David Lim terbangun dari tidurnya. Sinar matahari menyorot wajahnya yang seharusnya masih berada dalam pelukan Serena. Meski tak terjadi apapun yang ‘panas’ dengan mereka semalam, tapi tertidur dalam pelukan wanita yang wangi tubuhnya selalu dia sukai merupakan pilihan yang terbaik.
“Serena?” lagi-lagi David kehilangan Serena atau jangan-jangan yang semalam memeluknya bukanlah Serena, melainkan hanya bayangan kerinduannya akan wanita itu.
David mengangkat tubuhnya dari tempat tidur, tubuh letihnya kini sudah terasa lebih baik dari kemarin. Meski ada beberapa bagian tubuh yang terasa pegal akibat pertempuran kemarin tapi kini hatinya terisi penuh. Tapi dimanakah wanita itu?
“Sudah bangun ternyata …” sorot mata David kembali berbinar melihat kedatangan Serena dari arah pintu masuk, “maaf aku kembali sebentar ke rumah, di rumahmu tidak ada bahan makanan yang bisa aku masak.”
Serena menyodorkan dua potong
Lima bulan berlalu, sesuai dengan janji yang pernah dilontarkan David kepada Jenny, pagi itu dengan dibantu oleh Eden dan Lidya–dia membawa berpuluh-puluh klakat bambu berukuran besar. Cecilia dan Jenny tertawa-tawa melihat apa yang dilakukan oleh boss besar mereka itu.Sementara Eden dan Lidya, wajah mereka sama-sama terlihat lelah. Bagaimana tidak, sejak matahari belum berencana untuk beranjak dari peraduannya, mereka sudah berkutat dengan tepung dan kacang hijau serta kacang merah di dalam apartement David Lim.“Awas saja kalau setelah ini kau membatalkan janjimu untuk mentraktirku berendam di pemandian ari panas termahal di Hong Kong - aku akan membawa janji itu sampai ke akhirat,” ancam Eden kepada David Lim yang sedari tadi hanya berdiri mengawasi sambil terus tebar pesona kepada para karyawan wanita.Setelah perjuangan yang cukup sengit untuk menaklukkan Huangjia Petroleum, tapi kenyataanya sejak awal dewi fortuna memang sudah berp
"Jangan pergi … meski hanya di desa kecil tapi aku berjanji untuk bisa membuatmu bahagia." Suara seorang pria berbisik dengan nada memelas."Maafkan aku – Tapi Aku memiliki sebuah cita-cita yang ingin aku gapai. Jika kau tidak mau meninggalkan desa ini, maka tinggalkanlah aku." Kali ini suara seorang wanita yang berusaha untuk tetap tegar."Aku tidak bisa. Hidupku ada di desa ini."Kembali pria itu bersuara lirih menahan tangisnya."Kalau begitu, selamat tinggal."Perlahan sang wanita melepaskan genggaman tangan sang pria yang sedari tadi memohon kepadanya."Jangan tinggalkan aku – AKU MOHOOONNN ….” Sayang sekali, teriakan panjang pria itu nyatanya tidak berhasil mengubah keputusan wanita cantik yang bergerak menjauh.Langkah kaki wanita itupun semakin menghilang, menyisakan langit gelap yang menjadi saksi terkuburnya sebuah harapan akan bersatunya kembali dua in
“Jenny? Jenny sekretarisnya Tuan Ming datang menemuimu?” Eden membelalakkan matanya menatap sahabatnya. “Iya … wanita berkacamata dan berwajah blasteran. Aku juga ada di sini saat wanita itu datang.” ucap Lidya menguatkan cerita Daniel. “Untuk apa dia bertemu denganmu?” tanya Eden lagi masih tidak percaya. “Dia memintaku untuk berpura-pura menjadi David Lim.” “Apa? David Lim pewaris tunggal yang dikabarkan tengah menghilang itu? Gila! Tidak terbayangkan olehku mereka sampai mencari orang untuk berpura-pura. Tapi kenapa kau?” “Katanya David Lim sangat mirip dengan abang Daniel. Awalnya akupun tidak percaya, tapi sepertinya wajah pria di halaman depan surat kabar ini telah menjawab semuanya.” Lidya memberikan surat kabar yang di bawa oleh Jenny semalam. “Waaah … luar biasa! Pria ini memang mirip sekali dengan dirimu, sobat! Ada juga dua orang yang serupa seperti ini. Jujur saja, selama hampir satu tahun aku bekerja di sana, aku memang be
“HOWAAAAAA!!” Teriakan kemenangan seorang pria yang diiringi dengan gemuruh orang-orang yang bertepuk tangan membuat mata Daniel seolah terhipnotis untuk terus memandang ke arah mereka.“Siapa lagi yang mau menantangku?” Pria yang tadi berteriak kini sudah berdiri di atas meja sambil mengangkat gelas alkoholnya yang kosong.Perlahan setiap pria yang tadi mengerumuninya mengalihkan pandangan mereka dan beringsut memundurkan tubuh mereka.“Hei, kau! Kenapa kau terus menatapku?” Semua orang seketika menengok ke arah yang ditunjuk oleh pria di atas meja itu.“Aku?” Daniel menunjuk dirinya.“Cepat kemari!!” Seru pria itu lagi setengah berteriak.Daniel yang kebingungan menengok-nengok kepada orang-orang di kiri dan kanannya.“Abikan saja. Kita ke sini hanya untuk mengamati situasi. Jangan berbuat lebih dari pada itu.” Jenny menarik ujung lengan kemeja Daniel.&l
“Daniel! Eden! Buka pintunya!”Dengan menenteng dua kantong kertas besar Jenny memencet tombol interkom di samping pintu apartemen yang menjadi hunian Daniel Yuwan selama menjadi David Lim. Stu menit, dua menit Jenny menunggu, tapi tak kunjung terlihat tanda-tanda kehidupan di dalam apartement itu.“Oh my-kalau begitu aku akan membukanya dengan kunci cadangan. Semoga saja tidak ada keanehan yang diperbuat oleh dua orang pria di dalam sana.”Ting! Pintu apartemen terbuka dengan satu sentuhan kartu ajaib.“Daniel … Eden … di mana kalian?”Melihat ruang utama apartemen yang bersih dan rapi, sedikit banyak membuat Jenny merasa lega. Namun tetap saja dia merasakan adanya kejanggalan. Di mana kedua orang itu?“Groookkk!! Groookk!!”“Suara mengerikan apa itu?” Jenny menaruh kantong-kantong yang dibawanya dan mencari-cari sumber suara.“Astaga! Apa yang sed
“Tidak mungkin secepat itu! Anak buahku sebelumnya sudah menyelidiki tentang keberadaan David Lim dan tidak ada satupun dari mereka yang berhasil mencium jejaknya.” Wanita seksi dalam balutan office style bernuansa maroon itu menatap tajam lawan bicaranya.“Aahhh-kau baru saja meragukanku. Aku sangat yakin kalau yang aku lihat malam itu pastilah David Lim. Lihatlah! Walaupun tidak terlalu jelas, tapi aku sempat mengambil gambar saat pria itu menenggak alkoholnya.” Lawan bicara wanita itu merupakan seorang pemuda berpakaian kasual, memperlihatkan layar ponselnya yang berhasil mengambil potret sosok Daniel Yuwan.“… dan kalau aku tidak salah mengenali orang, aku juga melihat seorang wanita yang sangat mirip dengan sekertaris Shuo Ming … hmm … namanya ….”“Jenny?”“Tepat sekali! Wanita itu bernama Jenny. Nah! Kau sudah mendapatkan berita panas terkini dariku. Sekarang
Seharian kemarin saham Lim Group masih berada di posisi yang cukup stabil. Shuo Ming dapat tersenyum puas, setelah Jenny dapat dengan cepat membungkam media cetak yang telah membuat berita menghebohkan itu.Tapi sialnya, memang sejak meninggalnya Hongli Lim, perusahaan tersebut tidak pernah luput dari pemberitaan panas setiap pekannya. Hingga pagi ini, wajah Tuan Ming kembali menyala panas. Dengan geram dilemparnya surat kabar yang dia baca pagi ini.‘SKANDAL LIM GROUP : TUAN MUDA VS NONA MUDA’Sebuah surat kabar lokal yang berbeda telah memuat tulisan dengan huruf besar berwarna merah serta foto makan siang David Lim dan Cecilia.Riiing! Riing! Riiing!Dering panggilan telepon tidak berhenti memburu telepon-telepon di lantai 2 gedung Lim Group, department administrasi. Telepon yang sebagian besar berasal dari para wartawan sangat mengusik ketenangan perusahaan itu. Beberapa nomor tidak dikenal ju
DRAP! DRAP! DRAP!Rudy mempercepat langkah kakinya menaiki tangga menuju lantai 2–ruangan David Lim. Setibanya di lantai tersebut, dia melihat Tuan Ming bergegas masuk ke dalam lift bersama pria lainnya. Rudy tidak sempat berteriak mencegah mereka sebelum pintu lift tertutup. Lalu dia kembali dilangkahkan kakinya, kali ini menuruni tangga menuju lantai 1 tempat di mana akan dilangsungkannya konferensi pers.“Maaf, tuan! Selain wartawan tidak ada yang diperbolehkan masuk ke area konferensi pers.” Seru seorang petugas keamanan menahan langkah Rudy.“Sial!” pekiknya dengan mata tertuju pada pintu lift yang belum juga terbuka.Lampu lift menyala, benda itu tampaknya sedang berhenti pada satu lantai.‘Basement?’ desis Rudy dalam hati.Tidak lama kemudian lift bergerak kembali, sampai ke lantai 1. Rudy harap-harap cemas menunggu David keluar dari dalam lift. Orang pertama yang keluar dari