Share

8.Mimpi

"Apa kau tidak apa-apa?" tanya Xia Qing Yue.

Bara Sena pun duduk dan menatap istrinya. Ditatap begitu rupa, membuat Xia Qing Yue merasa jengah.

"Kau ingin mati?" tanya Qing Yue membuat Bara tersenyum dan menghela napas.

"Aku sudah membebaskan dirimu dari penyumbatan. Seharusnya tidak masalah bagimu yang sekarang ini melakukan hal itu denganku," kata Bara Sena.

"Apa!?" Qing Yue terlihat cukup kaget. Dia lupa bahwa pakaiannya belum dia kenakan. Sehingga Bara bisa melihat tubuh bagian atas milik istrinya yang indah tersebut.

Naluri lelakinya menggelora melihat dua gunung kembar milik Qing Yue yang menggoda dan seolah meminta dirinya untuk datang dan melahapnya.

"Benar, selain dirimu mungkin akan terkena kutukan es jika melakukannya. Tapi tidak bagi dirimu yang sudah terlepas dari penyumbatan. Aku yakin, guru dan semua murid di istana awan es itu tidak bisa memiliki kekasih karena hal itu bukan?" kata Bara Sena.

"Kau tahu sangat banyak...Apakah kau menyembunyikan semua ini dariku? Siapa kau sebenarnya?" tanya Qing Yue penuh selidik.

"Aku? Aku adalah suamimu. Hanya kau yang tahu bahwa aku ini seorang tabib hebat...Hehe," jawab Bara Sena membuat Qing Yue menghela napas.

Dia pun menutup pakaiannya setelah sadar sejak tadi pakaiannya terbuka.

"Apakah kau benar-benar tidak ingin melayani suamimu ini? Sangat disayangkan sekali..." kata Bara dengan perasaan kecewa.

"Aku akan lakukan apa pun yang kau mau asal bukan melakukan itu. Karena tetap saja, itu akan menjadi aib tersendiri bagi Istana Awan Es. Dan, jika aku memiliki perasaan padamu, aku takut semua akan menjadi kacau." kata Qing Yue membuat Bara semakin kesal.

"Terserah apa yang kau pikirkan, aku sudah berusaha menjadi suami yang baik," kata Bara dengan nada lesu. Dia pun merebahkan tubuhnya dengan hati kesal.

Qing Yue menatapnya dengan perasaan tak enak. Biar bagaimana pun, Bara Sena atau Xiao Feng telah membantunya mempermudah mendalami Jurus Seribu Es Langit. Namun, di sisi lain, pantangan dari Istana Awan Es membuatnya tertekan.

Qing Yue tertegun saat mendengar Bara Sena mendengkur.

"Dia terlihat lelah..." batin nya sambil mengambil selimut untuk menyelimuti tubuh Bara Sena.

Dia pun ikut tidur disebelah Bara Sena. Mereka tidur saling berhadapan. Kedua mata Xia Qing Yue menatap wajah Bara Sena dengan seksama.

"Seandainya tak ada larangan itu, apakah iya aku akan tertarik padamu?" batin Qing Yue.

Mereka berdua pun pada akhirnya tidur di atas ranjang yang sama. Bara Sena bermimpi di dalam tidurnya. Dia bertemu dengan sesosok makhluk bertubuh manusia dan berkepala seekor gajah putih yang tak lain adalah Dewa Ganesha.

"Ganesha..."

"Bagaimana kabarmu Bara?" tanya Ganesha sambil tersenyum.

"Tidak baik sama sekali. Aku menikah tapi tidak bisa menyentuh istriku sendiri. Aku pikir itu hal yang sangat buruk memiliki keindahan seperti Qing Yue namun tak pernah bisa mencicipinya," jawab Bara.

"Takdir yang akan kau emban sangat berwarna Bara. Selain hukuman padamu yang telah membunuh ayahmu sendiri, kau juga mendapat kesempatan indah untuk menikmati dunia," kata Ganesha.

"Apa maksudku menikmati dunia? Apakah hanya dengan menikah dan tak bisa menyentuhnya adalah sebuah nikmat!? Kau seekor gajah yang tak tahu apa itu senggama!" kata Bara kesal.

Merah wajah Ganesha dikatakan seperti itu.

"Kau bicara terlalu kasar padaku, huh...Jika bukan karena Batara Geni, aku akan membuat kehidupanmu menjadi lebih sengsara Bara," ucap Ganesha membuat Bara tertegun.

"Batara Geni...Mungkinkah....!?"

Sosok bertubuh manusia berkepala gajah itu tersenyum.

"Benar, Batara Geni yang memintaku mengatur takdir untukmu. Dia juga yang memberikan beberapa masukan agar kau menjalani hidup yang berbeda meski tak mengurangi sifat kejammu." kara Dewa Ganesha.

"Sifat kejam? Apakah aku bisa bersikap kejam pada orang lain dengan tubuh lemah ini?" tanya Bara seolah bertanya pada dirinya sendiri.

"Itu akan segera beres setelah wanita yang kau temui kemarin membuka 12 titik meridian milikmu," kata Ganesha.

"Jadi, dia ada di sini pun adalah sebuah takdir?" tanya Bara Sena.

"Bisa iya bisa tidak. Karena kedatangan wanita itu adalah sebuah kebetulan. Seharusnya ada orang lain yang telah di siapkan. Namun karena ada seekor iblis yang mempermainkan dimensi waktu, sehingga mengubah takdir yang seharusnya. Tapi wanita itu lumayan kuat untuk dijadikan gurumu dan membantumu untuk sementara di tempat ini," kata Ganesha.

"Jadi begitu ya...Sial, kenapa aku harus memulai semua dari awal? Padahal dulu aku memiliki kakuatan yang tak tertandingi. Aku sangat ingin mengalahkan Paman Jaka Geni," kata Bara Sena.

Ganesha tertawa membuat Bara Sena tak suka.

"Kau menertawaiku?" tanyanya.

"Batara Geni bukan orang yang bisa kau kalahkan Bara. Dia bahkan tidak tunduk kepada siapa pun, bahkan Mahadewa Manikmaya harus menelan kesombongannya saat dia mengalahkanya...Apalagi kau, yang seorang Dewa biasa...Aku pun tak bisa melihat masa depanku seperti apa jika aku bertarung melawannya..." kata Ganesha.

"Apa yang kau lihat jika kau melawan dia?" tanya Bara.

"Aku? Yang aku lihat hanyalah merah dan merah. Aku tak tahu, merah itu darahku atau apa. Yang jelas semua merah, dan Batara Geni berdiri sedndirian," kata Ganesha membuat Bara tertegun.

"Jadi paman Jaka memang sekuat itu..." gumamnya.

"Sekarang, fokuslah pada kehidupan manusia ini. Tubuh Xiao Feng memang tidak kuat karena pondasi tubuh dan titik meridian nya yang rusak. Namun bagaimana pun, kau adalah seorang Dewa. Kekuatanmu akan dengan cepat meningkat saat titik meridian itu terbuka," kata Ganesha.

"Baiklah...Terimakasih untuk itu...Kau sudah menepati janjimu padaku untuk menghidupkan diriku lagi. Aku anggap, tubuh lemah ini adalah penebusan dosaku kepada ayah dan juga ibu..." kata Bara Sena dengan kepala tertunduk.

"Bagus. Aku akan datang ke mimpimu setiap satu purnama. Pertemuan kali ini cukup sampai di sini. Aku akan mengantar Batara Geni menuju ke Probo Lintang," kata Ganesha.

"Probo Lintang? Apa itu?" tanya Bara. Namun sosok Ganesha telah hilang. Bara Sena pun menghela napas dan masih penasaran dengan apa yang terakhir kali dikatakan oleh dewa tersebut.

"Aku penasaran apa itu Probo Lintang..." batin Bara.

Tiba-tiba dia pun terbangun dari mimpinya saat dia mendengar teriakan dari luar kediamannya.

"Utusan Sekte Utama datang! Utusan Sekte Utama datang!!!"

Bara membuka matanya. Dia merasa telapak tangannya menekan sesuatu yang lembut. Namun, dalam sekejap dia merasa tangannya dingin membeku.

"Apa ini?" batin Bara sambil menoleh.

Alangkah terkejutnya saat dia melihat Xia Qing Yue yang menatap tajam ke arah nya dengan tatapan ingin membunuh.

"Lepaskan telapak tanganmu dari tubuhku!" ucap Qing Yue.

Bara menatap ke arah tangan kanannya. Dia terperanjat. Rupanya telapak tangannya menempel pada buah dada milik Qing Yue.

"Lembut tapi dingin seperti mayat..." batin Bara sambil menarik tangannya.

"Sekali lagi kau melakukannya, aku akan membuatmu seperti Yu Long." kata Xia Qing Yue dengan nada mengancam.

"Huh...Padahal aku baru saja membantumu melakukan terobosan. Inilah caramu membalas apa yang aku lakukan?" umpat Bara kesal.

"UTUSAN SEKTE UTAMA DATANG!!!"

Kembali terdengar teriakan dari beberapa orang membuat Bara Sena semakin kesal.

"Oeeee! Bajingan! Tidak tahu orang lagi tidur apa!?" teriak Bara Sena kesal.

"Dia datang..." ucap Qing Yue.

"Dia? Siapa?" tanya Bara.

"Xiao Zen," jawab Qing Yue dengan mata terpejam.

"Xiao Zen? Aku tidak begitu paham siapa dia. Apa kau mengenalnya dengan baik?" tanya Bara.

"Meski dia tidak begitu hebat dalam olah kanuragan, tapi dia cukup kuat untuk menjadi lawan orang-orang di keluarga Xiao ini. Kecuali kakekmu Xiao Lie," kata Qing Yue sambil membuka kedua matanya.

"Lalu, ada apa dengan orang ini? Kau seperti nya tidak menyukainya?"

Qing Yue bangkit berdiri dari ranjang.

"Aku tak ingin menemui banjingan berotak kotor ini. Jadi, kau dan keluargmu saja yang menemuinya." kata Qing Yue.

Bara Sena menatap punggung istrinya tersebut. Dalam hati dia bertanya-tanya dan penasaran seperti apa Xiao Zen itu.

Di luar kediaman nampak ramai para murid di keluarga Xiao yang menyambut kereta kuda yang ditarik enam ekor kuda putih. Di belakang nya nampak beberapa orang berkuda yang mengawal kereta tersebut. Mereka adalah Utusan dari Sekte Utama Klan Xiao.

Seorang pria turun dari kereta kuda tersebut disusul tiga orang gadis cantik. Ketiga gadis itu terlihat manja dan terus melekat di dekat pria berambut hitam kemerahan tersebut.

Kepala keluarga Xiao menyabut utusan tersebut di depan pintu masuk kediaman keluarga Xiao. Bara Sena dan para saudara yang lain menanti kedatangan sang utusan di halaman utama.

Sosok pria tersebut berhenti di halaman utama dan menatap ke sekeliling. Tatapan matanya berhenti pada sosok Bara Sena yang juga tengah menatapnya. Pria yang tak lain adalah Xiao Zen itu menyeringai.

"Bagaimana ada sampah yang lebih buruk di tengah-tengah sampah lainnya?" batinnya.

Bara Sena merasa tak senang dengan tatapan pria tersebut.

"Pria itu lemah!" terdengar satu suara di dalam tubuh Bara Sena. Pemuda itu tahu siapa yang baru saja bicara.

"Kau langsung tahu begitu melihatnya?" tanya Bara.

"Tentu, dia hanya pandai bermain trik rendahan," kata wanita yang tak lain adalah Kahiyang Dewi.

Tak ada yang bisa mendengar suara wanita itu kecuali Bara Sena seorang. Bara Sena pun cukup berbicara dalam hati kepada wanita itu jika ingin saling terhubung. Namun dia bisa menutup jalur hubungan tersebut jika dia ingin.

"Aku juga melihat nya, sayang sekali tubuh ini belum bisa aku gunakan..." kata Bara Sena.

"Tunggulah sebentar. Kau baru saja menggunakan kemampuan tersembunyi milikmu untuk membantu istrimu, setelah tubuhmu membaik, aku akan membantumu membuka titik-titik meridian milikmu. Namun, aku butuh sesuatu..." kata Kahiyang Dewi.

"Apa yang kau butuhkan?" tanya Bara.

"Bunga Racun Api sudah ada. Aku hanya butuh satu bahan lagi, yaitu Pil Hati Emas. Itu akan sangat berguna untuk menekan rasa sakit saat titik-titik meridianmu dibuka paksa," kata Kahiyang Dewi.

"Pil Hati Emas? Dimana aku bisa mendapatkannya?" tanya Bara.

Kahiyang Dewi tersenyum.

"Tak perlu kau cari, seseorang telah membawakannya kepada kita..." ucap Kahiyang Dewi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status