Share

(110) Sidang Perdana Erina

"Saudari Erina, kamu dapat dengar saya?"

"Saudari Erina ...."

"Erina Handayani."

"Rin ... Eh, halo!"

"Kepada kuasa hukum Erina silakan kembali duduk, jangan coba untuk memengaruhi terdakwa."

"Saudari Erina, saya tanya sekali lagi. Apa semua perilaku warga desa yang sudah disebutkan sebelumnya, menjadi alasan anda untuk mengakhiri hidup mereka?"

Dug!

"Ah shh ...," keluh seorang wanita di antara bangku panjang, tempat beberapa orang terpilih untuk menyaksikan proses sidang.

Benturan akibat kecerobohan dalam melangkah di ruang terbatas, dan benturan yang tepat mengenai lutut hingga menimbulkan sensasi setrum penuh kenikmatan konyol. Membuat wanita itu spontan berdesis dengan keluhan dalam keheningan ruang sidang, hening yang terjadi karena bungkamnya seorang Erina Handayani.

"Hati-hati jalannya, Vin." Sang terdakwa yang sedari tadi terdiam, tiba-tiba bersuara bahkan tanpa menoleh ke belakang untuk melihat sumber suara.

Seolah telinganya lebih tajam dan diperlukan dari pada indra pengliha
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status