Share

PRESS CONFERENCE

DRAP! DRAP! DRAP!

Rudy mempercepat langkah kakinya menaiki tangga menuju lantai 2–ruangan David Lim. Setibanya di lantai tersebut, dia melihat Tuan Ming bergegas masuk ke dalam lift bersama pria lainnya. Rudy tidak sempat berteriak mencegah mereka sebelum pintu lift tertutup. Lalu dia kembali dilangkahkan kakinya, kali ini menuruni tangga menuju lantai 1 tempat di mana akan dilangsungkannya konferensi pers.

“Maaf, tuan! Selain wartawan tidak ada yang diperbolehkan masuk ke area konferensi pers.” Seru seorang petugas keamanan menahan langkah Rudy.

“Sial!” pekiknya dengan mata tertuju pada pintu lift yang belum juga terbuka.

Lampu lift menyala, benda itu tampaknya sedang berhenti pada satu lantai.

‘Basement?’ desis Rudy dalam hati.

Tidak lama kemudian lift bergerak kembali, sampai ke lantai 1. Rudy harap-harap cemas menunggu David keluar dari dalam lift. Orang pertama yang keluar dari lift tersebut tentu saja Tuan Ming lalu disusul dengan … tunggu–Shuo Ming tampak keluar sendirian dari dalam lift. Rudy yang sudah siap meneriakkan nama David menahan suaranya dengan kecewa.

“Aah–cerdas sekali! Tentu saja, seorang David Lim sudah pasti tidak akan mau muncul di depan media. Basement! Dia pasti ada di sana sekarang.” Rudy membalikkan badannya dan kembali menuruni anak-anak tangga dengan langkah cepat.

***

Dua jam yang lalu di ruang kerja Shuo Ming,

“Setelah aku pikir-pikir kembali, memang rasanya tidak mungkin memunculkan David Lim di saat seperti ini. Tapi kita juga harus memikirkan opini publik.” Tuan Ming kembali beropini setelah cukup lama terdiam.

“Sebenarnya selama ini apa anda tahu pendapat publik tentang sosok David?” ujar Daniel mempertanyakan.

“Meski sikapnya terkadang dingin dan cenderung tertutup, tapi perlu diakui kalau dia anak yang berotak encer juga cukup berani dalam mengambil keputusan. Aaah–rasanya kepalaku mau pecah.”

Daniel melayangkan pandangannya keluar jendela, memandang jalanan di depan gedung Lim Group yang masih sepi. Pikiran Daniel melayang kembali pada kejadian makan siang bersama Cecilia. Sebenarnya apapun yang menjadi dasar alasan David menghentikan pertunangannya dengan Cecilia, dari apa yang dilontarkan oleh waita itu, jelas sekali dia masih menaruhkan harapan cintanya kepada David.

Daniel tidak melepas pandangannya dari jalanan, hingga matanya menangkap sesuatu yang menarik.

“Tuan Ming, aku akan muncul ke publik sebagai David Lim.” Tiba-tiba Daniel berkata dengan sangat tegas.

“Benarkah? Apa yang akan kau katakan?”

Shuo Ming menatap punggung Daniel dengan pandangan tak percaya. Namun sekilas dia dapat merasakan ada sebuah rasa percaya diri yang keluar dari pria muda itu dan dia hampir tidak terlihat seperti hanya seorang pedagang kecil biasa.

“Menurut perkiraanku, setelah tidak berhasil mendapatkan keterangan apapun dari Cecilia, para wartawan itu pasti akan segera bergerak ke gedung ini.” Daniel masih terus melempar pandangannya keluar jendela.

“Lanjutkan pengumuman untuk konferensi pers siang ini. Silahkan tentukan di lantai mana kita akan mengadakan pertemuan. Untuk mengecohkan situasi, aku akan lebih dulu menunggu di lantai tersebut. Setelah para wartawan berkumpul anda boleh segera menyusulku.”

“Baiklah. Mari kita bergerak.” tukas Tuan Ming, menyambut baik ide Daniel.

***

“DAVID! DAVID LIM! KELUAR KAU!” teriak Rudy di basement gedung,” SIAL!” geramnya lagi saat menyadari kalau dia hanya sendirian di bawah sana.

“Pria sial! Dimana kau sebenarnya sekarang? Tidak mungkin kau hanya bersembunyi di salah satu ruangan?” gusarnya lagi.

Demi menghindari kemungkinan ada wartawan yang menangkap sosoknya, Rudy bergegas melajukan kembali kendaraannya dan menuju ke apartemennya. Sepanjang perjalanan, bunyi pesan pemberitahuan tidak berhenti masuk ke ponselnya. Berbagai media penyiaran telah siap melakukan siaran langsung dari gedung utama Lim Group.

“Awas saja! Kau harus membayar minumanku besok malam!” pungkasnya.

***

Pintu lobby dibuka lebar oleh dua orang petugas keamanan. Para wartawan menyerbu masuk ke dalam gedung dan atas arahan petugas langsung menuju lantai 1 dengan menggunakan tangga. Wartawan yang terdiri dari berbagai media cetak ataupun elektronik telah siap dengan berbagai pertanyaan yang siap dilontarkan kepada David Lim.

Konferensi pers segera dimulai. Para wartawan dengan tertib memasang kamera dan microphone serta duduk pada kursi yang terlah disusun rapi. Shuo Ming masuk ke dalam ruangan, hanya sendirian–tidak! Berjalan dibelakangnya, David Lim–sosok yang sangat ditunggu-tunggu.

Dengan gaya yang sangat diplomatis Shuo Ming menjelaskan, bahwa berita mengenai Lim Group yang ramai dalam beberapa hari ini hanya upaya untuk memancing reaksi masyarakat yang sebenarnya tidak terlalu akan berpengaruh apapun terhadap saham Lim Group.

“Sampai disini tanggapan resmi dari kami. Silahkan saja jika ada pertanyaan.” Pria itu menutup pernyataannya.

Seorang wartawan mengangkat tangannya, “ saya ingin bertanya langsung kepada David Lim. Apa alasan anda pergi berdua dengan Cecilia padahal terakhir anda sendiri yang memutuskan pertunangan sepihak?”

“Aku bisa menjawabnya,” bisik Daniel mencegah Tuan Ming yang sudah hendak menjawab, “pertama, seperti apapun hubungan kami yang jelas status Cecilia saat ini masih sebagai karyawan Lim Group. Dia juga masih berada dalam posisi tinggi department pemasaran.”

“Kalau begitu apakah setelah anda menghilang, sekarang anda mulai berpikir untuk menjalin hubungan asmara lagi dengan Cecilia?” tanya wartawan itu menekan Daniel.

“Lagi-lagi hubungan asmara  … apa setiap hubungan pasti harus berhubungan dengan asmara? Aku menghargai undangan makan siangnya karena dia karyawanku dan aku masih membutuhkannya untuk membangun bisnis Lim Group.” Daniel menahan nafasnya beberapa saat lalu kembali menarik nafas perlahan.

Dia sudah mempersiapkan kalimat pamungkasnya dan sudah selayaknya bahwa inilah yang harus dikatakan oleh David Lim, “saya hanya ingin perusahaan yang diwariskan oleh ayah saya ini dapat terus stabil dan juga bermanfaat bagi masyarakat. Kedepannya Lim Group akan mulai memikirkan sebuah  program sebagai bentuk kepedulian kepada masyarakat. Terima kasih.”

Hening. Para wartawan sibuk mengetik dan merekam pernyataan tak terduga yang dilontarkan oleh David Lim. Shuo Ming juga sedikit terkejut dengan pernyataan tersebut, tapi kemudian dia mulai menyunggingkan sebuah senyum.

“Baiklah, jika tidak ada pertanyaan lagi, saya akan menutup pertemuan siang ini.” Shuo Ming tidak melepaskan pandangannya dari para wartawan.

Kemudian kembali berkata, “kurang dari 2 bulan lagi, akan diadakan rapat besar pemegang saham. Salah satu agenda besarnya adalah membahas eksistensi Lim Group dalam dunia bisnis minyak dan gas. Sampai acara tersebut digelar saya harap media tidak membuat kehebohan atau kami akan langsung mengambil tindakan hukum dengan tuduhan pencemaran nama baik. Selamat siang dan terima kasih.”

***

 “Wooow! Pernyataan yang sangat diplomatis dan diluar dugaan.” Jenny berdecak kagum sedang matanya tidak lepas dari layar televisi yang ada di apartemennya.

Cecilia berada tepat di sampingnya, menonton tayangan yang sama. Namun kini pandangannya sudah beralih dari layar itu. Nafasnya sesak. Daniel telah menjelaskan dengan tegas, bahwa hubungan diantara mereka hanyalah sebatas boss dan karyawan.

“Cecilia, kau tidak apa-apa?” tanya Jenny khawatir.

“Aku–aku baik ... aahh ... tidak–aku tidak baik-baik saja.” Wanita itu menutup wajahnya–dia menangis.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ruqi Ruqiyah
jln cerita yg menarik... saya suka
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status