Share

8. Spesialis Wanita Simpanan

Pengakuan yang keluar dari mulut Will, membuat kedua bola mata Jihan terbelalak lebar.

Dia tak pernah menyangka kalau Will ternyata pria yang sudah memiliki istri.

Gayanya yang perlente dan sedikit flamboyan membuat Will tidak terlihat seperti seorang bapak bapak. Jadi siapa yang mengira ternyata dia sudah menikah dan memiliki anak? Bukan hanya satu anak, bahkan 4?!

Jihan memandang ke arah Will yang masih diam, tersenyum canggung. Tepatnya, Jihan mencoba untuk tersenyum dan terlihat setenang mungkin.

Ayo tenang, tenang. Ini mungkin saja hanya tes yang dilakukan Will untuknya, apakah dia akan setia atau tidak. Begitulah keyakinan Jihan.

"M-mas? Kamu nggak sedang ngomong serius, kan? Kamu pasti sedang bercanda, kan? Kamu lagi nge prank aku. Iya kan, Mas?"

Jihan menanyakan hal itu dengan ekspresi yang dibuat setenang mungkin, meski jari-jarinya gemetar, dia terlalu ngeri membayangkan bahwa selama ini telah berpacaran dengan lelaki orang.

Dia bahkan telah memberikan keperawanannya pada orang itu!

Sayangnya, berbeda dengan jawaban yang diharapkan Jihan, Will dengan tampang sangat menyesal, menjawab.

"Jihan... aku, aku serius."

"Apa.... "

Jihan kehabisan kata-kata.

Dia bahkan tidak bisa membedakan mana kenyataan dan mana khayalan sekarang.

Melihat ekspresi kosong di wajah cantik Jihan yang seperti boneka, Will menghela napas panjang dan menggenggam tangan wanita itu di atas meja.

"Maafkan aku, aku bohong saat bilang ke kamu kalo aku perjaka. Karena pekerjaan, aku sering ke luar negeri, dan di sana, aku memiliki sebuah keluarga."

Will mengatakan hal itu dengan lancar, parahnya lagi, tak ada ekspresi penyesalan di wajahnya sama sekali.

"Mas.... "

Tenggorokan Jihan terasa kering sehingga dia tak bisa mengatakan apa pun. Will menggenggam tangan mulus wanita itu dengan lebih erat lagi dan melanjutkan ucapannya.

"Tapi aku beneran nggak mau pisah sama kamu, Jihan. Aku ngomong gini karena nggak mau ngebohongin kamu, makanya aku memilih jujur biar nggak nyakitin kamu."

Jihan memandang Will dengan tatapan kosong, setelah beberapa saat dia berhasil menguasai dirinya sendiri, dengan suara gemetar, Jihan bertanya.

"Jadi kamu bener bener seorang pria bersuami? M-maksudku, statusmu masih suami orang, bukan mantan suami?" tanya Jihan sekali lagi untuk memastikan kebenaran dari ucapan pria yang ada di hadapannya itu.

Bagaimana ini? Bagaimana dia bahkan tidak bisa membedakan mana pria bersuami dan bukan? Jihan merasa benar-benar ditipu oleh Will!

Bisa-bisanya Will baru mengaku saat Jihan sudah memberikan keperawanannya yang berharga pada pria itu? Kenapa tidak kemarin kemarin saat mereka baru saling mengenal dan kemudian menjalin cinta?

Jihan tiba-tiba merasa perutnya melilit, sakit. Dia langsung teringat pada Keenan, mantan suaminya. Berpikir bahwa saja ini mungkin karma yang diberikan Tuhan padanya karena meninggalkan Keenan begitu saja demi harta benda.

Namun, nasi sudah menjadi bubur. Jihan bahkan tak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang.

Karena terlalu percaya pada Will dan janji janji manisnya, Jihan pergi ke kota besar ini tanpa persiapan apa pun dan menggantungkan segalanya pada Will yang memang memenuhi semua kebutuhan Jihan.

Jihan awalnya merasa diratukan dan merasa menjadi wanita paling beruntung sedunia, tapi setelah mengetahui semua ini, khayalan itu hancur berkeping-keping.

Will menganggukkan kepala, dan menjawab lirih.

"Aku minta maaf. Itulah kebenarannya, Jihan. Dan... dan sebenarnya ada satu hal lagi yang kamu perlu tahu."

Ada satu hal lagi yang disembunyikan Will? Apalagi? Jihan merasa ingin pingsan pada saat itu juga.

"A-apa itu, Mas?"

Jihan merasa tak sanggup mendengar pengakuan yang lebih mengejutkan daripada apa yang telah dikatakan Will sebelumnya, tapi dia juga tak bisa membohongi diri sendiri dan pura-pura terus tidak tahu, sehingga bertanya dengan tergagap.

Will sendiri tidak segera menjawab, seperti mempersiapkan diri. Setelah diam beberapa detik, mulutnya mulai terbuka dan melancarkan kata-kata yang seperti sebuah bom di telinga Jihan.

"Ehm, itu, Han. Usiaku... bukan 35 tahun seperti yang kuceritakan padamu. Sebenarnya aku... 40 tahun lebih."

"A-apa?"

Jihan merasa jiwanya melayang dari tubuh saat mendengar hal itu.

"Aku terlihat awet muda, ya. Aku nggak berniat nipu kamu, Jihan. Serius. Aku cuma nggak mau kamu malu pacaran sama cowok yang jauh lebih tua dari kamu, karena itu... "

Jihan langsung berdiri dengan muka merah padam karena marah, saking emosinya, sampai nadanya meninggi saat berbicara dengan Will.

"Itu artinya selisih usia kita 15 tahun lebih, Mas?! Kamu sudah gila?! Gimana bisa kamu ngebohongin aku kayak gini!"

Jihan benar-benar kecewa. Selain berbohong sebagai perjaka saat dia merupakan pria beristri dan beranak lima, sekarang dia ternyata juga membohongi Jihan tentang usianya?!

Dulu saat awal bertemu, Will mengatakan bahwa wajahnya lebih tua dari usianya karena beban kerja yang berat. Jihan tak menyangka dirinya percaya saja dengan kebohongan serendah itu.

Dan sekarang, Will mengaku terlihat lebih muda daripada usia aslinya? Bajingan ini!

Melihat Jihan yang muntab, Will buru-buru meraih tangannya dan mencoba menenangkan Jihan.

"Jihan, Jihan tolong jangan marah. Aku benar-benar terlanjur suka sama kamu, aku nggak ingin pisah sama kamu, Jihan," mohon nya dengan nelangsa.

"Terus maunya mas Will apa? Bikin aku jadi pelakor, gitu? Aku nggak serendah itu, Mas!" geram Jihan dengan bibir terkatup.

Dia memang ingin memiliki pria kaya yang menunjang hidupnya, tapi tidak dengan menjadi seorang pelakor!

"Aku tahu, aku tahu, Jihan. Aku nggak nawarin kamu jadi pelakor, enggak. Aku cuma ingin bertanggung jawab karena kamu sudah memberikan keperawananmu padaku," jawab Will buru-buru.

"Lalu apa yang mau mas Will kasih ke aku? Apa mas Will akan jadiin aku istri kedua?"

Yah, sekarang semuanya sudah terlanjur. Jihan benci opsi ini, tapi dia harus mendapatkan status resmi. Setelah kehilangan keperawanannya, harga Jihan tentu tak semahal sebelumnya.

Sayang, jawaban Will benar-benar menyakitkan.

"Istri kedua... itu agak sulit. Kantorku melarang memiliki istri lebih dari satu."

"Astaga, berapa banyak kamu mau membohongi aku lagi, Mas?! Terus, kalo udah gini. Apa yang kamu lakukan buat tanggung jawab karena telah ngambil keperawanan aku? Kamu bahkan nggak mau jadiin aku istri kedua!"

Jihan benar-benar menjerit sekarang.

Sedangkan Will dengan tak tahu malunya, mengutarakan apa maksud dia membicarakan semua ini.

"Aku... aku berencana menjadikanmu wanita simpananku, Jihan."

"A-APA?! MAS SUDAH GILA?!"

Jihan rasanya ingin menampar wajah jelek pria berusia 40 tahun lebih itu dengan tas yang dia bawa.

Sudah berbohong begitu banyak, sekarang dia berencana menjadikan Jihan wanita simpanan?!

Apa namanya kalau bukan gila?

"Ini pilihan yang paling bagus dan efektif menurutku, Jihan. Bukankah kamu tertarik pacaran denganku karena aku bisa mengenyangkan keinginanmu untuk hidup bergelimang kemewahan?"

"Tapi... tapi nggak jadi wanita simpanan juga, Mas!"

"Aku janji bakal jadi sugar daddy yang bisa kamu andalkan, Jihan. Tempat tinggal terbaik dan termewah, mobil keluaran terbaru, semua perhiasan yang kamu mau, semuanya bisa kamu dapatkan kalo sama aku, Jihan. Kamu nggak bakal nyesel kalo sama aku, aku bisa janjikan hal ini."

Will mengatakan hal itu dengan percaya diri, karena dia sangat tahu apa kelemahan Jihan.

Mendengar itu, Jihan memang terlihat sedikit goyah.

"Tapi.... "

Will menggunakan kesempatan itu untuk memojokkan Jihan, meski dengan kata-kata lembut.

"Kamu pilih mana, kembali ke kotamu tanpa bawa apa-apa? Atau di sini bersamaku dan semua kebutuhanmu dari mulai yang terkecil sampai yang terbesar, semuanya aku tanggung? Kamu nggak harus ngapa-ngapain, kamu juga bebas ngabisin uang buat apa aja, pergi ke mana aja yang kamu suka. Yang perlu kamu lakukan cuma menghiburku saat lelah bekerja. Bukankah hidup seperti ini yang kamu inginkan, Jihan?"

Ucapan lembut Will seperti bisikan Iblis di telinga Jihan, semua yang dia janjikan sangat menggiurkan, Jihan tidak perlu susah payah bekerja dan bisa menikmati kemewahan sepuas mungkin.

Tawaran Will membuat Jihan yang tergoda dengan kehidupan mewah dan mudah, segera mengangguk pelan.

Saat itu Jihan yang polos tak tahu, bahwa dia telah masuk ke kandang buaya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status