Wajah Hua Fei menunjukkan kekhawatiran yang tidak dibuat-buat."Sudah paman bilang, kalau paman tidak apa-apa. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari racun dalam tubuh paman. Apakah kamu lupa siapa pamanmu ini?" Hua Yan menepuk lembut bahu Hua Fei."Aku adalah salah seorang dari tiga ahli racun yang ada di wilayah Kekaisaran Han ini. Aku bukan hanya dapat menekannya, tetapi juga pasti bisa membuat penawarnya." "Ah Fei tentu saja selalu ingat. Aku hanya tidak ingin racun itu akan menjadi pengganggu yang merepotkan paman nantinya." Hua Fei tetap merasa cemas. Hua Yan tersenyum lembut sebelum berkata, "Paman tahu akan kekhawatiranmu, Ah Fei. Tapi percayalah kalau paman akan baik-baik saja di bawah perawatan Tabib Guo. Beliau adalah adik seperguruan mendiang kakekmu, tentu saja Tabib Guo bisa dengan mudah mengatasi racun kecil ini."Walaupun Hua Yan mengatakan kalau itu hanya racun kecil, tetapi sesungguhnya ada suatu hal yang masih menjadi ganjalan pikiran pria tersebut, yaitu tentang
Hua Fei yang baru saja selesai merapikan pakaian Hua Yan pun segera menghadapkan muka ke wajah sang paman. Ada kecemasan pada cahaya matanya yang tak dapat disembunyikan.Hua Yan tersenyum, menepuk bahu Hua Fei dengan lembut. Pria itu kemudian berkata sambil berjalan menuju ke pintu keluar. "Kita serahkan saja semuanya pada takdir."Hua Fei merasa sedih dan tidak puas dengan jawaban Hua Yan. Dia lalu mengikuti langkah pria yang merupakan pelindung terbesarnya. Jika Hua Yan saja berkata demikian, bukankah itu artinya jikalau racun itu sebenarnya tidak mudah ditangani?Hua Fei tidak berharap apa pun selain daripada kesehatan sang paman, orang yang merupakan satu-satunya saudara muda mendiang sang ayah."Sepertinya paman mencoba untuk membuatku tenang. Tapi itu justru membuatku hatiku semakin gelisah. Setelah ini, aku akan mencari tahu tentang racun yang ada di tubuh paman." Hua Fei berkata dalam hati sambil terus mengikuti Hua Yan. Mereka meninggalkan ruang perpustakaan dan langsung me
Pada suatu malam di sebuah kediaman besar dan megah, terlihat banyak sekali orang-orang berseragam penjaga dan pelayan berlarian berusaha untuk menyelamatkan diri dari amukan kobaran si jago merah. Bau anyir darah mengucur deras dari luka-luka di tubuh mereka, berhasil merusak hawa malam yang dingin dan murni."Tolooong! Tolooooong!""Tolong kamiiii!" Terdengar suara ramai minta tolong dari arah kejadian pembakaran bangunan.Beberapa orang lelaki penjaga berlarian sambil memegangi luka tikam di bagian perut kanannya. Pria lain juga terlihat berjalan terseok-seok dalam keadaan menyedihkan dengan luka robek pada punggungnya. Mereka semua berlumuran darah, bermandikan keringat dan air mata. Tak ada satu pun yang tinggal di kediaman besar itu mengira, akan adanya tragedi mengerikan terjadi pada malam ini."Apiiiii! Cepat padamkan apiiiii!" Suara hiruk pikuk lainnya mengacaukan suasana."Tolooong, to-long a-aku!" Pria yang terkena luka tikam seketika ambruk di atas lantai pelataran. Bebera
Jiu Wang menjawab dengan nada dingin. "Benar! Sebenarnya aku adalah menantu dari Keluarga Wen.""Keluarga Wen? Ja-jadi?" Jing Zhao sungguh tidak pernah mengira, jika pria pemenang sayembara ini adalah menantu dari Keluarga Wen musuhnya. Pria tua itu berusaha duduk sembari memegangi dadanya. "Jadi selama ini, kau telah mempermainkan kami? Mempermainkan Ah Yue!""Ah Yue?" Jiu Wang berteriak dalam hati saat teringat istrinya. "Ah Yue, maafkan aku! Aku akan mempertanggungjawabkan semua perbuatanku ini!"Jing Zhao terbatuk hingga beberapa kali, segumpal darah kembali terlempar dari mulutnya. Wajahnya telah menjadi sangat pucat pasi. Lelaki tua itu berkata dalam hati sembari menatap langit malam yang jernih tanpa awan. "Sepertinya, hari ini memang hari terakhir aku hidup di dunia ini. Aku bahkan tidak sempat melihat wajah anak dan cucuku untuk yang terakhir kalinya.""Ah Yue, maafkan ayah! Maafkan ayah yang telah membuatmu bertemu dengan pria biadab tak bermoral ini!" Jing Zhao berucap lirih
Jiu Wang jatuh terduduk di samping mayat Jing Zhao dengan air mata bercucuran. Tombak Naga Emas pun terlepas dari genggaman tangan yang telah berlumuran darah dari orang-orang keluarga istrinya sendiri. Lelaki itu menutup wajah dengan kedua telapak tangan kotornya seraya meraung menyesal."Maafkan aku, Ayah! Maafkan aku, Ah Yue! Ah Ling, Maafkan ayahmu iniii!" Jiu Wang membuncah bersama penyesalan yang tiada tara. "Mengapa mereka melakukan ini padaku? Mengapaaaaaa?""Mengapaaaaaa?"Tak bisa dipungkiri, jika dia pun merasa sangat menyesali perbuatannya. Ia dihadapkan oleh persoalan pelik yang hanya bisa dipilih salah satu dan tidak ada pilihan lain. Kesetiaan pada sumpah yang telah dia ucapkan, harus dibayar mahal dengan mengorbankan perasaan dan cinta. Namun, semua hanya tinggal segunung sesal yang akan menjadi awal penderitaan panjang pria ini.Jerit tangis bayi membuat pria itu menoleh ke arah sumber suara dan matanya langsung mendapati sesosok bayangan tubuh di antara asap dari koba
Jiu Wang kembali dengan membawa syarat sayembara dan penuh suka cita pria itu menikahi Jing Yue, Persik Gunung Naga yang memiliki kecantikan bak bidadari pada masa mudanya. Dia bahkan tak pernah membiarkan lelaki menatap dan menikmati keindahan wanitanya. Jiu Wang tak akan pernah segan-segan untuk menarik dan membenamkan ujung tombaknya ke dalam tubuh lelaki lain yang berani mencuri pandang terhadap Jing Yue.Pernikahan mereka berjalan dengan lancar dan berhasil membuahkan seorang bayi lelaki. Sebagai rasa bahagianya atas kehadiran sang putra, Jiu Wang telah menempa sepasang tombak kembar bermata dari batu bintang hitam merah.Pada bilah kedua tombak tersebut, masing-masing berhiaskan ukiran nama Jing Yue dan nama sang bayi pemberian dari Jiu Wang. Sebatang tombak lainnya sengaja dia simpan secara rahasia dan tidak ada satu pun orang yang mengetahuinya. Sepertinya, pria itu sengaja menyimpannya untuk orang lain.Namun rupanya, kebahagiaan pasangan itu tidak bisa berlangsung lama. Kelua
Di dinding wisma dan pagar keliling juga terdapat banyak sekali pohon anggrek tumbuh menempel erat pada tembok bangunan tersebut. Mereka menjuntaikan sulur-sulur batang penuh bunga yang tengah bermekaran, seperti dengan sengaja memamerkan kecantikan kelopak-kelopak mahkotanya.Sesuatu yang aneh adalah, hanya wisma itu saja yang masih utuh tanpa ada kerusakan sedikit pun atau kobaran api seperti di tempat yang lain. Hal itu membuat perasaan pemuda berambut hitam lurus menjadi sedikit lega. Dia sungguh berharap, jika orang yang dicarinya dalam keadaan selamat."Ah Yue!" Tuan muda itu menjadi sangat panik karena keadaan wisma tersebut sangat sepi. "Ah Yueeeeee!""Ah Yue, buka pintunyaaaaa!""Ah Yue! Ah Yueee, apa kau baik-baik sajaaa?" Pemuda itu berkali-kali mengetuk pintu rumah Jing Yue. Tak ada sahutan ataupun pintu yang dibuka dari dalam. Hal itu membuat pemuda itu semakin cemas dan merasa sangat penasaran. "Ah Yue! Maafkan aku, kalau aku sedikit mengganggumu. Aku hanya ingin memasti
"Jangan sentuh kami dengan tangan kotormu itu! Kau telah membasuhnya dengan darah ayah dan juga saudara-saudaraku! Kau pikirkan saja sekarang! Masih pantaskah kau menyentuh kami berdua?" Jing Yue berteriak sembari menghindar. Dirinya sudah merasa teramat jijik dengan pria yang masih bergelar suaminya."Ah Yue, maafkan aku! Aku sangat terpaksa melakukannyaaa! Keluargaku yang lain juga dalam ancaman. Aku-aku ... aaaarrhhh! Haruskah aku meninggalkan merekaaa?" Jiu Wang berteriak setinggi gunung pencakar langit."Mengapa tidak ada pilihan lain?" Jiu Wang meremas-remas rambutnya sendiri dengan penuh penyesalan, kegeraman dan kemarahan yang bercampur menjadi satu. "Mengapaa aku disudutkan pada persoalan seperti ini?""Mengapaaaaaa?""Mengapa kau bertanya padaku? Jika kau pergi malam ini juga. Maka, sejak kau melangkah keluar dari tanah kediaman ini. Aku Jing Yue, sudah bukan istrimu lagi! Dan jangan pernah berharap kau bisa melihat anak ini tumbuh dengan menggunakan nama margamu! Bahkan, aku