Share

4. Pelakor Datang

"Air hangat untuk mandi udah siap, Mas. Mandi dulu biar seger," ucap Nilam saat menyambut suaminya pulang ke rumah,   yang dibalas Keenan dengan anggukan dan memberikan tas kerjanya kepada Nilam, setelah wanita itu menyalami sang suami dengan mencium punggung tangannya. 

"Oke."

Keenan menjawab singkat lalu berjalan ke kamar mandi, membersihkan diri. 

Sementara Keenan mandi, Nilam menyiapkan makanan di meja makan  untuk disantap sang suami. 

Tak terasa, kini hampir setengah tahun sudah Nilam menjadi istri sah dari Keenan. 

Dulu saat awal-awal menikah, Nilam hampir saja menyerah dari pernikahan mereka karena Keenan yang terus memperlakukan dirinya dengan kasar, dan saat melakukan hubungan badan, selalu membayangkan sedang melakukannya dengan Jihan, mantan istri suaminya. 

Namun, pada akhirnya, Nilam lebih memilih untuk mempertahankan pernikahan ini, dan setelah bersabar beberapa bulan mendapatkan perlakuan kasar dari Keenan, akhirnya kesabarannya membuahkan hasil. 

Sikap Keenan mulai sedikit lembut padanya dan saat melakukan ibadah suami istri, Keenan tak lagi menyuruh atau membayangkan Nilam sebagai Jihan. 

Sebenarnya, keberuntungan yang dibawa Nilam juga ikut andil, karena semenjak Keenan menikah dengan Nilam, pekerjaannya berjalan lancar, bahkan baru sebulan ini Keenan naik jabatan. 

"Pekerjaanmu lancar hari ini, Mas?"

Nilam bertanya sambil menyerahkan sepiring nasi yang tadi dia ambil dari rice cooker kepada Keenan yang telah selesai mandi. 

"Ya, seperti biasanya."

Keenan menjawab sambil mengambil lauk pauk di meja. 

"Makasih," ucap Keenan saat Nilam memberikan dirinya segelas air putih. 

"Sama-sama, Mas."

Nilam yang duduk di samping Keenan, menemani dirinya makan, tersenyum. 

Yah, memang kehidupan pernikahan mereka tidaklah semanis orang-orang, tapi melihat sikap Keenan yang seperti ini, Nilam sudah merasa besyukur dan nyaman. 

Mereka sekarang sudah pindah rumah, tidak bersama orang tua Keenan lagi, dan Nilam selalu merasa senang setiap kali suaminya yang masih sedikit dingin itu pulang tepat waktu. 

"Kamu tambah cantik hari ini, rupanya skincare yang aku beli untukmu berguna juga, ya?" 

Keenan yang sedang meneguk air putih pemberian Nilam, berkomentar. Membuat pipi Nilam yang kini berwarna putih susu, memerah. 

"Aku rajin memakainya demi kamu, Mas," jawab Nilam, tersenyum malu-malu karena dipuji cantik oleh suaminya. 

Keenan memang membelikan banyak produk skincare untuk Nilam, agar wanita itu sedikit glowing dan kulitnya tidak kusam. 

Awalnya tujuan Keenan menyuruh Nilam melakukan perawatan, karena dia ingin memiliki kenyamanan saat mereka ber cinta, di mana dia tidak harus menyentuh kulit kasar dan kering milik Nilam. 

Namun, hasilnya cukup mengejutkan. Setelah beberapa bulan rutin memakai skincare, perubahan Nilam cukup drastis. Seperti itik buruk rupa yang berubah menjadi angsa cantik. 

Kini kulitnya tidak hanya lembut, tapi juga berwarna putih susu, Keenan mengakui bahwa istrinya ini perempuan yang sebenarnya cukup cantik. 

Hal itu membuat Keenan mulai menerima Nilam sebagai istrinya, apalagi istrinya yang polos ini selalu patuh dengan apa pun yang dia perintahkan. 

"Kamu istri yang baik ternyata. Apa kamu juga udah mempelajari video yang aku kirim siang tadi?" tanya Keenan dengan nada menggoda. 

Tadi siang, untuk meredakan stressnya bekerja, Keenan iseng-iseng mengirim video doggy style kepada istrinya dan menyuruh wanita itu mempelajari video tersebut, karena dia akan mempraktikkan hal itu malam ini. 

"U-udah, Mas."

Nilam menjawab dengan wajah memerah, malu. Sedangkan Keenan malah menjadi bersemangat untuk segera melakukan hal itu dengan sang istri. 

"Kalo gitu habis ini kita praktekin. Kamu harus tahu aku paling nggak suka lihat orang bodoh."

"I-iya, Mas."

Nilam patuh seperti biasa dan itu membuat Keenan senang, begitu makan selesai, dia bersantai sebentar, sementara Nilam berdandan dengan begitu cantik untuk dilahap sang suami. 

"Apa kamu mau sekarang, Mas?"

Nilam bertanya dengan malu-malu setelah dia berdandan, membuat Keenan gemas dan mengajak wanita itu ke kamar. 

Meski sifatnya pemalu, Nilam begitu lihai melayani Keenan di atas ranjang, dan membuat Keenan selalu puas. 

Malam ini, doggy style yang mereka lakukan, sukses besar. 

"Kamu makin jago aja ngelayanin suami, Nilam. Nih, buat kamu."

Keenan yang merasa terpuaskan dengan pelayanan sang istri, sebelum tidur, memberi beberapa lembar uang jajan  kepada Nilam. 

"Makasih, Mas."

Nilam menerima uang itu dengan wajah sumringah, sementara Keenan yang kelelahan setelah olahraga malam mereka, beberapa saat kemudian tertidur. 

Ekspresi Nilam berubah saat melihat suaminya tertidur, senyum di wajahnya menghilang berganti dengan helaan napas panjang. 

"Nggak papa. Meski aku cuman memiliki tubuhnya, nggak papa. Seenggaknya sekarang dia nggak melecehkan aku lagi," gumam Nilam, beranjak dari ranjang dan menyimpan uang itu dalam dompet. 

Meski mungkin tidak ada cinta dalam hubungan mereka, tapi Nilam merasa kehidupan seperti ini terasa damai. 

Suaminya juga loyal saat suasana hatinya sedang baik seperti tadi, jadi Nilam merasa tidak keberatan menjalani kehidupan pernikahan seperti ini, di mana sang suami menunjukkan kasih sayangnya, hanya saat mereka ber cinta. 

***

Namun, rupanya kehidupan damai itu hanya sebentar. 

"Mas, lama  nggak ketemu."

Seseorang menyapa Keenan saat pria itu baru saja keluar dari sebuah butik. 

Saat perjalanan pulang kerja, Keenan tiba-tiba ingin membelikan istrinya beberapa potong baju karena melihat Nilam yang hanya memakai pakaian sederhana. Kejutan ini pasti akan  membuat Nilam senang. 

Keenan tak sabar untuk sampai rumah dan disambut senyum manis istrinya yang menunggu dia pulang kerja setiap hari, tapi sebelum dia pulang, Keenan bertemu dengan seseorang yang tak terduga. 

"Eh, Jihan. Gimana kabar kamu? Kamu keliatan lebih kurus," ucap Keenan, yang sudah beberapa bulan ini tidak bertemu mantan istrinya tersebut. 

Pertemuan terakhir mereka adalah di kafe beberapa bulan  lalu saat Keenan malam malam dengan Nilam, waktu itu Jihan pamit akan tinggal ke luar kota karena pekerjaan. Keenan tidak menyangka akan bertemu dengan Jihan di sini. 

"Iya, Mas. Sebenarnya.... "

Jihan yang tadi menyapa Keenan dengan ramah, tiba-tiba menangis terisak-isak. Itu membuat Keenan bingung dan mengajaknya ke kafe terdekat. 

Di sana Jihan langsung menumpahkan perasaannya kepada Keenan, di mana selama beberapa bulan ini ternyata dia hidup dengan begitu menyedihkan di luar kota, karena pacar yang menjanjikan pekerjaan padannya, ternyata seorang penipu. 

Melihat berapa menyedihkankan kondisi Jihan, Keenan pun berusaha menghibur wanita itu. 

"Kamu nggak usah sedih dan bingung harus numpahin perasaan kamu ke siapa, kamu bisa cerita ke aku, Jihan. Jangan disimpen sendiri kayak gini dan bikin badan kamu rusak. Aku selalu bisa jadi temen kamu, ngerti?"

"Beneran kah, Mas, aku bisa curhat ke kamu setiap kali ada masalah?" tanya Jihan dengan mata berkaca-kaca, pipinya yang putih itu kini sedikit memerah sebab menangis. 

"Beneran. Kamu ini udah kayak sama siapa aja. Kamu nggak usah sungkan  sama aku, Jihan," jawab Keenan tanpa ragu. 

"Tapi istrimu, Mas.... "

Jihan dengan sengaja menggantung ucapannya, dengan ekspresi takut-takut. 

Keenan tiba-tiba teringat istrinya yang begitu lembut dan selalu tersenyum padanya, lalu segera menggeleng santai. 

"Dia pasti ngerti, lagian kita kan sebelum nikah juga temenan, istriku nggak bakal ngelarang aku ketemu teman aku."

Ya, Keenan yakin Nilam pasti mengerti. Toh dia tak ada hubungan apa-apa dengan Jihan. Keenan menawari Jihan untuk curhat padanya, karena wanita itu mengatakan bahwa tak ada orang yang bisa dia ajak berbagi cerita selain Keenan. Teman yang sudah dia kenal sejak mereka SMA. 

"Sungguh, Mas?"

"Ya, dia itu istri yang sangat pengertian, juga lembut dan  nggak pernah marah," jawab Keenan tanpa ragu. 

"Istrimu sangat baik, Mas.... "

Jihan mengatakan hal itu, sambil tersenyum lembut memuji kebaikan Nilam, meski diam-diam dia mengepalkan tangan erat-erat di bawah meja, karena tak terima ada wanita lain yang dipuji oleh Keenan. 

Dari SMA sampai kapan pun, seharusnya mata Keenan hanya melihat dirinya, hanya dia. Tidak ada perempuan lain. Lalu kenapa sekarang.... 

Mata Jihan berkilat dengan penuh kebencian, pada wanita bernama Nilam. 

"Aku akan merebut Keenan lagi, dia nggak boleh jadi milik orang lain selain aku," gumam Jihan dalam hati dengan penuh tekad. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status