Share

23 Kepergok

Jam di dinding berdenting tujuh kali. Setelah membelikan sarapan untuk Mas Feri dan aku sendiri, gegas kubuatkan teh hangat. Sementara di atas meja belum terhidang apa-apa. Sepertinya ibu masih ke pasar untuk berbelanja.

Sejak kuserahkan uang belanja pada Ibu dan menolak untuk memasak karena selalu dikomplen, aku memang jarang sekali makan di rumah. Bisa dihitung jari dalam seminggu. Lebih baik beli di warung tetangga atau pesan online.

Tak peduli jika ibu dan Mbak Vina selalu menyindirku karena boros, toh semuanya pakai uangku sendiri hasil jualan, bukan minta jatah ibu maupun gaji Mas Feri.

"Mana sarapan buat kita, Rin?" tanya Mbak Vina ketus saat melihatku duduk di kursi makan bersama Mas Feri.

Aku dan Mas Feri memang saling diam sejak tadi, hanya terdengar suara sendok dan piring beradu lirih. Bukan karena kami sedang marah, tapi memang malas ngobrol saat sedang makan untuk lebih cepat beranjak dari ruang makan. Pagi ini aku dan Mas Feri ingin mencari kontrakan.

"Kok nanya ak
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status