Share

6. TERIKAT

“Ah, iya untung saja datang tepat waktu. Bapak Ibu, mungkin di antara kalian ada yang sudah tahu, ya. Hanya saja memang saya belum sempat memperkenalkan dosen baru kita pada Bapak Ibu semua. Niat saya biar disatukan dengan perkenalan staff baru kita. Kalau begitu, silakan untuk memperkenalkan diri.”

Juna pun tersenyum manis, lalu mengangguk. Sementara itu, Irene rasanya ingin menggali tanah, dan terkubur hidup-hidup.

“Selamat siang, Bapak Ibu. Sebelumnya saya ingin mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya karena saya terlambat. Semoga permohonan maaf ini bisa diterima oleh Bapak dan Ibu semuanya. Perkenalkan saya Juna Atmadjadarma, yang kebetulan dipercaya untuk menjadi dosen di departemen sejarah. Sebelumnya saya bekerja di Universitas Purnawarman,” paparnya dengan jelas.

Universitas Purnawarman dan Universitas Wastukencana sebenarnya masih satu payung–di bawah Yayasan Atmadjadarma.

Yayasan tersebut memang konsen di bidang pendidikan dan kesehatan. Jadi, selain universitas dan beberapa sekolah menengah, ada beberapa rumah sakit dan poliklinik yang dikelola oleh yayasan Atmadjadarma.

Namanya sungguh tidak asing bukan? Ya, jelas saja nama yayasan tersebut mirip dengan nama Juna, Juna Atmadjadarma karena yayasan itu memang milik keluarga Juna.

“Tadi Pak Juna sudah me-WA saya. Dia kebetulan ada rapat secara daring dengan para pimpinan yayasan kita. Jadi, dia tidak bisa mengikuti rapat kita secara lebih awal,” ujar Erlina.

Juna pun mengangguk.

Jujur, dia merasa tidak enak karena harus datang sangat terlambat. Bahkan, dirinya tidak sempat mengikuti satu pembahasan pun di rapat ini. Namun, apa daya, kakeknya meminta semua keluarga besar Atmadjadarma untuk hadir di rapat tadi.

“Irene, ini dosen baru di departemen kita. Kalau sama yang lain, kamu pasti sudah kenal dan dekat. Tapi, sama Pak Juna, kamu pasti belum mengenalnya. Jadi, tolong bantu Pak Juna, kalau dia ada kesulitan. Karena bagaimanapun, kamu yang sudah lebih paham tentang departemen kita,” pinta Erlina.

Mendengar nama Irene yang tak asing di telinga Juna, laki-laki itu langsung menoleh dan mendapati sosok perempuan yang sedang berurusan dengannya.

Irene terlihat  tersenyum canggung pada Juna. Bagaimanapun, Irene harus terlihat profesional, seolah mereka memang baru pertama kali bertemu dan tidak memiliki masalah sama sekali–meski sebenarnya Irene sudah ingin berlari ke kutub utara.

“Sa-salam kenal, Pak Ju-juna. Sa-saya I-irene. Kalau Bapak membutuhkan bantuan, saya siap untuk membantu Bapak,” tuturnya dengan tergagap.

Juna mendengus saat melihat Irene. Sikap ramah yang tadi dia tunjukkan pada semua orang tiba-tiba hilang dan berubah saat melihat sosok Irene. Namun, karena tidak ingin membuat curiga, Juna pun memaksa dirinya untuk tersenyum.

 “Salam kenal, saya Juna. Saya pasti akan selalu merepotkanmu,” tegasnya dengan tatapan memicing.

Deg!

Irene merasa aura hitam mulai menyelimuti dirinya. Dia memiliki firasat buruk sekarang. Sepertinya bukan kata merepotkan yang dimaksud oleh Juna. Tapi, Irene merasa sebenarnya maksud Juna adalah ‘menyiksa’.

*****

Sore hari, aktivitas di kampus sudah tidak sepadat biasanya, Irene merapikan semua perlengkapannya. Dia hendak untuk pulang dan beristirahat, karena jam kerjanya sudah berakhir.

Jujur, sedari tadi dia merasa sedikit kurang fokus. Sebab pikirannya berkelana, memikirkan jatuh tempo yang sudah di depan mata.  Apalagi, saat dirinya mengetahui bahwa Juna adalah rekan kerjanya. Rasanya, Irene ingin menghilang saja dari bumi.

“Ren, saya pulang duluan, ya. Nanti kunci kamu bawa saja. Saya punya kunci juga,” pamit Mia.

“Oh, iya, Bu. Saya juga sebentar lagi pulang. Hati-hati di jalan,” balas Irene yang tak lama setelah itu pun dia ikut pergi dan meninggalkan ruang kerjanya.

Irene bergegas mengunci ruang akademik departemen sejarah. Sambil berjalan, ia memainkan ponselnya.

Pikirannya kini sedang berkelana–memikirkan bagaimana cara untuk mendapatkan uang dalam waktu tiga hari lagi. Dia mencoba mencari nama temannya, yang kira-kira bisa meminjamkan dirinya uang. Namun, tiba-tiba dia mendapati satu nama yang pasti bisa membantunya. Apalagi, kemarin malam orang itu menghubunginya.

“Nggak. Jangan, Ren!” katanya yang berbicara sendiri. Ia sedang berjalan menuju lift di lantai tiga.

“Stop!” Tiba-tiba, seseorang menghentikan langkah kaki Irene. “Mau pulang?”

Sontak Irene terkejut saat mendapati laki-laki tersebut. Saking kagetnya, dia sampai memundurkan satu langkah.

“Kamu nggak lupa sama tanggal jatuh temponya, kan?” tanya laki-laki yang ternyata adalah Juna.

“Kaca mobil saya belum ganti, karena nunggu uang ganti rugi dari kamu,” tambahnya.

Irene menggigit bibir bawahnya. Tentu, Irene tidak lupa dengan tanggal jatuh temponya. Hanya saja, Irene tak memegang uang sebesar itu.

“Pak, saya mohon, bisa diundur, nggak? Jujur, saya nggak punya uang sebanyak itu. Saya cuman mahasiswa yang baru lulus dan ini adalah hari pertama saya bekerja,” mohon Irene dengan memelas.

Juna menggeleng. “Sebenarnya kamu kemarin mikir nggak, kalau apa yang kamu lakukan itu bisa membahayakan orang? Masih untung itu kaca mobil. Gimana kalau kepala saya yang bocor?”

“Iya, Pak. Saya salah, nggak mikir ke arah sana. Saya kemarin cuman iseng-iseng aja. Maaf, Pak, saya nggak akan mengulanginya lagi. Tapi saya mohon, Pak. Satu bulan, ya?” Gadis itu masih bersikeras untuk bernegosiasi.

“Tidak. Saya minta tiga hari lagi kamu bisa bertanggung jawab. Masalah kamu tidak punya uang, itu urusan kamu. Saya nggak peduli, karena kamu sendiri tidak peduli dengan sekitarmu!” tegas Juna.

“Pak–”

“Ingat tiga hari! Kalau tidak, saya bisa bilang ke Bu Erlina, biar dia mempertimbangkan kembali kamu untuk bekerja di sini.”

***

Ucapan Juna masih terngiang-ngiang di kepala Irene. Dia bahkan mendesah dan merasa putus asa sembari menatap langit-langit kamarnya. Dia mencoba merenung. Namun, tak ada jawaban lain selain menghubungi laki-laki itu.

Tanpa berpikir panjang lagi, Irene bangkit. Dia langsung mengambil ponsel miliknya yang masih ada di dalam tas. Kemudian Irene mencari satu nama yang hendak ia hubungi.

“Halo, Di. Aku terima tawarannya.”

BERSAMBUNG …

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status