Hari ini Leo tidak akan pergi ke kantor. Ia memilih beristirahat sebelum sorenya pergi bersama orang tuanya untuk bertemu dengan teman lama kakeknya. Pikirannya kini dibagi menjadi dua, bukan soal bisnis, melainkan soal perjodohan dan wanita yang menabraknya semalam. Dompet pink yang ia temukan juga masih tersimpan baik di kamarnya.
Memikirkan bisnisnya yang sudah banyak cabang, lebih lelah memikirkan soal perjodohan bagi Leo sendiri. Bagaimana nantinya ketika dirinya yang biasanya sendiri, tiba-tiba ada seorang istri di dalam rumahnya. Apakah istrinya cantik? Apakah istrinya bisa menerimanya apa adanya bukan karena hartanya. Terlalu banyak berpikir, dan ia tak ingin rambutnya tiba-tiba memutih Leo beranjak dari kursi.Leo berencana untuk pergi jalan-jalan menyusuri daerah di sekitar apartemannya untuk menyegarkan pikirannya. Dengan setelan hodie dan training olahraga, Leo mengayuh sepedah gunungnya. Bersepeda salah satu obat setress untuk dirinya."Bocah sekolah sekarang main pacar-pacaran aja." dumel Leo ketika melihat anak sekolahan yang berboncengan naik motor. "Padahal sebenarnya iri sih lihat mereka." batin Leo.Leo terus mengayuh sepedanya meninggalkan sejoli yang di mabuk kasmaran. Hingga sampai ia merasa lelah, ia berhenti di minimarket untuk membeli air mineral untuk menghilang rasa hausnya. Saat sampai di depan kasir, Leo berada di belakang sepasang cowok cewek yang juga membayar barang belanjaan mereka."Ada tambahan lagi mbak?" Tanya Kasir ke arah cewek itu."Mbak ada kon***?" Tanya laki-laki yang tubuhnya hampir sama dengan Leo.Leo mendelik mendengar ucapan laki-laki tersebut. What the hell, buat apa benda ajaib itu untuk mereka. Kalau pasutri kenapa harus pakai benda ajaib itu. Kan lebih enak cetak gol masuk ke gawang langsung, pikir Leo."Hus mulutnya. Jangan aneh-aneh ya." Sang cewek memukul lengan cowoknya "Dah mbak di total. Otak dia konslet karena belum makan."Leo hanya bisa menghela nafas melihat cowok cewek yang di depannya.Pagi ini ia sudah bertemu sejoli yang Leo anggap ajaib. Jomblo tampan hanya bisa diam dan meringis iri."Tambah apalagi mas?" Tanya kasir.Leo diam sejenak, ia melihat jajaran coklat di sampingnya dan mengambil satu "Tambah ini mbak." Ia sodorkan coklat itu ke kasir."Totalnya 35 mas."Leo mengeluarkan selembar uang lima puluh ribu untuk dibayar "Mbak ini uangnya kembalianya nggak usah. Dan ini coklatnya buat mbak. Semangat kerja mbak." Leo langsung meninggalkan mbak-mbak kasir tersebut.Ia tidak ingin berlama-lama di dalam minimarket takutnya mbak kasir salting karena dirinya."Itu tadi masnya bikin ngefly Ya Allah. Halalin adek mas."Kata sang kasir yang kelewat baper. Gimana gak baper. Dikasih coklat sama cowok ganteng seganteng Leonardo gaes.Hampir setengah hari Leo memanjakan diri, ia mendapat kabar dari papanya untuk segera pergi ke suatu tempat untuk menemui teman kakeknya. Sesuai pesan papanya, Leo diminta untuk berpakaian yang sopan dan tampan. Padahal, mau Leo model gimanapun. Kharismanya yang sebelas dua belas dengan Lee Min Hoo, selagi ganteng akan tetap ganteng.Pukul 4 sore, Leo langsung bergegas menuju ke alamat yang diberikan oleh papanya. Ia mengenakan kemeja Navy dengan celana celana kain hitam yang membuat ketampanan Leo begitu terpancar. Sneakers putih dan jam tangan hitam menjadi pelengkap style seorang Leonardo sore ini."Anjayy ganteng banget." Puji Leo pada dirinya sendiri.Mobil civic berwarna putih melaju kencang membelah jalanan. Ia tidak mau membuat kecewa orang-orang yang akan ia temui sebentar lagi. Butuh waktu satu jam, mobil yang ia pakai sampai di depan salah satu restoran mewah yang terletak di Jakarta Selatan. Ia segera masuk dan mendapat kabar tamu yang akan ditemuinya sudah datang.Ketika sampai di tempat, ia melihat papanya melambaikan tangan. Leo segera melangkahkan kakinya untuk segera menuju meja tempat papanya berada. Disitu ada beberapa orang yang tidak asing di mata Leo. Salah satunya wanita yang menabraknya malam hari itu."Sini Leo. Masih ingat sama Opah Joni sama Omah Yuni ngga? Sahabat almarhum kakek." Ucap papa Leo.Leo tersenyum tipis lalu menjabat orang tua yang ada di depannya. Ia ingat betul siapa kedua orang tua paruh baya yang ada di depannya ini. Akan tetapi wanita cantik di samping mereka, membuat Leo lebih penasaran. Siapakah dia sebenarnya."Hais matanya langsung gak bisa kedip gitu." ucap mama Leo. Leo langsung membenarkan posisi duduknya dan fokus ke arah orang tuanya."Leo sudah sangat dewasa ya Al, dulu waktu kecil pas pergi sama Erick. Dia paling suka gangguin Elena. Kamu masih ingat kan El, kalau Bang Leo suka gangguin kamu?" Tanya Joni ke arah gadis yang sedari tadi mengalihkan dunia Leo."Iya opah." Jawab wanita cantik ayu itu."Ka-kamu Elena?" Tanya Leo memastikan. Wanita yang ditatap Leo dengan serius menganggukkan kepalanya. IIya dia wanita yang sudah ia kenal dari dulu. Benar, dia Elena Koesorodiningrat. Wanita yang tak sengaja menabraknya, kini tumbuh jadi gadis cantik yang dewasa. Entah setelah berapa tahun lamanya, mereka berpisah. Takdir mempertemukan mereka kembali."Sepertinya Leo kaget lihat pertumbuhan Elena ya." Ucap Yuni oma Elena."Iya bu. Udah terlihat dari baru dia datang tadi." Papa Leo hanya terkekeh melihat wajah putranya yang salah tingkah."Leo, Elena dengerin opah. Opah gak mau bertele-tele ya. Mungkin ini akan terdengar membebankan kalian. Tapi opah harus sampaikan ini. Dulu sewaktu masih muda, aku sama Erick pernah berbuat janji bersama. Kalau nanti kita punya cucu cowok cewek kita akan menjodohkan cucu kita. Karena Erick punya kamu sebagai cucu cowok, dan opah punya Elena gadis manis kesayangan opah. Jadi opah ingin menjodohkan kalian, apalagi kalian juga sudah saling kenal sejak kecil. Jadi opah harap kalian nerima ini ya."Mak dek... Mak Pyar.. Leo membulatkan matanya mendengarkan ucapan Opah Joni yang langsung to the point. Perjodohan oh perjodohan, apakah Leo memang harus menerimanya. Apa sebegitu lamanya ia sendiri. Sampai ia harus dihadapkan dengan takdir perjodohan yang dibuat kakeknya."Perjodohan? Opah, opah gak main-main kan?" Tanya Leo tak percaya."Enggak Leo. Opah percaya sama kamu. Umur kamu juga sudah matang. Elena udah tinggal sendiri. Ayah bundanya sudah tiada, jadi opah ingin kamu menjaganya. Opah sama oma jaga Elena dari jauh. Dan umur juga nggak ada yang tau Leo. Opah juga ingin menimang cicit." Jelas Opah Joni.Leo memijat pelipisnya. Apa itu perjodohan pemirsa? Leo memutar otaknya keras. Elena bukan tidak cantik, bahkan ia sangat cantik di mata Leo. Untuk saat ini, Leo merasa canggung untuk bertemu bahkan berbicara bersama Elena."Pa, ma, opah, oma Leo izin ajak Elena ngobrol berdua dulu. Ayo ikut mas!"Leo mengajak Elena untuk pergi meninggalkan keluarga mereka. Ia tidak mau untuk buru-buru dalam menyetujui perjodohan yang mereka minta.Leo mengajak Elena pergi sedikit menjauh dari keluarga mereka. Elena hanya ikut kemana Leo mengajaknya pergi. "Kita duduk disini, Elena." Ucap Leo kepada Elena. Elena hanya tersenyum. Ia duduk di kursi yang berhadapan dengan Leo. Melihat perbedaan Elena yang sudah tumbuh dewasa membuat Leo tidak membayangkan sebelumnya. Setelah perpisahannya denga Elena sejak kecil, Leo tidak berharap banyak untuk bisa bertemu dengan Elena kembali. Karena pikiran Leo, Elena punya kehidupan sendiri yang tidak harus selalu bermain bersamanya. Elena begitu cantik dengan balutan mini dress ala Korea berwarna peach. Kulitnya yang putih bersih membuat dirinya sangat cocok dengan gaun tersebut. Leo terus menatap Elena dengan rasa rindu yang teramat dalam. Apa masih boleh, Leo mengatakan jika dirinya sangat rindu dengan Elena?"Mas, kenapa lihat Elena seperti itu?" Tanya Elena dengan lembut. Leo terus menatap Elena lembut. Senyuman manis dan apapun semua tentang Elena, Leo merindukannya. Elena menunggu Leo
Setelah pertemuan keluarga malam itu, Leo dan Elena lebih memperkuat komunikasi mereka. Meski tidak harua bertemu setiap harinya, Leo selalu menyempatkan diri untuk video call atau kirim pesan kepada Elena. Elena yang saat ini juga tidak hanya tinggal diam di rumah, melainkan Elena menjadi seorang dosen jurusan seni musik di salah satu Universitas ternama di Jakarta. Leo sempat meminta Elena untuk berhenti dari kerjannya, tapi Elena menolak dengan alasan ia ingin mencari jati dirinya dulu. Pagi ini, Leo tengah duduk di bersantai di rooftop kantornya yang sudah disulap menjadi taman untuk bersantai untuk para karyawan. Leo merasa jenuh jika setiap harinya harus bekerja di ruangan sehingga sesekali Leo memilih untuk keluar ke atas rooftop. Hans yang menjadi sekretaris setia Leo, kini dirinya turut menemani Leo untuk meninjau kembali evaluasi laporan dari setiap bidang yang Leo minta sebelumnya. "Pak, bapak nggak takut kah dibilang direktur terkejam sama mereka semua?" Celutuk Hans samb
"Elena sayang." Panggil Leo dan wanita yang dipanggilnya langsung mendongkakkan kepalanya.Elena langsung berdiri ketika laki-laki yang ingin ia temui kini berdiri di depannya. Senyum manis yang Elena miliki ia perlihatkan ke arah Leo. Leo memperhatikan Elena dengan setelan dress berwarna navy sampai bawah lututnya. Elena juga membawa sesuatu yang Leo belum tahu apa yang dibawanya."Sejak kapan Elena disini?" Tanya Leo panik."Humm dari jam 10 tadi kayanya mas. Ini Elena bawain makanan tadi masak sama mama mas. Tapi kayanya udah dingin deh. Maafin Elena ya mas." Elena melihat jam tangannya sudah pukul dua belas siang. Bisa dibilang Elena sudah menunggunya hampir dua jam. "Dari jam sepuluh sayang? Siapa yang suruh kamu disini sayang. Kenapa nggak kabarin mas?" tiba-tiba Leo menjadi marah. "Elena udah nelfon mas. Udah chat mas. Tapi masnya nggak angkat. Mama tadi cuma pesan kalau mau ke ruangan mas harus ke lift khusus khsusus buat mas. Terus mbak resepsionis kantor mas Elena tanyain k
Pagi ini, Elena mengajak Leo untuk pergi jalan-jalan. Elena menganggap weekend adalah waktu untuk mengistirahatkan diri. Beberapa hari sebelumnya, Leo mengeluh kepada Elena jika dirinya benar-benar lelah menghadapi pekerjaan yang menumpuk. Belum lagi masalah datang dari anak cabang dari bisnisnya. Tanpa berpikir panjang, Leo memilih untuk mengikuti rencana Elena. Leo mengendarai mobilnya untuk pergi ke salah satu tempat yang Elena minta. Ia hanya ikut saja kemana wanitanya mengajaknya pergi. Dengan setelan baju kemeja navy dan celana putih membuat Leo terlihat sangat tampan meskipun sedehana apa yang ia pakai. Elena yang begitu mempesona, ia mengenakan baju dress panjang berwarna navy dengan tali sunny di bahunya. "Sayang, kita mau kemana emangnya?" Tanya Leo penasaran. Karena hampir satu jam mobil yang ia kendarai belum sampai ke tempat tujuan mereka."Masa mas gak pernah ngelewatin jalan ini?" Elena bertanya kembali dengan penasaran."Haih boro-boro mas ingat, weekend aja mas jara
Hai semua readers, makasih yang udah menjadi pembaca pertama di awal rilis novel pertamaku ini ya. Aku harap kalian suka dengan novel Istri Cantik CEO. Stat terus buat nunggu update setiap bab dariku ya. Jangan lupa vote, komen masukan dari kalian. Karena aku masih penulis amatiran yang masih banyak kekurangan. Jangan lupa share ke teman-teman kalian buat ajak membaca cerita novel dariku ini ya. Aku akan berusaha semaksimal mungkin buat menghasilkan karya yang bisa memuaskan kalian. Salam hangat dariku 🥰 Kalian bisa panggil aku Una. Salam kenal semuanya.Ikuti terus cerita dari Leonardo dan Elena ya. Sampai ending cerita nantinya. Semangatku adalah dukungan kalian semua. 😍
Leonardo memijat pelipisnya seketika. Disaat dirinya dilanda pusing dengan jadwal rencana untuk pergi kunjungan ke Surabaya, mamanya meminta dirinya untuk pergi ke butik bersama Elena untuk melihat gaun. Ingin rasanya menolak karena sudah mengganggu jadwal kerjanya, tapi ketika mamanya meminta sesuatu rasanya sulit untuk menolak. "Hans, saya itu pengen cepat-cepat menikah. Kalau karena harus fitting gaun dadakan dan mengganggu jadwal saya ke Surabaya. Saya mesti gimana kalau sudah begini." Leo terus mondar-mandir memikirkan cara bagaimana agar tidak mengecewakan."Apa bapak mending menunda pekerjaan saja di Surabaya? Ini juga demi persiapan pernikahan bapak sama Nona Elena." Saran Hans.Leo langsung saja menatap Hans lekat. "Aku tidak masalah menunda pekerjaan ku Hans di Surabaya. Tapi satu, pasti mereka disana menunggu. Jadwal ini sudah direncanakan dua minggu yang lalu juga. Tiket pesawat dua jam lagi, mama bodoamat pula. Dan kenapa harus fitting baju sekarang. Pernikahan saya sama
Leo menggenggam tangan Elena untuk pergi ke lapangan belakang tempat helikopter landas. Para pegawai Leo yang melihat kedatangan bosnya dengan sang pujaan hati langsung sedikit menundukkan kepalanya. Banyak yang iri dengan Elena karena akan segera menjadi istri dari CEO muda tampan dan kaya raya. Elena melihat beberapa pegawai dengan setelan jas hitam berbaris rapi menunggu kedatangan Leo. Ia juga bisa melihat dibelakang sana terdapat helikopter berwarna hitam dengan tulisan ThomasCorp yang nantinya akan membawa Leo untuk pergi ke Surabaya. Elena benar-benar takjub dengan kemewahan keluarga Thomas yang berbeda dengan keluarganya. Bahkan opahnyaa belum memiliki helikopter pribadi selama mendirikan usaha."Semuanya sudah siap pak. Pihak yang ada di Surabaya juga sudah kami hubungi kalau disini ada sedikit kendala." Ucap Hans ketika sudah melihat Leo di depannya."Terus jawaban mereka gimana?" Tanya Leo penasaran."Mereka siap menunggu pak. Kita tinggal berangkat saja setelah ini. Koper
Sore ini Elena tengah menikmati suasana sejuk di taman belakang. Ditemani secangkir coklat panas dan sepiring kue brownis kesukaannya. Pandangannya lurus ke layar laptop yang ada di depannya. Dia tengah fokus melihat pertunjukan panggung musikal yang ada di internet. Menjadi dosen seni musik bukan berarti dia tidak lagi harus mempelajari banyak hal lagi. Bahkan Elena harus tetap belajar sebelum memberikan wawasan kepada Mahasiswanya. Menjadi dosen adalah salah satu impiannya sedari dulu. Tapi, setelah dia menikah nanti Elena mau tak mau harus meninggalkan pekerjaannya sekarang karena Leo memintanya untuk menjadi Ibu rumah tangga."Nona sedang apa?" Seorang wanita muda dengan pakaian daster rumahan menghampiri Elena. Dia adalah Dona, asisten rumah tangga yang sudah dia anggap menjadi adik kandungnya sendiri. Usia Dona masih terbilang sangat muda. Dan dia sudah menjadi asisten rumah tangga Elena sudah lama."Ah ini Dona, aku lagi lihat pertunjukan musik. Sebentar lagi Mahasiswaku akan