Malam itu, Gino dibawa ke rumah sakit dengan sekujur tubuh yang dipenuhi luka memar. Sebagian besar memang hanya luka luar, tetapi Vera merasa sangat sedih. Dia menangis sambil berteriak ingin membalas dendam kepada Chelsea!Lantaran tidak bisa menghalangi Vera, Damian pun hanya bisa mengikutinya ke rumah Chelsea. Setibanya di depan gerbang, Vera langsung berteriak ke arah vila, "Chelsea, keluar! Beraninya kamu melukai Gino! Jangan sembunyi! Aku akan lapor polisi untuk menangkapmu hari ini!"Di dalam vila, Chelsea menahan Melvin yang hendak berdiri. Dia berkata, "Kamu temani Timothy saja, biar aku yang keluar menghadapinya. Ini rumahku, dia nggak akan bisa berbuat macam-macam."Setelah melihat Chelsea keluar dari kamar, Timothy bergegas menuju ke balkon. Melihat ini, Melvin juga menyusul Timothy. Mereka berdua berdiri di balkon seraya memandang ke bawah. Terlihat Chelsea yang sedang berjalan ke arah gerbang.Vera yang berada di luar gerbang terlihat seperti orang gila. Dia mencengkeram
"Kamu masih ingin melindungi bajingan itu?" Antoni berujar dengan marah, "Oke, masalah ini juga di luar kuasaku. Kita tunggu sampai Lindsey siuman. Kalau dia mau lapor polisi, Keluarga Milano akan mendukung dia sepenuhnya."Vera bertanya dengan panik, "Pa, a ... apa maksudmu? Papa mau membantu orang luar dan membiarkan Gino dihukum? Papa nggak bisa begitu!""Sebagai manusia, kita harus punya hati nurani dan moral! Kalau Gino berani melakukan hal bejat, dia juga harus berani bertanggung jawab! Keluarga Milano nggak akan melindungi orang seperti dia!" timpal Antoni dengan tegas. Setelah membuat keputusan, dia tidak mau bertengkar dengan Vera lagi.Melihat Antoni hendak beranjak pergi, Vera awalnya ingin mengejar. Akan tetapi, lengannya ditahan oleh Damian. Ketika Damian melihat Ferdy menghampirinya, dia berkata, "Ferdy, Chelsea juga agak keterlaluan dalam masalah ini. Dia ....""Siapa yang memberi tahu kalian bahwa ini perbuatan Chelsea?" tanya Ferdy dengan dingin.Damian terkejut. Ferdy
Lindsey yang sedang dirawat di rumah sakit telah siuman. Begitu membuka mata, dia terkejut saat menyadari bahwa dirinya berada di kamar pasien.Evan baru saja kembali setelah membeli makan siang. Kala melihat Lindsey duduk, dia buru-buru berjalan ke samping tempat tidur dan bertanya, "Kamu sudah siuman? Apa ada yang membuatmu merasa nggak nyaman?""Aku ...." Kepala Lindsey sangat sakit. Dia menatap Evan sambil mengernyit, lalu bertanya, "Kenapa aku bisa ada di sini?" Ingatan yang tersisa di dalam benaknya hanya saat dia meminum segelas kecil alkohol yang manis. Kejadian selanjutnya .... Dia tidak mengingatnya sedikit pun."Semalam, Gino ingin berbuat macam-macam padamu. Untung saja kamu baik-baik saja. Kalau nggak, aku pasti akan menguliti bajingan itu," jawab Evan.Evan memang terkenal suka bermain-main, tetapi dia punya prinsip sendiri. Dia tidak akan pernah melakukan pelecehan. Meskipun mereka berdua berada di dalam satu ruangan, tetap tidak akan terjadi apa-apa.Evan meludah ke lan
Berhubung kondisi Lindsey tidak serius, dia sudah bisa keluar dari rumah sakit keesokan harinya. Evan pergi mengurus prosedur keluar rumah sakit sekalian membeli sarapan. Sementara itu, Lindsey duduk sendirian di tempat tidur pasien sambil melamun menatap pemandangan luar jendela. Kala ini, seseorang mengetuk pintu kamar.Ketika menoleh, Lindsey melihat Yanto yang sedang tersenyum beserta dua pria paruh baya di belakangnya. Yanto membawa sebuah keranjang buah sembari bertanya, "Linda, gimana kondisimu?"Lindsey melirik Yanto sekilas, lalu memandang dua pria paruh baya dan bertanya, "Siapa mereka?""Halo, aku Damian, ayahnya Gino.""Aku pengacaranya Pak Damian."Setelah mereka berdua memperkenalkan diri, Damian berjalan menghampiri Lindsey untuk meminta maaf. Dia berucap, "Lindsey, putraku sudah membuat masalah besar untukmu. Sebagai ayahnya, aku minta maaf karena gagal mendidiknya dengan baik."Lindsey seketika berwaspada. Dia tanpa sadar beringsut mundur seraya bertanya, "Untuk apa ka
"Omong kosong!" sergah Evan dari depan pintu. Dia berjalan ke sebelah Lindsey dan mendorong Yanto.Evan memandang Damian dengan penuh amarah seraya menyindir, "Pak Damian, kalau aku jadi kamu yang punya putra bajingan seperti Gino, aku pasti sudah menggali lubang dan mendorongnya masuk ke sana. Kamu malah berani melakukan trik semacam ini di hadapan putri orang lain?""Sekarang aku sudah mengerti. Gino bisa melakukan hal bejat karena didukung oleh orang-orang nggak tahu malu seperti kalian!" Evan meludah ke lantai sambil mencela, "Cih! Orang tua dan anak sama saja!"Damian bertanya sembari mengernyit, "Kamu pasti putra Keluarga Mahendra. Apa hubungan masalah ini denganmu? Apa kamu berhak untuk berbicara?""Linda adalah temanku. Aku nggak bisa melihat kalian menindas temanku!" Evan tersenyum sinis dan menghina, "Gino memang bajingan yang nggak bisa apa-apa. Setelah melakukan kesalahan, dia hanya bisa meminta bantuan orang tuanya."Damian menghardik, "Jaga ucapanmu!"Evan menyergah, "Kal
Di depan layar laptop, Timothy mengernyit dalam-dalam. Dia memang tidak terlalu memahami konten dari cloud storage Gino, tetapi intuisinya memberitahunya bahwa semua ini tidak cocok untuk anak-anak. Ketika membuka salah satunya, Timothy langsung mendapati sebaris tulisan merah.[ Dilarang bagi anak di bawah umur untuk menonton ]Melvin kebetulan masuk dengan membawa buah-buahan. Begitu melihat antarmuka film porno yang padat di layar laptop Timothy, dia langsung terkejut. Dia bergegas mengulurkan tangan untuk menutup laptop tersebut. Melvin sungguh terkejut hingga tidak bisa berkata-kata. Dia segera memarahi, "Ka ... kamu ini masih kecil. Lagi nonton apa?"Sebelum Timothy bisa menjelaskan, Melvin telah berseru ke arah pintu, "Kak Chelsea, gawat! Timothy dalam masalah besar!"Timothy kehabisan kata-kata. Mendengar ucapan Melvin, Chelsea buru-buru masuk sembari bertanya, "Ada apa?"Melvin berekspresi seakan-akan tengah menghadapi musuh. Dia menjelaskan dengan serius, "Timothy lagi nonton
Di sisi lain, Evan mengemudi sendirian ke Harbourside Villa sehabis mengantar Lindsey pulang. Begitu masuk pintu, dia buru-buru mencari Ferdy dan berkata padanya, "Ferdy, apa yang harus kita lakukan soal masalah Linda? Kita nggak boleh mengampuni Gino!"Ferdy mendongak dan bertanya, "Gimana kondisinya?"Ferdy cukup tenang karena ada Evan yang menemani Lindsey. Jadi, dia menghabiskan tenaga dan waktunya selama dua hari terakhir untuk mengumpulkan bukti. Beberapa korban berhasil ditemukan, tetapi mereka telah dipaksa untuk berdamai dengan Gino dan menghilangkan barang bukti.Hal ini membuat Ferdy kelimpungan. Jika tidak ada bukti konklusif yang bisa memberatkan Gino, melapor pada polisi juga percuma.Evan duduk di sofa dan berujar lagi, "Hari ini Damian membawa orang-orangnya menemui Linda dan menyampaikan berbagai omong kosong. Gara-gara itu, suasana hati Linda jadi kurang bagus. Damian dan yang lainnya benar-benar angkuh. Kalau kita diam saja, mereka pasti akan mentertawakan kita dari
Ferdy terkekeh-kekeh sinis dan membalas, "Kamu ingin membelanya, ya? Aku tahu kamu bersikap seperti ini hanya untuk kesenangan sendiri. Kamu ingin mengacaukan seluruh Keluarga Milano."Gino hampir menodai adik sepupu sendiri. Jika masalah ini tersebar, reputasi Keluarga Milano akan tercoreng. Darwin jelas-jelas ingin menonton keseruan ini. Pria tua ini ingin sekali melihat Keluarga Milano kacau balau."Kamu ...." Darwin menggebrak meja, lalu menegur, "Omong kosong apa yang kamu katakan! Ferdy, kamu ini makin kurang ajar saja! Entah gimana Keluarga Milano mendidikmu! Mana ada junior yang memfitnah seniornya seperti ini!""Darwin," panggil Antoni dengan nada agak kesal. Bagaimanapun, Ferdy adalah cucu kebanggaannya. Darwin malah membentak Ferdy seenaknya di hadapannya sekarang."Aku tahu betul karakter Ferdy. Dia pasti sudah mempertimbangkan dengan baik sebelum memilih untuk merahasiakan hal ini. Lagian, nggak ada yang sangka kejadian seperti ini bakal terjadi. Kenapa kamu malah menyalah