" tanya Kahiyang Dewi.

"Mulai sekarang, aku akan menjadi muridmu! Menjadi murid seorang wanita naga tidaklah terlalu buruk!" kata Bara sambil bersujud tiga kali.

Untuk pertama kalinya Kahiyang Dewi terpana melihat tindakan yang dilakukan oleh Bara Sena.

Saat bersujud, mata Bara Sena tak luput melihat kedua paha mulus Kahiyang Dewi. Jantungnya berdetak kencang seketika.

"Aduh... Hanya melihat kaki saja sudah membuat aku gelisah..." batin Bara Sena.

Kahiyang Dewi tahu pemuda itu diam-diam memperhatikan kakinya. Namun entah mengapa, dia membiarkan nya begitu saja. Wanita dari ras naga api itu merasa bahwa pemuda itu sangat istimewa.

"Meski dia sangat mesum, tapi kenapa aku tertarik padanya? Padahal aku sudah menyukai orang lain sebelum dia...Hm...Semoga dia baik-baik saja..." batin Kahiyang Dewi.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Dwi Mulyanto
bagus sekali ceritang sy suka
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status