Share

12. Membahana

Angin ... tolong sampaikan pada awan, aku merindukan hujan. Merindukan rintik gemuruh yang membawa ketenangan.

Hujan ... turunlah dan sapa aku yang gersang. Menjadilah saksi bisu atas semua deritaku.

Ayudia menutup buku diarynya. Di zaman secanggih ini, buku diary bisa dikatakan sangat jadul. Mungkin sudah tak ada lagi yang minat menggunakan walau sekadar menuangkan emosi dan kesal.

Lain bagi Ayudia, diary adalah penyelamat. Ya, saat rasa marah mengungkung ego, ia jadi lega setelah meluapkan semua dalam buku kecil bermotif batik pada sampulnya itu.

Ayudia duduk sebentar sambil membaca buku. Ia tidak melepas jilbabnya kala di kamar, Ayudia sudah nyaman dan terbiasa seperti itu.

Selain terbiasa tertutup, Ayudia juga sudah biasa tidur di bawah beralas karpet dan berbantal ransel, kadang hanya bertumpu tangan.

Ia tak ingin manja dan selalu mengeluh. Ia memotivasi dirinya sendiri untuk menjadi perempuan tegar seperti sang nenek. Yang berjuang membesarkan dirinya dengan segala kesulita
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status