Share

5

"Tak bisa tidur?" tanyaku terbangun.

"Entahlah!" jawabnya sayu.

"Tenanglah, biar kujaga! Sana, tidur!"

"Tidak, bukan itu. Aku hanya merasa kau melakukan banyak hal untukku. Baru kali ini ada orang seperti itu."

Kudengarkan curahan hatinya.  

"Saat ayahku bangkrut, aku minta bantuan pada saudara-saudara dan teman. Tapi tak ada yang bisa menolong."

"Aku," lanjutnya tak diteruskan. 

"Tenanglah Selly, aku yakin kamu bisa menemukan jalan keluar. Kamu pintar!" 

"Terimakasih banyak telah menolongku. Kalau tidak, aku pasti sudah diperkosa atau mati! Atau dijual jadi pelacur! Tak terbayangkan bagaimana nasibku!"

"Tak perlu dirisaukan. Sudah tugasku! Kau sudah aman!" 

"Aku bahkan tak memanggilmu pakai aplikasi!" lanjutnya menatap wajahku dalam, "Kau tak dibayar telah menolongku. Bahkan untuk menjagaku begini juga!"

"Tenanglah, tak masalah bagiku, Sel!"

"Tidak, aku ingin membayarnya," bisiknya lalu mencium bibirku. Bagian lubang hidung dan bibir memang tak tertutup oleh kostumku. 

Aku berusaha menolak, namun dia terus mendekap dan menciumiku. Aku tak kuasa menahan gejolak ini. 

Sudah lama aku tak berhubungan dengan wanita. Mungkin terakhir kali saat di desa bersama Sri Kuswantari. Anak guruku itu. Wanita kota susah untuk ditundukkan. 

Ia lepaskan ciumannya dan mengelus wajahku. "Apa kau juga selalu tidur dengan kostum ini?" tanyanya berusaha melepaskan topengku. 

Kucegah tangannya. Ia terus menatap mataku. Seolah ingin menggapai apa yang ada dalam hatiku. Dengan wajah secantik dan semurni itu, aku tak mampu menghindarinya. 

Akhirnya kubiarkan ia melepaskan topengku. Ekspresi wajahnya cukup membingungkan. Antara kaget dan kagum. 

Mungkin baru kali ini ia melihat wajah asli seorang superhero. Entah sesuai harapannya atau tidak.

Ia kembali menciumku. Dan kami kembali hanyut dalam pergumulan malam. 

Tanpa malu, ia terus mencumbuiku dan melepaskan baju tidurnya. Hasratku sebagai lelaki semakin tak tertahan. 

Aku jadi teringat pada ibu kos. Ia pasti khawatir aku belum pulang. Aku belum pamit kepadanya. Mungkin ia ingin memberiku buah-buahan segar seperti biasanya. Tapi siapa peduli, di sini kudapatkan buah yang lebih segar. 

Selly lalu mengajakku ke kamar. Bukan seperti superhero lagi, aku tunduk pada kecantikan dan kemolekannya. Kulepaskan segenap kostumku dan kami habiskan malam untuk menikmati asmara. 

Pagi harinya, aku terbangun sendirian di kamar Selly. Ia sepertinya sedang menyiapkan sarapan. Tercium dari baunya. 

Aku keluar kamar dengan memakai kostum sekedarnya. Kusambangi Selly di dapur yang sedang memasak. Kupeluk dan kuciumi tengkuknya dari belakang. 

"Hmm, superhero sudah bangun!" gumamnya, "Kubuatkan telur orak-arik, mau?"

"Yah, terimakasih."

"Sebentar lagi siap, aku juga masih punya kopi. Mau?"

"Yah. Pakai susu!"

"Aku tak punya susu!"

"Masa?" godaku. 

"Aihh, sana, sana! Tunggu dulu di meja makan! Ah, aku sudah tak punya meja makan. Tunggu di ruang tamu! Haha!"

Kuberalih ke ruang tamu dan kulihat ponsel yang tertinggal di sofa. Astaga, ada banyak pesan!

Salah-satunya, "Kris, di mana kamu? Kami diserang! Tolong!"

Dan itu adalah pesan tadi malam!

"Aku harus pergi!" pamitku pada Selly. 

"Semua baik-baik saja?" tanyanya cemas, "Ada bahaya?!"

"Yah!" jawabku mencium keningnya, ia tampak telah menyiapkan telur orak-arik, "Aku segera kembali!"

Aku menuju warung kopi Pak Yono. Hangus berantakan! Sisa-sisa asap masih mengepul ringan. 

Ponselku berdering. Dari manajer, "Kemana saja kau Kris?! Cepat ke kantor!"

Akupun segera ke kantor. Dan sesampainya di sana, manajer menyambutku cukup panik. 

Ia seorang pria berumur empat puluhan yang bertubuh ideal dengan kepala mulai botak. Selama ini menjadi manajer kami berlima yang sering mangkal di warung Pak Yono. 

"Tempat berkumpul kalian, Warung kopi Pak Yono diserang!" jelasnya, "Anginia, Cahayani dan Gajah Man terluka. Pak Yono dan istrinya tewas!"

"Apa?!"

Aku segera dibawa ke ruang jenazah untuk melihat mayat Pak Yono dan istrinya. Ah, lelaki dan wanita yang selama ini melayani kami. Menyediakan burjo dan nasi orak-arik yang nikmat. 

Kuberi penghormatan terakhir pada mereka. 

Manajer lalu membawaku ke klinik perawatan untuk menemui teman-temanku. Gajah Man, Anginia dan Cahayani terbaring lemas. 

"Apa yang terjadi?" tanyaku pada mereka. 

"Kami diserang orang-orang aneh!" jawab Anginia mengenggam tanganku, "Kami tak tahu siapa." 

"Sempat kulihat tattoo di leher mereka," imbuh Cahayani, "Kerbau merah!"

"Mereka sangat kuat!" tambah Gajah Man, "Awalnya mereka berpostur biasa dengan pakaian hitam-hitam. Lalu, salah satu berubah jadi bertubuh besar. Matanya merah dan bertanduk seperti kerbau. Dia sangat kuat. Mampu mengalahkan kami!"

"Dan motorku," lanjutnya menangis, "Motor gede peninggalan ayahku hancur, Kris!"

Ah, dasar pria besar ini! Dalam kondisi begini masih saja meratapi sepeda motornya. 

Kadang lelaki memang terlalu mencintai kendaraannya daripada dirinya sendiri. Hingga banyak yang suka kebut-kebutan dan balapan liar tanpa memperhitungkan keselamatan diri.

"Dimana kamu semalam?" tanya Anginia, "Kami hubungi, tak jawab!" 

"Aku, aku, terlalu lelah."

"Lelah atau acuh?!" tanya Jago Man yang duduk di pojokan. Entah mengapa ia selalu berada di sudut yang mengagetkan. 

"Kau sendiri kemana?" balasku, "Tampak sehat-sehat saja!"

"Kau tahu, kami ayam tidur setelah senja!"

Aku menghela. Manusia ayam itu memang sering bertingkah menyebalkan. 

"Aku penasaran, apa yang kalian lakukan di warung Pak Yono malam-malam?" tanyaku, "Masih mangkal?"

"Sebenarnya kami sudah pulang," jawab Anginia, "Tapi ada pesanan darurat menuju ke sana dari seseorang."

"Setelah sampai sana tak ada apa-apa," imbuh Cahayani, "Lalu datang beberapa orang misterius itu. Lima orang, salah-satunya wanita."

"Kris, bos memanggilmu di ruangannya!" kata manajer padaku. 

Aku meninggalkan teman-temanku dan menuju ke ruangan bos. Pria itupun segera memarahiku. Ia direktur perusahaan aplikasi ini. "Apa yang terjadi padamu, Kris?!"

"Maaf, semalam saya tak melihat pesan dan telepon di ponsel, Pak!" jawabku.

"Kinerjamu, kinerjamu, Kris! Makin menurun! Dimana tanggung jawabmu sebagai superhero?!"

Aku belum sempat menjawab dan ia meneruskan kemarahannya, "'Bintang satu' dan ulasan buruk berkali-kali! Gagal di kejadian kebakaran pula! Ah!"

"Bukan salah saya, Pak! Lagipula rumah-rumah di negeri ini terlalu berdempetan. Harusnya diberi jarak yang cukup dengan halaman yang luas. Juga gang yang lebar untuk memudahkan mobil pemadam kebakaran masuk."

"Kau superhero, Kris! Bukan gubernur atau presiden! Bukan tugasmu mengelola kota!"

Aku hanya menghela. 

"Ada yang mengunggah di Herostube dan Herogram," lanjutnya, "Kau menghibur pesta ulang tahun anak-anak?! Kau pikir superhero itu cosplayer?!"

Ia perlihatkan video pada aplikasi-aplikasi itu yang menunjukkan aku sedang menghibur anak-anak. Bahkan terlihat aku memamerkan kekuatan keris sakti kepada mereka. Barangkali orangtua mereka yang merekam dan mengunggahnya. 

"Lalu, kau menyelamatkan wanita yang tak memesan di aplikasi!" lanjut bos, "Terekam pula di Herostube. Apa yang kau pikirkan?!"

"Tapi dia butuh pertolongan!"

"Dan itu yang membuatmu jatuh cinta?!"

"Maksudnya?"

"Sinyal ponselmu terlacak di rumah seseorang tadi malam. Kau pikir kami tak tahu itu? Setelah kusuruh cari rumah siapa itu, ternyata rumah wanita yang kau tolong itu. Siapa namanya, Selly?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status