Nora tidak pernah menyangka jika nasibnya akan berakhir di sebuah pelelangan di sebuah club malam karena ulah sang ibu yang memiliki banyak utang pada lintah darat. Tanpa disadari oleh Nora, Steve, yang tak lain adalah mantan suaminya terlibat dalam tawaran harga tertinggi untuk membebaskannya dari situasi itu. Namun, dengan identitasnya yang tersembunyi, bagaimana Steve bisa menjelaskan tindakannya kepada Nora tanpa mengungkapkan rahasia yang mungkin menghancurkan segalanya?
Lihat lebih banyak“Apa? Kau gila?! Mana mungkin aku membiarkan istriku bekerja. Tidak! Aku tidak akan membiarkanmu bekerja apalagi di perusahaanku.” Steve tampak sangat marah dan frustasi. Kata-katanya keluar dengan nada yang tegas dan hampir berteriak.Nora menatap suaminya dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Dia sudah tahu Steve akan menolak usulnya, tetapi dia tidak menyangka reaksi Steve akan sekeras ini.Lily, staff asisten Steve, sudah memutuskan untuk berhenti bekerja, dan Nora merasa ini adalah kesempatan baik untuk mengisi kekosongan itu.“Tapi, Steve ….” Nora beranjak dari duduknya, menatap Steve dengan raut wajah memelasnya."Setidaknya sampai aku punya anak. Supaya aku tidak jenuh juga karena setiap hari yang kulihat hanya rumah, taman dan sebagainya. Tolonglah, Steve. Aku mohon. Aku bisa mengerjakan apa saja."Steve memutar matanya dengan frustasi. “Kau tahu? Aku ini seorang murid yang pintar. Bahkan nilai saat aku kuliah pun sangat baik. Kau tidak percaya? Kau bisa mengakses website prib
Brandon tertawa mendengar pertanyaan Nora tadi. “Apa kau serius bertanya seperti itu, Nona?”Nora mengangguk ragu. “Kenapa kamu malah tertawa? Padahal aku bertanya serius, Brandon.”“Ya, aku tahu, Nona. Hanya saja, pertanyaanmu membuatku bingung kemudian ingin tertawa. Tapi, maaf karena telah mentertawakan pertanyaanmu, Nona. Aku akan beri tahu satu hal padamu.”Nora sudah bersiap mendengarkan Brandon, yang mungkin lebih tahu Steve daripada dirinya.Brandon menghela napas panjang. “Tuan Steve adalah adik kelasku. Hanya saja, dia tidak mengenalku. Hingga akhirnya aku bekerja di sini, menjadi asisten pribadinya dan juga asisten ibunya.”Nora mengerutkan kening. “Ibunya?”“Ya. Pemilik perusahaan ini adalah ibunya. Ayahnya memiliki perusahaan lain, namun tidak sebesar perusahaan ini. Dan Nyonya Luna tidak mau memiliki anak lagi karena Tuan Steve seorang laki-laki yang bisa meneruskan perusahaannya.”Brandon menatap lekat wajah Nora. “Tuan Justin memiliki dua orang putra dengan istri laman
Saat jam makan siang tiba, Nora tiba di depan gedung kantor milik suaminya—Steve. “Urusan Henry nanti saja. Yang paling penting saat ini adalah memberikan makan siang untuk Steve,” gumamnya sembari melangkahkan kakinya masuk ke dalam gedung tersebut.“Selamat datang, Nyonya Nora,” sapa sang penjaga di sana dengan senyum ramah.Nora mengangguk dengan senyum manis di bibirnya. Ia memasuki lift menuju ruang kerja Steve. Rasa tidak sabar menggelitik hatinya, ingin segera memberikan makan siang buatannya untuk suaminya tercinta.“Aku harap kau menyukainya, Steve,” gumam Nora, membayangkan senyum puas di wajah suaminya.Sampai akhirnya, ia tiba di depan ruang kerja Steve. Ia mengetuk pintu lalu masuk ke dalam setelah mendengar suara suaminya yang mempersilakan masuk.“Hi, Steve. Apakah aku mengganggumu?” tanya Nora dengan lembut, menatap suaminya dengan penuh kasih.“Tentu saja tidak, Nora. Aku sudah menanti kedatanganmu,” jawab Steve dengan senyum hangat.Nora membalas senyum suaminya deng
Waktu sudah menunjuk angka tujuh pagi. Sinar matahari yang hangat memasuki ruangan melalui jendela, memberikan suasana pagi yang cerah di rumah mereka.Nora duduk di meja makan, melirik ke arah Steve yang tengah menikmati sarapan yang telah disiapkan oleh ART mereka. Ia tampak berpikir dalam diam, matanya memperhatikan setiap gerakan suaminya.Steve, yang merasakan tatapan istrinya, menaikkan alisnya dan menatap balik. “Ada apa, Nora? Ada yang ingin kau tanyakan?” tanyanya dengan nada lembut namun penuh perhatian.Nora menggeleng pelan, mencoba menutupi kegugupannya. “Tidak. Tidak ada. Oh! Ada.”“Apa? Katakan saja,” dorong Steve dengan sabar.Nora menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya berbicara. “Hari ini … apakah kau sangat sibuk? Eum! Maksudku, kau akan pulang jam berapa? Agar aku tidak perlu menunggumu jika nanti kau pulang larut malam.”Steve meletakkan sendoknya sejenak, menatap Nora dengan serius. “Terkadang jadwal yang sudah dibuat Brandon pun tidak menentu, Nora. Namun, a
"Anak? Hanya itu yang kau inginkan dariku, Steve?" tanya Nora, suaranya terdengar bingung.Steve mengangguk dengan tegas. "Ya. Dengan kau memiliki anak denganku, maka kau akan bergantung padaku. Dan aku menginginkan itu. Aku ingin kau hanya membutuhkanku, bukan orang lain."Nora menganga mendengar jawabannya, terkejut dengan kejujuran yang egois dari suaminya. "Bagaimana mungkin seorang Steve yang gagah dan tampan ini, yang disegani banyak orang, ingin membuatku terobsesi dan bergantung padanya? Ck, ck, ck!"Steve mendekat, ekspresinya tetap tenang dan tak tergoyahkan. "Sudahlah, jangan banyak bicara. Turuti saja apa kataku, Nora."Nora menghela napas panjang, merasa sedikit lelah dengan percakapan ini. "Baiklah, baiklah. Sudah malam, Steve. Kau tidak ingin tidur? Aku lelah sekali, dan mataku juga sudah mengantuk."Steve tersenyum tipis, menghampiri Nora lalu mencium keningnya dengan lembut. "Tidurlah. Aku harus menyelesaikan pekerjaanku. Sebentar lagi Brandon kemari."Nora mengerutka
Steve terdiam cukup lama, hanya menatap wajah Nora dengan penuh makna. Dalam keheningan itu, ada banyak hal yang dipikirkannya.Akhirnya, Steve menghela napas panjang, mempersiapkan diri untuk mengungkapkan sesuatu yang sudah lama terpendam dalam hatinya.“Aku tidak punya satu pun teman, bahkan Brandon pun hanya kuanggap sebagai karyawanku saja. Dan setelah bertemu denganmu, aku merasa jika aku perlu seseorang untuk menemaniku sampai tua nanti,” kata Steve dengan suara yang bergetar, menunjukkan betapa dalam perasaannya.Steve menggenggam tangan Nora dengan lembut, matanya yang tajam kini dipenuhi kehangatan saat menatapnya.“Aku ingin kita selalu bersama sampai maut memisahkan, Nora. Aku hanya punya kamu dan aku berharap jika kau pun hanya membutuhkanku.”Nora tersenyum hangat mendengar ucapan Steve yang begitu tulus. Ada kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya.“Steve, aku senang mendengar kejujuranmu ini. Aku pun tidak memiliki teman selain dirimu. Aku kesepian bahkan saat menikah
Nora menatap Steve dengan penuh perhatian, menunggu jawabannya. Raut wajahnya menunjukkan rasa penasaran yang tak bisa disembunyikan.“Dia mengatakan bahwa kau mencintainya, bahwa kau hanya menikah denganku karena terpaksa oleh ibumu,” jawab Steve dengan nada datar.Nora terdiam sejenak, mencoba mencerna apa yang baru saja didengarnya. “Dia benar-benar mengatakan itu padamu?”Steve mengangguk pelan. “Ya, dan itulah sebabnya aku marah. Aku merasa dikhianati, Nora. Aku merasa seperti kau hanya memanfaatkan situasi ini untuk keuntunganmu sendiri.”Nora menghela napas panjang, berusaha menenangkan dirinya sebelum menjawab. “Steve, aku tidak pernah mencintai Henry. Dia memang berusaha menolongku, tapi perasaanku selalu padamu. Aku tidak tahu kenapa dia mengatakan hal seperti itu. Mungkin dia sendiri bingung atau salah paham dengan situasi kita.”Steve memperhatikan Nora dengan seksama, mencari kejujuran di matanya. “Aku ingin mempercayaimu, Nora. Tapi semuanya begitu membingungkan. Banyak
Nora merapikan baju yang baru dibelinya sambil menghela napas panjang. Meski harus memuaskan Steve yang selalu saja membuat tubuhnya remuk redam, ia tetap bersemangat karena setidaknya ia bisa membeli banyak baju yang lebih normal.Setelah berkeliling beberapa toko dan menghabiskan waktu berbelanja, mereka kembali ke tempat parkir dengan tangan penuh tas belanjaan.“Berapa banyak baju yang kau beli, Nora?” tanya Steve dengan nada sedikit lelah, tampak sudah bosan menunggu.“Banyak. Aku juga membelikanmu beberapa baju dan celana. Agar kau bisa menikmati uang yang kau hasilkan,” jawab Nora sambil tersenyum, menunjukkan beberapa kantong belanjaan yang berisi pakaian pria.Steve menyunggingkan senyum. “Kau benar-benar lucu, Nora.”“Lucu? Biasa saja. Bahkan aku tidak berniat untuk menjadi seorang komedi,” balas Nora, mengangkat bahu.Steve memutar bola matanya. “Terserah dirimu saja, Nora. Ayo, pulang. Sebentar lagi malam. Aku akan membuatkan sesuatu untukmu, untuk makan malam nanti.”Nora
“Nora? Apakah kau sedang tidak di rumahmu?” tanya Shopia ketika Nora menerima panggilan tersebut.“Iya, Ibu. Aku sedang di luar negeri, aku sedang di Italia. Ada apa?” tanya Nora dengan pelan.“Ayah Steve dan Helena baru saja menemuiku. Dia mengancamku agar memintamu bercerai dengan Steve. Namun, aku meminta agar mereka menunggu karena aku butuh waktu.”“Dan kau mengiyakan permintaan mereka?” tanya Nora dengan nada kesalnya.“Belum. Aku belum mengiyakan permintaannya. Tapi, Nora. Jika kau tidak memberiku uang setiap minggu, maka akan kupastikan aku akan menerima permintaan mereka!”Nora menghela napas kasar. “Baiklah, Ibu. Aku akan mengirimkan uang padamu. Namun, jangan pernah kau terima permintaan mereka itu!”“Okay, Nora. Aku tahu kau anak yang berbakti. Tentu saja aku lebih memilihmu daripada dua orang itu."Nora langsung menutup panggilan tersebut dan masuk ke dalam kamar mandi. Lama ia berdiri di depan cermin, menatap dirinya yang dipenuhi oleh bercak merah di lehernya, membuatnya
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.