Share

Bab 10 Tidak Tahu Niat Baik Orang

“Karena anaknya yang paling kecil. Kejadiannya waktu aku masih kecil, jadi nggak perlu diungkit lagi. Ngomong-ngomong, obat ini mau diapakan?”

Chelsea jelas sekali tidak ingin membahas tentang bekas luka itu dan malahan mengubah topik pembicaraan.

Ferdy terdiam sejenak dan berkata, “Obat ini diresepkan oleh dokter yang sangat aku percayai.”

“Bagaimana kamu bisa yakin dia nggak akan mengkhianatimu?”

Selama bertahun-tahun ini, Chelsea telah melihat terlalu banyak pengkhianatan. Dia membenci kata “kepercayaan” dari lubuk hatinya yang paling dalam.

“Dia nggak akan mengkhianatiku.”

Ferdy sangat yakin. Dokter Fernando adalah sahabat ibu kandungnya semasa hidupnya, yang telah menjaganya dengan baik selama bertahun-tahun, bahkan lebih baik dari perlakuan ayahnya sendiri padanya.

Karena itulah, Dokter Fernando yang selalu bertanggung jawab untuk meresepkan obatnya setelah dia kecelakaan.

Dia tidak pernah meragukan obat yang diresepkan oleh Dokter Fernando.

Jika bukan karena Chelsea, dia tidak akan menyangka ada masalah dengan obat itu.

“Oke, aku nggak akan berdebat denganmu.” Chelsea merentangkan tangannya dan berkata, “Kalau memang nggak ada yang salah dengan dokter dan resepnya, berarti Sharren yang memasukkan sesuatu ke dalamnya. Nanti kalau kita ambil ampas obatnya dan ada bukti ….”

“Nggak perlu,” Ferdy menyela perkataan Chelsea, “Anggap saja kamu nggak menyadarinya.”

Sebuah tanda tanya muncul di benak Chelsea. Dia bertanya dengan tidak percaya, “Kalau bukan karena aku, nyawamu akan habis di tangannya. Kamu mau melepaskannya begitu saja?”

“Apa aku perlu menjelaskan padamu mengapa aku mengambil keputusan ini?” tanya Ferdy dingin.

Chelsea terdiam.

Dasar tidak tahu diri! Tidak tahu kalau orang niatnya baik!

Apa racun itu sudah merambat ke otaknya Ferdy?

Chelsea tertawa marah dan berkata, “Oke, aku yang terlalu ikut campur dalam urusan orang lain.”

Seandainya obat itu tidak akan menghambat proses pengobatannya, dia pasti akan menyuruh Ferdy minum beberapa mangkuk lagi!

Ekspresi di wajah Ferdy menggelap ketika mendengar Chelsea berjalan di kamar tidur itu.

Hubungan antara sesama penghuni di rumah keluarga Milano ini sangat rumit. Dia tidak bisa melihat sekarang, lalu kelakuan Chelsea juga sering membuatnya bingung. Mana mungkin dia bisa membiarkan masalah sebesar itu terjadi?

Setelah berbicara dengan Chelsea selama beberapa hari ini, meski wanita itu memang serius ingin mengobati matanya, wanita itu punya terlalu banyak rahasia.

Kemampuan bela dirinya, keterampilan medisnya, serta bekas luka di wajahnya.

Wanita ini sama sekali bukan seperti yang neneknya kira!

Oleh karena itu, sebelum dia mengetahui identitas asli Chelsea, dia tidak akan pernah membiarkan wanita itu ikut campur dalam urusan keluarga Milano.

***

Empat hari kemudian, batas waktu yang awalnya mereka sepakati pun tiba.

Seperti biasa, Chelsea membawa Ferdy ke ruangan yang remang-remang untuk mengobatinya.

Dia memegang jarum emas di tangannya dan merasakan sedikit gugup.

Jelas-jelas, akupuntur adalah metode diagnostik dan pengobatan yang paling dia ketahui dan percayai, tapi dia tiba-tiba merasa gugup saat ini.

Ferdy memejamkan mata dan berkata dengan dingin, “Kamu lagi memikirkan mau pakai postur tubuh seperti apa waktu aku usir dari sini?”

Chelsea mencibir, memasukkan jarum emas itu ke satu titik akupunktur, lalu mengusap leher pria itu dengan jari kelingkingnya.

Lalu, suara merdunya terdengar di telinga Ferdy, “Aku sedang memikirkan waktu yang baik untuk mengurus buku nikah besok.”

Raut muka Ferdy sedikit berubah. Dia mengepalkan tangannya dan berkata, “Sebaiknya kamu benar-benar berhasil melakukannya.”

“Jangan khawatir, kalau aku gagal, aku akan keluar dari rumah keluarga Milano sendiri, tanpa perlu diusir.”

Chelsea terlalu malas untuk beromong kosong dengan pria ini lagi, jadi dia meletakkan tangannya di bahu pria itu dan meremasnya dengan kuat, sehingga menyebabkan rasa sakit dan nyeri.

“Shhh.” Ferdy menghela napas dan hampir mau marah, tapi Chelsea menahannya. “Jangan bergerak, bisa-bisa salah tusuk titik akupunktur nanti, dan pengobatannya jadi nggak efektif. Itu akan jadi salahmu.”

Ferdy menggertakkan gigi. Wanita ini sangat keterlaluan!

Satu jam kemudian, Chelsea mencabut jarum emas terakhir dan perlahan berjalan menuju jendela. “Aku hitung sampai tiga, baru kamu buka mata.”

“Satu … dua … tiga!”

Setelah menghitung sampai tiga, Chelsea membuka tirai dan membiarkan sinar matahari sore masuk.

Ferdy membuka matanya di bawah sinar matahari ….

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status