Share

17 Dasar Benalu

Tiga hari Mbak Vina dan anaknya di rumah ini cukup membuatku pusing kepala. Tapi tak apa lah karena kemarin mereka sudah pulang. Setidaknya hidupku kembali normal. Berjalan seperti biasanya meski masih saja mendengar sindiran dan omelan ibu. Tapi kini tak terlalu memperburuk moodku. Aku muali bisa menghadapi omelannya dengan caraku sendiri.

"Mas, tabungan kamu sebenarnya sudah ada berapa? Kalau sudah cukup, buat beli rumah saja dulu. Makin tahun properti makin naik, Mas. Rumah kan termasuk kebutuhan primer, jadi sebisa mungkin harus punya," ucapku pada Mas Feri yang masih sibuk dengan gadgetnya.

"InsyaAllah tiga bulanan lagi sudah cukup lah, Rin. Nanti aku juga ajak kamu buat lihat-lihat rumahnya kalau dana sudah cukup," balas Mas Feri lagi, tanpa mengalihkan pandangannya ke arahku.

"Mbak Vina kemarin bilang ke ibu soal kontrakan loh, Mas. Katanya mereka sudah telat dan terancam diusir."

Mas Feri menoleh ke arahku dengan pandangan tak yakin. Aku hanya mengacungkan dua jari untuk mey
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status