"Halo, kamu Timothy, 'kan?" sapa Lindsey. Ketika berada di luar negeri, dia sering pergi ke panti asuhan. Jadi, dia mengira dirinya mudah dekat dengan anak-anak. Kala ini, dia berjongkok di depan Timothy seraya tersenyum dan berujar, "Aku dengar kamu sangat pintar."Timothy tidak menanggapi ucapan Lindsey. Dia masih berwaspada.Lindsey sama sekali tidak tersinggung. Lagi pula, bocah ini adalah anaknya Ferdy. Wajar jika sikapnya sedikit dingin. Dia mengulurkan tangannya ke arah Timothy sembari memperkenalkan diri, "Namaku Lindsey. Kamu bisa panggil aku Kak Linda."Timothy hanya melirik tangan Lindsey. Dia tidak berniat untuk mengeluarkan tangannya dari kantong.Lindsey tersenyum canggung, lalu menengadah menatap Chelsea dan berkata, "Kak, anakmu sangat dingin, ya."Chelsea berdeham, lalu berucap, "Timothy, cepat sapa." Bagaimanapun juga, dia tidak akan membiarkan anaknya bersikap tidak sopan.Begitu mendengarkan perintah ibunya, Timothy pun menyapa dengan enggan, "Halo, Kak Linda.""Hal
Ketika mendengar suara gerbang ditutup, Chelsea menoleh dengan ragu-ragu.Timothy menghampiri Chelsea, lalu bertanya dengan penasaran, "Mama, siapa dia? Aku lihat sepertinya Mama sangat nggak suka padannya."Chelsea tersenyum, lalu menjelaskan, "Kakak itu adalah pramuniaga. Dia sering menawarkan proyek investasi. Mama sudah jengkel karena terus diganggu olehnya.""Dia sampai datang ke rumah!" Melvin berujar dengan marah, "Kak Chelsea, tenang saja. Kalau nanti aku melihatnya lagi, aku nggak akan membiarkannya masuk!""Oke," sahut Chelsea. Setelah itu, dia membantu Melvin menyalakan arang. Pesta barbeku akhir pekan ini tidak boleh rusak hanya karena tamu tidak diundang.....Begitu meninggalkan rumah Chelsea, Lindsey langsung mengirim pesan kepada Ferdy untuk mengajaknya makan malam.Malam harinya, Lindsey memesan sebuah restoran masakan barat. Ferdy masuk ke restoran, lalu duduk dan langsung bertanya, "Apa ada masalah dengan pekerjaanmu?"Lindsey membalas dengan sedikit tertekan, "Apa a
Karena jarang sekali bisa berhubungan dengan teman Ferdy, Lindsey berinisiatif mengajak Evan untuk makan bersama.Di depan wanita cantik, Evan tidak sempat memedulikan tatapan penuh peringatan dari Ferdy. Dia langsung mengangkat tangan untuk memanggil pelayan membawakan satu set peralatan makan.Evan sudah sering berhubungan dengan banyak wanita, jadi sangat pintar membuat wanita senang. Keduanya mengobrol dengan gembira, sedangkan ekspresi Ferdy terlihat sangat masam.Lindsey tertawa sampai sakit perut. Dia menatap Ferdy, lalu berkata, "Aku nggak nyangka temanmu akan sehumoris ini."Lindsey mengira orang dengan kepribadian aneh seperti Ferdy tidak mungkin punya teman. Evan mengangkat gelasnya, lalu berucap, "Aku teman Kak Ferdy yang paling lucu. Tapi, ini juga karena kita cocok. Kita baru bertemu, tapi sudah seperti teman lama. Ayo, mari kita bersulang untuk jodoh ini.""Oke." Lindsey bersulang dengan Evan dan berkata, "Kelak, mohon bimbingan dari Kak Evan."Evan tersenyum santai samb
Lindsey mengepalkan tangannya dengan erat saat mendengar semua itu. Dia tidak ingin berbasa-basi dengan orang-orang ini sehingga mengambil kopinya dan hendak pergi.Tiba-tiba, seorang wanita maju untuk mengadang dan menjatuhkan kopi Lindsey hingga tumpah ke pakaiannya.Lindsey pun berteriak karena kopi itu masih panas. Kemudian, dia buru-buru mengambil tisu untuk menyeka noda di bajunya.Wanita itu berpura-pura terkejut dan berkata, "Eh, maaf sekali. Aku nggak melihatmu barusan."Lindsey bisa mendengar nada bicara yang terkesan bangga itu. Dia hendak melawan, tetapi tiba-tiba terdengar bentakan seseorang. "Apa yang kalian lakukan?"Saat berikutnya, terlihat seseorang mendorong beberapa wanita itu dan berjalan ke depan Lindsey. Orang itu bertanya, "Kamu baik-baik saja?"Lindsey menatap Evan dengan terkejut. Dia bertanya balik, "Kenapa kamu di sini?""Aku klien Purnama Sekuritas. Aku datang untuk melihat proyek, tapi malah melihatmu tadi," timpal Evan.Evan merasa geram melihat noda di p
Sulika menghampiri, lalu menatap Evan dan berucap dengan tersenyum, "Tolong Pak Evan pergi sebentar, ada yang ingin kubicarakan dengan Linda."Evan tidak memedulikannya, melainkan menatap Lindsey. Lindsey memberinya isyarat mata untuk pergi.Evan merasa tidak tenang sehingga menyerahkan kartu namanya dan berkata, "Aku pergi dulu. Kalau ada masalah, telepon saja aku."Lindsey mengangguk sambil menatap Evan menjauh. Sesaat kemudian, dia baru bertanya dengan pelan, "Kamu mencariku karena masalah Gino?""Nggak juga, tapi bisa dibilang begitu juga. Setelah kamu pergi, Gino si bajingan itu mencekokiku bir. Makin dia marah, berarti dia makin tertarik padamu. Sejak awal, aku sudah menduga Pak Yanto akan menyerahkannya kepadamu," balas Sulika sambil tersenyum."Aku bicara begitu bukan untuk menakutimu. Aku hanya merasa perlu mengingatkanmu untuk lebih berhati-hati saat berhubungan dengan pria itu." Ketika berbicara, Sulika menyelipkan rambutnya ke belakang telinga dengan canggung. "Aku bukan kh
Pada saat yang sama, Chelsea membaca data yang dikirim oleh Lindsey dengan santai. Lindsey bukan hanya muda dan cantik, tetapi juga punya penilaian yang tajam dalam investasi. Ketika berada di luar negeri, semua klien yang ditanganinya menghasilkan banyak uang.Kalau bukan karena Lindsey punya hubungan tidak jelas dengan Ferdy, mungkin Chelsea sudah memberinya uang untuk mencoba. Sungguh disayangkan.Chelsea menutup dokumen itu, lalu memanggil asisten untuk berpesan, "Kirimkan dokumen ini ke Purnama Sekuritas sore ini. Bilang aku belum tertarik untuk berinvestasi, jadi tolong jangan ganggu aku."Ketika asisten membawa dokumen itu keluar, Chelsea mendapat panggilan dari Kendrian. Kendrian terkekeh-kekeh dan berkata, "Bu Chelsea, hari ini kamu harus mentraktirku makan.""Kamu berhasil?" tanya Chelsea dengan terkejut."Ya, kita bicarakan setelah bertemu nanti," sahut Kendrian.Chelsea langsung berkata, "Oke, malam ini di Restoran Semesta."....Jam makan malam, Restoran Semesta sangat ram
Kendrian berujar, "Ketika aku coba mencari informasi tentang Malcolm melalui web gelap, aku langsung diawasi oleh orang-orang Zenith. Mereka masuk ke dalam komputerku melalui porta dan mengirimkan virus peringatan padaku."Kendrian menghela napas ringan sebelum melanjutkan, "Zenith memang berbahaya. Aku baru saja mulai menggali sedalam ini, tapi sudah diawasi. Orang itu bahkan bisa mengabaikan tembok apiku."Chelsea tampak mengernyit. Dia jelas tidak menyangka bahwa Zenith akan begitu waspada."Tapi, kamu nggak perlu terlalu kecewa. Aku sempat menemukan sedikit informasi," ucap Kendrian. Dia mengeluarkan ponselnya untuk membuka sebuah dokumen.Kemudian, Kendrian memberikannya kepada Chelsea seraya berujar, "Saat berusia 17 tahun, Malcolm terlibat dalam insiden di Mahara. Itu adalah sebuah kasus perkelahian. Ada 6 orang dari pihak lawan, 2 di antaranya terluka parah dan 4 lainnya terluka ringan. Kala itu, Malcolm belum genap 18 tahun, jadi dia ditahan di lapas anak selama 5 tahun."Kend
Pelayan itu terlihat ragu-ragu. Akhirnya, dia berujar, "Ini ... ini adalah privasi pelanggan. Mana boleh kami ...?"Chelsea mengeluarkan ponselnya, lalu mengancam, "Oke. Kalau gitu, aku akan lapor polisi sekarang. Aku akan bilang bahwa Restoran Semesta membiarkan Gino melakukan kekerasan pada wanita dan melindungi perilaku kriminalnya."Melihat Chelsea yang bersiap untuk menelepon polisi, pelayan segera mendekat dan meraih tangannya. Kemudian, dia langsung menjelaskan situasinya dengan jelas. Lima menit yang lalu, Gino membawa pergi Lindsey. Seperti biasa, kemungkinan besar mereka akan pergi ke hotel bintang lima di sebelah untuk menginap.Dalam situasi yang mendesak, Chelsea tidak punya waktu untuk menjelaskannya kepada Kendrian. Dia hanya mengirim pesan kepada pria itu.[ Aku punya urusan mendadak. Kamu nggak perlu menungguku. ]Sementara itu, di lobi hotel.Sulika sedang menelepon Evan. Dia berbicara dengan suara gemetar saking paniknya, "Evan, sesuatu terjadi pada Linda. Kamu adala