Share

3. Dua Pasang Mata Bertemu

Leo mengajak Elena pergi sedikit menjauh dari keluarga mereka. Elena hanya ikut kemana Leo mengajaknya pergi.

"Kita duduk disini, Elena." Ucap Leo kepada Elena.

Elena hanya tersenyum. Ia duduk di kursi yang berhadapan dengan Leo. Melihat perbedaan Elena yang sudah tumbuh dewasa membuat Leo tidak membayangkan sebelumnya. Setelah perpisahannya denga Elena sejak kecil, Leo tidak berharap banyak untuk bisa bertemu dengan Elena kembali. Karena pikiran Leo, Elena punya kehidupan sendiri yang tidak harus selalu bermain bersamanya.

Elena begitu cantik dengan balutan mini dress ala Korea berwarna peach. Kulitnya yang putih bersih membuat dirinya sangat cocok dengan gaun tersebut. Leo terus menatap Elena dengan rasa rindu yang teramat dalam. Apa masih boleh, Leo mengatakan jika dirinya sangat rindu dengan Elena?

"Mas, kenapa lihat Elena seperti itu?" Tanya Elena dengan lembut.

Leo terus menatap Elena lembut. Senyuman manis dan apapun semua tentang Elena, Leo merindukannya. Elena menunggu Leo sampai mengucapkan kata-kata ketika ia kembali bertemu. Leo masih tak percaya dengan pertemuan mereka.

"El, i really miss you."

Tulus, ucapan Leo benar-benar tulus dalam hatinya. Elena yang mendengarkan itu tersenyum getir. Jujur dalam hatinya ia juga sangat merindukan laki-laki tampan yang ada di depannya.

"Miss you too. Mas Leo sehat?" Hanya Elena yang memanggilnya dengan kata mas. Iya, tidak ada wanita manapun yang memanggilnya dengan kata 'mas'. Ingin rasanya Leo menangis dan memeluk Elena saat itu juga.

"El, mas boleh nggak sih nangis? Tapi mas takut dilihat pengunjung disini." Bola mata Leo berkaca-kaca. Antara senang dan sedih suasana hatinya saat ini.

"Nangis aja kalau mas gak punya urat malu. Elena beneran nggak tau kalau cowok jerapah yang nggak sengaja aku tabrak ternyata mas Leo. Yah mungkin ini takdir kita mas setelah berpisah selama bertahun-tahun." Elena tersenyum manis ke arah Leo.

"Cowok jerapah katanya. Astagaa. Kamu benar-benar membully ku sekarang ya. Aku hanya saja dapat jatah tinggi badan yang lebih dari Tuhan. Mangkanya aku sekarang tinggi dan tampan." Leo berkata begitu percaya diri. Ya memang Leo sebenarnya sangat tampan juga.

Sebelum mereka melanjutkan obrolan terlalu dalam. Leo mengajak Elena untuk makan terlebih dahulu. Karena ia tahu, Elena pasti belum memakan apapun.

Leo memperhatikan Elena yang begitu anggun ketika memakan makanannya apa yang ia pesan. Elena terlihat seperti putri bangsawan yang makan dengan pelan tanpa buru-buru. Entah mungkin didikan ibunya yang keturunan Jawa yang mana selalu memperhatikan tata krama dalam kehidupan sehari-hari.

Dulu, Elena selalu bahagia ketika Leo datang ke rumahnya bersama kakeknya. Mereka berdua begitu dekat dan sudah seperti kakak adik. Sampai ketika Elena masuk ke bangku SMP, ayahnya mengajak untuk pindah ke luar negeri. Mau tak mau Elena harus ikut orang tuanya, karena ia anak tunggal dan pasti ayah bundannya tidak ingin jauh dari Elena.

"Elena sekarang sendiri mas. Sejak kepergian ayah sama bunda, Elena hidup sendiri. Opah sama oma juga nggak bisa sepenuhnya menjaga Elena." Tutur Elena sambil mengusap bibirnya dengan tisu.

"Maksud dari pergi?" Leo kembali memastikan apa maksud dari Elena.

"Ayah bunda meninggal waktu Elena mau masuk kuliah S2. Mereka kecelakaan pesawat pulang dari Singapura. Waktu itu Elena udah di Indonesia. Terus nggak tau kenapa, takdir berkata lain. Elena sekarang nggak punya siapa-siapa. Pengen rasanya ketemu sama Mas Leo. Tapi Elena bingung, gimana caranya buat ketemu sama mas. Toh kita pisah. Kita sama-sama belum punya ponsel." Jelas Elena.

Leo tak menyangka gadis kecilnya dulu sekarang hidup kurang kasih sayang. Meskipun kita punya kakek nenek yang sayang ke kita. Belum tentu juga sayang itu bisa melebihi rasa sayang orang tuanya. Ada guratan rasa sedih yang terlihat di wajah Elena dan Leo menyadari itu.

"Maafin mas ya. Nggak tau berita apapun tentang ayah sama bunda. Mama sama papa mas juga nggak bilang apapun." Ucap Leo dan Elena menggelengkan kepalanya.

"Mas, apa mas menerimq perjodohan kita ini?" Tanya Elena langsung.

Leo terdiam sejenak. Kepalanya menegadah ke atas. Ia sampai lupa jika awal ketemunya kembali mereka juga karena rencana perjodohan.

"Mas nggak tau harus ngomong apa. Perjodohan ini terasa mendadak. Bukan mas nggak mau dijodohin sama kamu Elena. Tapi..."

Belum sempat Leo melanjutkan ucapannya. Elena sudah memotong terlebih dahulu ucapan Leo "Cukup mas. Kalau mas nggak mau. Kita temui opah sama papa mas. Elena nggak mau juga mas menerima semuanya dengan paksa." Elena tiba-tiba terlihat sedikit marah.

"No Elena. Bukan itu yang mas mau omongkan. Mas menerima ini, tapi mas mau kita sebelum pernikahan lebih sering bertemu. Mas pengen tau banyak tentang kamu Elena. Paham kan apa maksud dari mas?" Leo berusaha untuk selembut mungkin untuk berbicara dengan Elena. "Mas mau belajar untuk menyayangimu lebih dari apapun." Leo memegang punggung tangan Elena. Mengusap lembut menyalurkan ketenangan untuk Elena.

Elena tersenyum ke arah Leo. Ia tidak ingin sampai air matanya menetes. Ingin rasanya Leo memeluk Elena saat itu juga. Tiba-tiba Leo menggandeng Elena, mengajak Elena untuk pergi keluar. Ia tidak ingin Elena yang tiba-tiba terlihat sedih dilihat banyak orang.

Lagi-lagi Elena hanya ikut kemana Leo mengajaknya pergi. Ia seperti anak kecil yang nurut ke orang tuanya tanpa menolak dan membantah. Leo mengajak Elena untuk pergi masuk ke mobilnya, menurutnya itu lebih privasi untuk berbicara berdua dengan Elena.

Elena duduk manis disamping Leo. Melihat baju Elena yang lumayan tipis. Leo memberikan jas yang ia simpan di dalam mobil. Paha Elena yang hanya tertutup sebagian, Leo tutup dengan jas miliknya. Ia tidak mau orang lain lihat kaki jenjang Elena dilihat banyak orang.

"Mas laki-laki normal Elena dan kamu juga pasti kedinginan duduk di tempat kita berdua tadi." Kata Leo sambil menutup paha Elena.

"Udah nggak papa mas. Oh iya opah nggak nanyain Elena?" Tanya Elena.

"Baru aja nanya. Mas bilang kita jalan berdua. Temu kangen mas bilang gitu aja." Kata Leo sambil terkekeh.

"Ishh." Elena mencebikkan bibirnya.

"Oh ya El, dompet kamu kemarin jatuh. Jadi masih mas bawa. Kalau nanti kita ketemu lagi, mas kasih dompetnya." Tutur Leo.

"Iya mas."

Kini keduanya sama-sama terdiam. Elena memandang lurus di depannya. Leo melihat Elena tanpa berkedip. Ia memilih diam terlebih dahulu sampai ia puas memandangi wajah cantik Elena.

"Kita jalani ya El. Mas nggak mau kehilangan kamu lagi. Izinkan mas buat belajar mengenal kamu lagi. Kita ikutu keinginan kakek sama opah ya." Leo menarik tangan mungin Elena lalu dipegangnya tangan itu.

"Iya mas. Berarti kita sepakat.."

"Buat terima perjodohan." Ucap mereka bersamaan.

Leo mengecup punggung tangan Elena lalu memeluk Elena dengan erat. Elena tidak menolak apa yang dilakukan Leo kepadanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status