Share

Bab 9 Kalian Melihat Semuanya?

Ketika bertemu lagi dengan Sharren kali ini, sikap Chelsea menjadi sedikit lebih dingin dari sebelumnya.

Ferdy tidak bereaksi sama sekali dan hanya duduk diam. Dia ingin melihat apa yang akan dilakukan Chelsea.

Detik berikutnya, sebuah teriakan memekakkan telinga.

“Ah! Kenapa ... kenapa kalian bisa memasang kamera CCTV di kamar tidur! Bukankah itu namanya mengintip orang?”

Chelsea merasa ngeri. Dia menatap teknisi yang hendak menaiki tangga lipat dengan mata terbelalak, seolah baru a mengetahui bahwa kamar tidur itu ada kamera CCTV.

Semua orang di sana dikejutkan oleh suara teriakannya. Kedua teknisi itu saling memandang, lalu memandang Sharren.

Sharren tersadar dan berkata dengan rasa malu, “Ini semua salahku. Aku lupa mengingatkanmu sebelumnya, kamera ini dipasang setelah Ferdy kehilangan penglihatannya, untuk keselamatannya.”

“Kalau begitu kam ... kami ....” Mata Chelsea memerah. “Kalau begitu, kalian semua melihat apa yang terjadi di malam pengantin kami?”

Mendengar itu, Sharren tiba-tiba menjadi agak panik dan berkata, “Nggak, kamera CCTV-nya rusak malam itu.”

Chelsea mengerjapkan mata dan berkata, “Memangnya ada yang kebetulan seperti itu?”

“Kok kamu bilang itu? Nggak mungkin kamu ….” Sharren juga kesulitan menjelaskannya. “Kalau kamu nggak percaya, aku bisa menunjukkan rekaman CCTV-nya padamu.”

“Nggak perlu,” Chelsea mengerucutkan bibir bawahnya dan berkata dengan suara rendah, “Aku percaya saja.”

Dia menoleh ke arah teknisi dan berkata, “Lepaskan kamera itu.”

“Err ….” Sharren hendak mencegahnya, tapi kemudian melihat mata Chelsea yang berkaca-kaca.

“Ferdy dan aku sudah menikah. Kamu nggak nyaman melakukan apa pun kalau ada kamera CCTV di sini. Lagi pula, di kamar ini kan ada aku yang akan menjaga Ferdy. Kalian bisa tenang.”

Sharren tidak bisa menjawab untuk sesaat. Chelsea sudah sampai bilang begitu. Kalau dia masih memaksa, bukannya bakal terkesan seperti ingin mengintip mereka?

Hanya saja .... dia jadi tidak bisa mengawasi Ferdy lagi, yang membuatnya agak tidak terima.

Sharren ragu-ragu sejenak, lalu mengangkat tangannya untuk memberi isyarat kepada teknisi agar melepaskan kamera itu.

Di sisi lain, Ferdy terkejut mendengarnya. Wanita ini ternyata bisa membuat menakuti Sharren hingga melepaskan “mata-mata” yang ada di kamar ini dengan mudah.

Untuk sesaat, dia jadi sangat penasaran, kemampuan akting seperti apa yang bisa mengelabuhi Sharren.

Kamera CCTV-nya sudah dilepas. Sebelum keluar kamar, Sharren tak lupa berpesan Chelsea untuk menjaga Ferdy dan menyuruhnya minum obat tepat waktu.

Chelsea mengiyakan semuanya, lalu memutar bola matanya begitu pintu ditutup.

Sharren sebenarnya tinggal menulis “Jangan lupa meracuni Ferdy” di wajahnya saja. Sikapnya itu sangat kentara.

Chelsea berjalan ke arah Ferdy dan berkata, “Orang bilang seorang ibu nggak akan menyakiti anaknya sendiri. Kenapa Sharren melakukan ini padamu?”

“Dia hanya ibu tiriku,” Ferdy mengingatkan dengan dingin.

“Iya, aku hampir melupakan hal itu.” Chelsea mengambil mangkuk kosong itu lagi dan berkata, “Ckck, aku nggak menyangka keadaanmu ternyata lebih buruk dariku. Ibu tirimu ingin membunuhmu.”

“Kamu juga punya ibu tiri?” tanya Ferdy.

“Iya, aku bisa menjadi menantu keluarga Milano karena wanita itu,” ujar Chelsea dengan santai, lalu melirik ke arah Ferdy. “Tapi, dia ternyata melakukan sesuatu yang baik. Dia memberiku suami yang begitu tampan secara cuma-cuma.”

Ferdy mengerutkan kening. Wanita ini secara tidak langsung memberi tahu orang-orang bahwa mereka sudah berhubungan badan di malam pengantin mereka, lalu sekarang memanggilnya “suami”. Wanita ini benar-benar tidak bisa kalem sedikit!

Dalam sesaat itu, Ferdy langsung mengingat perkataan wanita itu dan teringat pada luka di wajahnya.

Meski luka itu palsu, pasti ada alasan mengapa wanita itu memalsukannya.

Wanita yang wajahnya baik-baik saja tidak akan mendandani diri sendiri dengan jelek tanpa alasan.

Ferdy mencoba bertanya, “Apa lukamu itu juga karena dia?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status