Share

2. Bercinta Denganmu

Sakhala mulai menanggalkan kain terakhir yang melekat pada tubuh Dayana. Tanpa sadar dia menelan ludah karena tubuh Dayana terlihat sangat mulus dan tanpa cacat.

'Sekali ini saja, biarkan aku mencobanya,' batin Sakhala sebelum mendekati Dayana.

Dayana yang sudah dikuasai oleh nafsu mengalungkan kedua tangannya ke leher Sakhala dan kembali melumat bibir lelaki asing itu.

"Jangan di situ," racau Dayana terdengar tidak jelas ketika tangan Sakhala menyentuh daerah paling sensitif di tubuhnya.

"Selain cantik, milikmu ternyata nikmat sekali, Nona. Kamu benar-benar sempurna," ucap Sakhala di tengah pergulatan panas mereka.

Semakin malam yang terdengar hanya erangan kenikmatan dari dua manusia yang sedang memadu kasih bersama. Decitan ranjang dan semilir angin malam tidak sedikit pun mengusik kegiatan mereka.

***

Dayana mengerjabkan kedua matanya perlahan karena cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah tirai di dalam kamar jatuh mengenai wajah cantiknya. Kening gadis itu berkerut dalam mendapati lelaki asing yang berada tepat di sampingnya dengan bertelanjang dada.

Dayana mencoba mengingat-ingat kejadian yang dialaminya semalam, akan tetapi kepalanya terasa sangat berat. Dia pun memutuskan untuk merebahkan diri kembali di atas tempat tidur. Dayana benar-benar tidak bisa mengingat kejadian yang dialaminya semalam.

Namun, Dayana yakin sekali sudah bercinta dengan lelaki yang kini tidur satu ranjang dengannya karena tidak ada satu helai benang pun yang melekat di tubuhnya.

Dayana beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri karena kepalanya sudah tidak sesakit tadi. Namun, dia malah terjatuh karena kurang hati-hati saat berjalan, miliknya pun terasa perih dan sedikit ngilu.

"Aduh !" Dayana meringis kesakitan karena lututnya membentur lantai lumayan keras. Dia pun melirik lelaki yang bercinta dengannya semalam dengan perasaan was-was karena takut membangunkan. Namun, Sakhala ternyata masih tertidur lelap.

Dayana cepat-cepat berdiri lantas berjalan menuju kamar mandi mengabaikan miliknya yang terasa perih. Dia mencuci wajahnya agar terlihat lebih segar lalu memandangi bayang dirinya di dalam cermin kamar mandi. Leher dan dadanya penuh dengan tanda merah. Hasil perbuatan Sakhala semalam.

Dayana tanpa sadar mencengkeram pinggiran wastafel dengan erat untuk menghalau sesak yang menghimpit di dalam dadanya. Dia seperti gadis jalang di luar sana yang rela menjajakan tubuhnya pada lelaki hidung belang karena sudah bercinta dengan lelaki asing. Namun, dia tidak mau ambil pusing karena hal ini bukan pertama kali baginya.

Dayana berjingkat karena pintu kamar mandi tiba-tiba diketuk dari luar oleh Sakhala.

"Apa kamu di dalam, Nona?" tanya Sakhala. Suaranya terdengar serak khas orang yang baru saja bangun tidur.

"Iya," jawab Dayana dari dalam.

"Ada hal penting yang ingin aku bicarakan denganmu. Apa kamu bisa keluar sekarang?"

"Tunggu sebentar!" Dayana meraih jubah mandi untuk menutupi tubuh polosnya sebelum membuka pintu.

Kedua mata gadis itu sontak membulat, seolah-olah ingin loncat keluar dari tempatnya karena Sakhala masih bertelanjang dada dan hanya memakai bokser untuk menutupi tubuh bagian bawahnya. Dayana akui Sakhala terlihat sangat seksi dan tampan.

"Kenapa kamu tidak memakai baju, Tuan? Apa kamu ingin menggodaku lagi?" Dayana memalingkan wajahnya ke arah lain untuk menyembuyikan semburat merah yang menghiasi kedua pipinya.

"Maaf, aku tidak bisa memakai baju yang aku pakai semalam karena kotor, Nona," jelas Sakhala terdengar sedikit gugup. Namun, dia berusaha sekeras mungkin untuk tetap terlihat tenang di depan Dayana.

Mendengar jawaban Sakhala membuat Dayana yakin sekali kalau lelaki yang berdiri di hadapannya ini memiliki kepribadian yang sangat kaku.

"Ada hal penting yang ingin aku bicarakan denganmu, Nona. Sebelumnya, aku minta maaf karena sudah melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan oleh seseorang yang belum menikah. Awalnya aku hanya ingin menolongmu dari lelaki aneh yang ingin melecehkanmu. Aku tidak pernah menyangka kalau kita akan berakhir di ranjang hotel ini bersama," ucap Sakhala sambil sesekali melirik Dayana yang berdiri tepat di hadapannya.

Sakhaka yakin sekali Dayana pasti akan marah, bahkan mungkin menamparnya karena dia sudah mengambil keuntungan saat gadis itu tidak sadar.

"Tidak apa-apa. Lupakan saja kejadian semalam. Jangan terlalu dipikirkan."

Sakhala terenyak mendengar ucapan Dayana barusan. "Bagaimana bisa aku tidak memikirkan kejadian semalam, Nona? Aku merasa sangat menyesal sudah melakukan hal tidak pantas padamu. Aku benar-benar minta maaf, Nona."

"Sudahlah, kalau aku bilang lupakan artinya lupakan saja. Lagi pula aku sudah sering bercinta dengan mantan kekasihku," ucap Dayana tanpa emosi. Tidak ada kesedihan dan penyesalan yang tergambar di raut wajahnya karena luka ini baginya sudah terlalu biasa.

"Ta-tapi, Nona ...."

Dayana menyela ucapan Sakhala. "Kamu tidak perlu merasa bersalah karena aku sudah diberi obat perangsang oleh lelaki berengsek yang entah datang dari mana dan kebetulan kamu datang lalu menolongku.”

Sakhala tersenyum kecut. “Kalau dipikir-pikir aku tidak benar-benar menolongmu karena aku seolah-olah menggantikan Alex yang ingin memperkosamu, Nona. Seharusnya aku bisa menahan diri agar tidak menyentuhmu."

Sakhala merasa sangat menyesal sudah berhubungan badan dengan Dayana, seharusnya dia bisa menahan diri agar tidak menyentuh gadis itu. Namun, dia benar-benar sudah dikuasai nafsu karena melihat tubuh seksi Dayana. Dia bahkan mengeluarkan cairannya di dalam rahim gadis itu.

Bagaimana kalau Dayana hamil?

"Bagaimana kalau kita membuat kesepakatan?"

Sakhala menatap Dayana dengan alis terangkat sebelah.

"Lupakan kejadian semalam. Anggap saja kita tidak pernah melakukan apa pun. Okay?"

"Tidak bisa begitu, Nona. Bagaimana pun juga aku harus bertanggung jawab terhadap dirimu."

Dayana menggeram kesal karena Sakhala sangat keras kepala. Padahal dia tidak ingin membesar-besarkan masalah semalam, tapi Sakhala malah memperumit segalanya.

Menyebalkan!

Dayana berjalan melewati Sakhala begitu saja lantas memungut pakaiannya yang berserakan di lantai. "Kamu sangat keras kepala, Tuan. Sudah berapa kali aku katakan. Lupakan kejadian semalam. Ku tidak perlu repot-repot bertanggung jawab karena aku bukan gadis baik!" Nada bicara Dayana naik satu oktaf karena kesabarannya mulai menipis. Lebih baik dia segera pulang sebelum kesabarannya habis dan melempar vas bunga yang ada di dekatnya ke kepala Sakhala.

"Baiklah kalau begitu. Asistenku sudah menunggu di luar, aku juga memintanya membawa baju ganti untukmu. Sekali lagi maafkan aku, Nona."

Dayana mengangguk. Sakhala langsung pulang setelah mendapat baju dari asistennya sementara Dayana kembali masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Ada sebuah paper bag berukuran lumayan besar berisi pakaian wanita lengkap, sepotong roti isi dan susu rasa stroberi di atas tempat tidur. Kening Dayana berkerut dalam melihat sebuah kertas kecil berwarna putih yang dia temukan di dalam paper bag tersebut.

'Aku benar-benar minta maaf atas apa yang terjadi semalam. Semoga kau selalu dipertemukan dengan orang-orang baik, Nona. Semoga harimu menyenangkan!'

~Sakhala

Dayana tersenyum miring lantas memasukkan kertas tersebut kembali ke dalam paper bag sebelum pulang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status