Karena jarang sekali bisa berhubungan dengan teman Ferdy, Lindsey berinisiatif mengajak Evan untuk makan bersama.Di depan wanita cantik, Evan tidak sempat memedulikan tatapan penuh peringatan dari Ferdy. Dia langsung mengangkat tangan untuk memanggil pelayan membawakan satu set peralatan makan.Evan sudah sering berhubungan dengan banyak wanita, jadi sangat pintar membuat wanita senang. Keduanya mengobrol dengan gembira, sedangkan ekspresi Ferdy terlihat sangat masam.Lindsey tertawa sampai sakit perut. Dia menatap Ferdy, lalu berkata, "Aku nggak nyangka temanmu akan sehumoris ini."Lindsey mengira orang dengan kepribadian aneh seperti Ferdy tidak mungkin punya teman. Evan mengangkat gelasnya, lalu berucap, "Aku teman Kak Ferdy yang paling lucu. Tapi, ini juga karena kita cocok. Kita baru bertemu, tapi sudah seperti teman lama. Ayo, mari kita bersulang untuk jodoh ini.""Oke." Lindsey bersulang dengan Evan dan berkata, "Kelak, mohon bimbingan dari Kak Evan."Evan tersenyum santai samb
Lindsey mengepalkan tangannya dengan erat saat mendengar semua itu. Dia tidak ingin berbasa-basi dengan orang-orang ini sehingga mengambil kopinya dan hendak pergi.Tiba-tiba, seorang wanita maju untuk mengadang dan menjatuhkan kopi Lindsey hingga tumpah ke pakaiannya.Lindsey pun berteriak karena kopi itu masih panas. Kemudian, dia buru-buru mengambil tisu untuk menyeka noda di bajunya.Wanita itu berpura-pura terkejut dan berkata, "Eh, maaf sekali. Aku nggak melihatmu barusan."Lindsey bisa mendengar nada bicara yang terkesan bangga itu. Dia hendak melawan, tetapi tiba-tiba terdengar bentakan seseorang. "Apa yang kalian lakukan?"Saat berikutnya, terlihat seseorang mendorong beberapa wanita itu dan berjalan ke depan Lindsey. Orang itu bertanya, "Kamu baik-baik saja?"Lindsey menatap Evan dengan terkejut. Dia bertanya balik, "Kenapa kamu di sini?""Aku klien Purnama Sekuritas. Aku datang untuk melihat proyek, tapi malah melihatmu tadi," timpal Evan.Evan merasa geram melihat noda di p
Sulika menghampiri, lalu menatap Evan dan berucap dengan tersenyum, "Tolong Pak Evan pergi sebentar, ada yang ingin kubicarakan dengan Linda."Evan tidak memedulikannya, melainkan menatap Lindsey. Lindsey memberinya isyarat mata untuk pergi.Evan merasa tidak tenang sehingga menyerahkan kartu namanya dan berkata, "Aku pergi dulu. Kalau ada masalah, telepon saja aku."Lindsey mengangguk sambil menatap Evan menjauh. Sesaat kemudian, dia baru bertanya dengan pelan, "Kamu mencariku karena masalah Gino?""Nggak juga, tapi bisa dibilang begitu juga. Setelah kamu pergi, Gino si bajingan itu mencekokiku bir. Makin dia marah, berarti dia makin tertarik padamu. Sejak awal, aku sudah menduga Pak Yanto akan menyerahkannya kepadamu," balas Sulika sambil tersenyum."Aku bicara begitu bukan untuk menakutimu. Aku hanya merasa perlu mengingatkanmu untuk lebih berhati-hati saat berhubungan dengan pria itu." Ketika berbicara, Sulika menyelipkan rambutnya ke belakang telinga dengan canggung. "Aku bukan kh
Pada saat yang sama, Chelsea membaca data yang dikirim oleh Lindsey dengan santai. Lindsey bukan hanya muda dan cantik, tetapi juga punya penilaian yang tajam dalam investasi. Ketika berada di luar negeri, semua klien yang ditanganinya menghasilkan banyak uang.Kalau bukan karena Lindsey punya hubungan tidak jelas dengan Ferdy, mungkin Chelsea sudah memberinya uang untuk mencoba. Sungguh disayangkan.Chelsea menutup dokumen itu, lalu memanggil asisten untuk berpesan, "Kirimkan dokumen ini ke Purnama Sekuritas sore ini. Bilang aku belum tertarik untuk berinvestasi, jadi tolong jangan ganggu aku."Ketika asisten membawa dokumen itu keluar, Chelsea mendapat panggilan dari Kendrian. Kendrian terkekeh-kekeh dan berkata, "Bu Chelsea, hari ini kamu harus mentraktirku makan.""Kamu berhasil?" tanya Chelsea dengan terkejut."Ya, kita bicarakan setelah bertemu nanti," sahut Kendrian.Chelsea langsung berkata, "Oke, malam ini di Restoran Semesta."....Jam makan malam, Restoran Semesta sangat ram
Kendrian berujar, "Ketika aku coba mencari informasi tentang Malcolm melalui web gelap, aku langsung diawasi oleh orang-orang Zenith. Mereka masuk ke dalam komputerku melalui porta dan mengirimkan virus peringatan padaku."Kendrian menghela napas ringan sebelum melanjutkan, "Zenith memang berbahaya. Aku baru saja mulai menggali sedalam ini, tapi sudah diawasi. Orang itu bahkan bisa mengabaikan tembok apiku."Chelsea tampak mengernyit. Dia jelas tidak menyangka bahwa Zenith akan begitu waspada."Tapi, kamu nggak perlu terlalu kecewa. Aku sempat menemukan sedikit informasi," ucap Kendrian. Dia mengeluarkan ponselnya untuk membuka sebuah dokumen.Kemudian, Kendrian memberikannya kepada Chelsea seraya berujar, "Saat berusia 17 tahun, Malcolm terlibat dalam insiden di Mahara. Itu adalah sebuah kasus perkelahian. Ada 6 orang dari pihak lawan, 2 di antaranya terluka parah dan 4 lainnya terluka ringan. Kala itu, Malcolm belum genap 18 tahun, jadi dia ditahan di lapas anak selama 5 tahun."Kend
Pelayan itu terlihat ragu-ragu. Akhirnya, dia berujar, "Ini ... ini adalah privasi pelanggan. Mana boleh kami ...?"Chelsea mengeluarkan ponselnya, lalu mengancam, "Oke. Kalau gitu, aku akan lapor polisi sekarang. Aku akan bilang bahwa Restoran Semesta membiarkan Gino melakukan kekerasan pada wanita dan melindungi perilaku kriminalnya."Melihat Chelsea yang bersiap untuk menelepon polisi, pelayan segera mendekat dan meraih tangannya. Kemudian, dia langsung menjelaskan situasinya dengan jelas. Lima menit yang lalu, Gino membawa pergi Lindsey. Seperti biasa, kemungkinan besar mereka akan pergi ke hotel bintang lima di sebelah untuk menginap.Dalam situasi yang mendesak, Chelsea tidak punya waktu untuk menjelaskannya kepada Kendrian. Dia hanya mengirim pesan kepada pria itu.[ Aku punya urusan mendadak. Kamu nggak perlu menungguku. ]Sementara itu, di lobi hotel.Sulika sedang menelepon Evan. Dia berbicara dengan suara gemetar saking paniknya, "Evan, sesuatu terjadi pada Linda. Kamu adala
Chelsea pun menghajar Gino dengan sadis, bahkan mengikat kedua tangan dan kakinya dengan dasi dan ikat pinggang. Usai melakukan semua itu, Chelsea langsung meninggalkan kamar. Dia merasa bahwa perbuatan baiknya ini tidak perlu diketahui orang lain. Lindsey pasti akan melaporkan pria itu kepada polisi ketika bangun besok.Namun Chelsea tidak tahu bahwa ketika dia masuk ke dalam lift, pintu kamar di ujung lorong terbuka sedikit. Diana berdiri di balik pintu. Matanya memantulkan cahaya dari layar ponselnya yang gelap. Pada layar ponselnya, ada pesan balasan dari Vera.[ Beraninya Chelsea menyakiti Gino! Aku akan membunuhnya! ]Malam ini, awalnya Diana hanya ingin menonton pertunjukan dari Gino. Hanya saja, tidak disangka bahwa Chelsea akan ikut campur. Diana pun tiba-tiba berubah pikiran. Dia mengirim pesan kepada Vera dengan nada khawatir bahwa Chelsea telah menghajar Gino di hotel. Dengan begitu, Chelsea pasti akan mendapat masalah besar.Diana menggenggam ponselnya erat-erat untuk mene
Malam itu, Gino dibawa ke rumah sakit dengan sekujur tubuh yang dipenuhi luka memar. Sebagian besar memang hanya luka luar, tetapi Vera merasa sangat sedih. Dia menangis sambil berteriak ingin membalas dendam kepada Chelsea!Lantaran tidak bisa menghalangi Vera, Damian pun hanya bisa mengikutinya ke rumah Chelsea. Setibanya di depan gerbang, Vera langsung berteriak ke arah vila, "Chelsea, keluar! Beraninya kamu melukai Gino! Jangan sembunyi! Aku akan lapor polisi untuk menangkapmu hari ini!"Di dalam vila, Chelsea menahan Melvin yang hendak berdiri. Dia berkata, "Kamu temani Timothy saja, biar aku yang keluar menghadapinya. Ini rumahku, dia nggak akan bisa berbuat macam-macam."Setelah melihat Chelsea keluar dari kamar, Timothy bergegas menuju ke balkon. Melihat ini, Melvin juga menyusul Timothy. Mereka berdua berdiri di balkon seraya memandang ke bawah. Terlihat Chelsea yang sedang berjalan ke arah gerbang.Vera yang berada di luar gerbang terlihat seperti orang gila. Dia mencengkeram