Share

5. MINE

"Kalian itu terlalu sombong, sampai lupa ada banyak orang di luaran sana yang tidak mengenali kalian."

Sementara dalam hati menyetujui, Yuhwa hanya dapat bungkam dan berdiri kaku menghadap ke arah kelima pria yang tengah menaruh atensi padanya. Dinilai dari sopan santun serta tutur kata yang terlontar, Yuhwa berpendapat bahwa seseorang yang pantas untuk menjadi pemimpin grup MINE adalah si pria berambut hitam yang baru saja hadir beberapa saat lalu. Yuhwa tidak paham mengenai aspek lain. Tapi baginya, Hans terlalu kasar dan arogan.

Pria itu mengulurkan tangan, kembali mengembangkan senyum manisnya lalu berkata, "Aku Kang Taehee, anggota termuda MINE. Kau bisa menyebutku Taehee atau apapun senyamanmu."

Tanpa buang waktu, Yuhwa pun menyambut uluran tangan ramah Taehee. Tak lupa dengan senyum termanis yang ia simpan sejak kedatangannya ke Korea. Menyimpan senyumnya lama-lama, tak rugi jika ia membagikannya pada pria selemah lembut Taehee.

Yuhwa juga sedikit terkejut dengan fakta bahwa pria itu adalah anggota termuda MINE. Melihat seberapa dewasanya sikap Taehee, ditambah dengan ukuran tubuh yang tinggi semampai jika dibandingkan dengan anggota lainnya. Rambut hitam serta garis mata sipit membuat pria itu terkesan misterius.

"Halo, halo, kak! Aku Yoon," sapa si rambut coklat dengan penuh antusias.

"Geum Bongyoon. Terdengar lucu, kan?" seloroh pria kekar di sebelahnya yang otomatis mendapat amukan gemas dari si kecil Yoon.

Yoon merengek, "Jangan meledekku! Aku ini lebih tua darimu, ya!"

Yuhwa sempat tertawa kecil, hingga ia kembali bungkam begitu netranya bertemu tatap dengan sorot mata tajam milik Hans. Padahal pria itu mengambil posisi duduk di paling ujung, tapi entah kenapa sosoknya nyaris selalu tertangkap mata Yuhwa. Tapi jangan salahkan Yuhwa! Salahkan saja baju rajut merah muda yang pria itu kenakan.

Ternyata, selain kasar, arogan dan berengsek soal percintaan, menurut Yuhwa pria itu cukup buruk dalam gaya berpakaian. Beruntung wajah tampan Hans menyelamatkannya. Setidaknya, wajah dengan garis dagu tegas dan proporsi sempurna itu masih akan cocok jika dipadukan dengan jenis pakaian atau macam gaya rambut apapun. Selain dari wajah dan mungkin talenta, Yuhwa berani memberi nilai nol besar.

"Aku Jason. Salam kenal," ucap Jason setelah berhenti beradu mulut dengan Yoon.

Yuhwa menanggapinya dengan senyum simpul dan anggukan, meski kemudian fokusnya itu terpecah begitu Yoon mendekat dan berbisik, "Nama panggungnya saja yang Jason. Ia lahir dan besar di Hwaseong, kok."

Mendengar itu, Yuhwa sukses terkekeh geli. Mulai mengakui bahwa teman-teman Hans nyatanya tidak seburuk yang ia kira. Mereka masih punya humor-humor kecil, dan rasa kekeluargaan yang cukup erat. Entah kenapa, hal itu tidak sama sekali Yuhwa temukan di dalam diri Hans.

Apakah karena Hans merupakan seorang pemimpin grup? Atau pria itu memang berkarakter angkuh dan dingin sejak lahir?

Melempar jauh-jauh pikirannya soal Hans, Yuhwa kemudian mengalihkan pandangan pada satu sosok yang tersisa. Salah satu yang masih berbaring nyaman dengan mata setengah tertutup. Padahal ia yakin, sosok dengan rambut sedikit ikal itu sudah membuka sempurna kedua kelopak matanya beberapa menit yang lalu.

"Ah, dia Younghoon, si tukang tidur. Ia dapat tidur di manapun dan kapanpun. Kakak tidak usah khawatir, ia memang seperti itu." Yoon memang banyak bicara, tapi Yuhwa tidak tahu bahwa pria satu itu juga rupanya dapat membaca apa yang terlintas di pikiran Yuhwa.

"Jadi, nama kakak siapa? Umur berapa? Tinggal di mana? Kenapa bisa berakhir menjadi asisten rumah tangga Hans?" serang Yoon kemudian.

Yuhwa sedikit terkejut dengan rentetan pertanyaan itu, hingga ia nyaris tersedak liurnya sendiri. Baru berniat buka mulut untuk menjawab, Manajer Kim masuk dan mengalihkan perhatian seluruh isi ruangan dengan sebuah kalimat yang perlu menjadi prioritas.

"Taehee sudah datang dari kampusnya, ayo kita bersiap untuk menyalakan siaran langsung. Bangunkan Younghoon, dan bantu aku pasang ini."

Sebelah tangan Manajer Kim terangkat, memamerkan kain putih lebar yang sukses membuat sepasang alis Yuhwa terangkat bertanya-tanya. Sebelum ia mengungkapkan rasa penasarannya itu, Jason lebih dulu berujar, "Harus memasang background? Kenapa? Warna tembok rumah Hans kan sudah polos."

"Kita sedang di rumah rahasia Hans. Kau tidak tahu bahwa fans fanatik dapat bertindak cerdik dan menemukan lokasi rumah Hans hanya dengan melihat warna cat tembok? Mereka segila itu," jawab Manajer Kim membuat semua kepala mengangguk perlahan membenarkan.

Sementara Yuhwa sendiri justru bergidik ngeri. Membayangkan penggemar fanatik para idola di negeri ginseng yang memang sudah terkenal akan keganasannya.

***

Sudah setengah jam berlalu, dan Yuhwa tidak tahu sampai berapa lama lagi sekumpulan pria di ruang tengah akan menjalankan pekerjaannya. Begitu Manajer Kim memintanya untuk menyiapkan makan malam, segera juga ia menyambangi dapur dan memasak apapun sesuai dengan kemampuannya.

Sebenarnya kemampuan masak Yuhwa juga tidak bisa dibilang buruk. Tapi mengingat bahan-bahan yang ada di kulkas tidak begitu mendukung dan mayoritas dari mereka adalah bahan untuk hidangan Korea, Yuhwa butuh waktu lebih lama dari biasanya untuk menyiapkan satu menu. Jika diperhitungkan untuk total tujuh orang dengannya, pasti akan memakan waktu lebih lama lagi.

Saat ini semua orang sibuk, dan tidak ada siapapun yang dapat ia pintai bantu. Dengar-dengar, Manajer Kim perlu mengawasi berjalannya siaran langsung MINE dari awal hingga akhir. Mungkin untuk berjaga kalau-kalau ada tindakan yang tidak berkenan atau hal di luar itu. Karena setahu Yuhwa, ada sangat banyak batasan dan tuntutan yang agensi berikan kepada artisnya.

Jadi, apakah Hans tertekan dengan segala tuntutan yang ia terima sehingga pria itu terjerumus dalam penggunaan obat-obatan terlarang?

"Zhao Yuhwa hati-hati! Panci itu panas!"

Melamun saat sedang masak adalah hal terlarang, sayangnya Yuhwa sempat melupakan itu dan nyaris mencelakai dirinya sendiri. Beruntung Manajer Kim hadir di saat yang tepat.

"Ah maafkan aku, Manajer Kim."

Pria itu mendekat, membantu Yuhwa untuk mengaduk sup di dalam panci sembari berucap, "Cukup panggil aku Kak Jihun saja. Kau tidak harus seformal itu."

Yuhwa menoleh sejenak, mengulas senyum sebelum melanjutkan kegiatannya memotong daun bawang. Dalam hati ia mengucap syukur, bahwa seseorang yang ditemuinya selain Hans adalah Manajer Kim.

Menurut Yuhwa, bekerja sebagai seorang Manajer juga sedikitnya akan mengubah sikap seseorang menjadi lebih sensitif dan protektif. Bukan suatu hal yang tidak mungkin bagi seorang Manajer menendang jauh-jauh orang asing semacam Yuhwa dari sisi artis yang diasuh dan dijaganya baik-baik. Toh ada banyak orang di luar sana yang rela melakukan apapun untuk mengganggu privasi Hans.

"Baik, Kak Ji—Oh ya! Aku baru ingat!"

"Kenapa?"

Yuhwa merogoh saku celananya, kemudian mengeluarkan secarik kertas dari sana untuk ia berikan pada Manajer Kim. Kalau pria itu tidak menyebut namanya sendiri, Yuhwa pasti lupa untuk menyampaikan pesan dari ibu Hans di sambungan telepon hari kemarin.

"Kemarin ibu Hans telepon dan memintaku untuk menyampaikan ini. Ah, dan terimakasih untuk ponselnya." Tak lupa pula gadis itu mengembalikan ponsel yang dipinjamnya.

Manajer Kim sedikit terlonjak, terlihat terkejut dengan sesuatu yang tidak Yuhwa ketahui dengan pasti. Begitu pula dengan jari telunjuknya yang kemudian pria itu taruh di depan bibir, meminta Yuhwa untuk diam atau mengecilkan suara. Tak paham dengan situasi, Yuhwa lantas bertanya, "Kenapa?"

"Jangan sampai Hans tahu ibunya menghubungiku, ya. Dan jangan ungkit apapun soal ibunya di depan Hans. Ada beberapa hal yang membuat anak itu tidak menyukainya," terang Manajer Kim dengan dibalas anggukan paham oleh si pendengar.

Dengan itu, bertambah lagi satu hal yang membuat sosok Hans kian terpandang misterius dan problematik di mata Yuhwa. Kondisi itu membuat Yuhwa berada di posisi yang serba salah. Ia tidak bisa bersikap biasa saja dan seolah tidak tahu apa-apa. Di sisi lain, ia juga sudah tahu terlalu jauh.

"Kak, makan apa kami malam ini?" tanya Yoon dengan suara menggelegar, "Oh! Apakah Yuhwa yang memasak? Waw, aku tidak sabar," tambahnya lagi.

Menoleh ke belakang dan menyadari bahwa satu persatu kursi di meja makan terisi, Yuhwa meneguk liur gugup, mengangkat panci dari atas kompor dan menaruh itu tepat di tengah-tengah keramaian. Ia kembali bergerak, menuju rak berisi mangkuk keramik sebelum langkahnya dihentikan oleh Taehee.

"Kau tidak perlu membawanya, biar mereka ambil masing-masing," cegah pria itu seraya mengedipkan sebelah mata.

Meskipun begitu, Yuhwa secara pribadi sadar bahwa tugas tersebut adalah salah satu bagian dari kewajibannya selama tinggal di rumah Hans. Ia lantas tersenyum tenang, lalu melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda. "Biar aku saja, tidak apa."

Seolah mengiyakan, Taehee kemudian mengekor di balik punggung Yuhwa, membantu sang gadis untuk membawa beberapa peralatan makan dari kabinet-kabinet tinggi dapur. Lagi-lagi untuk yang kesekian kalinya Yuhwa memuji kebaikan hati Taehee. Tentu di samping tubuh tinggi serta wajah rupawannya juga.

Manajer Kim sudah kembali berbaur dengan para anak asuhnya, menyampaikan satu dua hal yang sepertinya evaluasi tidak formal mengenai siaran langsung mereka tadi. Mulai dari Younghoon yang berulang kali mengusak matanya, Yoon bicara terlalu banyak, bahkan sampai kaus kaki Taehee yang tak sengaja nampak di ujung kamera. Benar-benar mendetail.

Meskipun ada banyak hal yang menurut Manajer Kim perlu dikoreksi, tetap saja nama grup mereka memasuki pencarian terpanas di internet. Kekuatan grup idola yang tengah naik daun memang tak ada tandingannya di masa ini. Yuhwa dengar dari Jason, mereka hanya tinggal menanti pakaian serta perabot yang sempat tertangkap lensa kamera tadi terjual habis di pasaran.

Dengan begitu Yuhwa paham, alasan mengapa ada sangat banyak barang yang perlu disembunyikan, yang tak lain tak bukan adalah demi kenyamanan mereka semua. Jika barang yang biasa mereka beli rutin telah terjual habis dalam hitungan detik, lalu mereka akan pakai apa?

Setelah selesai dengan segala urusannya di dapur, Yuhwa pun turut bergabung, mengambil duduk di kursi paling ujung yang terpaut sangat jauh dari posisi Hans berada. Entah, Yuhwa hanya tidak berani berada terlalu dekat dengan Hans. Ia tidak berani berada di dekat seseorang yang ia ketahui cukup banyak rahasianya. Yuhwa takut bibirnya terlalu lemas dan tanpa sengaja membocorkan sesuatu yang tidak seharusnya ia ucapkan.

Lagipula, Hans juga terlihat sangat tidak tertarik dengan presensi Yuhwa. Pria itu hanya memasang wajah cemberutnya, menggerutu sebal, dan memaki sesekali. Terlihat sangat kesal.

Younghoon yang kebetulan duduk tepat di sebelah Hans sempat menyenggol siku pria itu, lalu bertanya, "Mereka masih meneleponmu?"

Mencuri dengar, Manajer Kim turut menimpali, "Masih? Gila. Bisa kaublok nomornya?"

Mendengar nada bicara Manajer Kim yang meninggi, seluruh perhatian anak manusia di meja makan lantas terlempar pada sosok Hans. Sementara pria itu hanya mendengus kasar, membanting ponselnya asal di atas meja dan berucap pasrah, "Ayo makan dulu. Aku sudah mematikan ponselku."

Kening Yuhwa menukik tajam, tak paham dengan apa yang sedang menjadi topik pembicaraan. Seolah menyadari itu, Jason pun menjelaskan, "Di Korea ada yang di sebut sasaeng. Kau tidak tahu ya? Mereka adalah penggemar fanatik yang seringkali mengganggu privasi para idolanya. Kalau menurutku sih.. tidak jauh beda dengan penguntit."

Yoon mengangguk menyetujui. "Betul. Mereka sangat menyeramkan. Ponsel Hans dibanjiri oleh telepon dan pesan dari mereka sejak siaran langsung tadi."

Mendengar itu Yuhwa bergidik ngeri, lalu melirik Hans dengan raut penuh simpati. Meski dengan tidak pedulinya pria itu mengambil sepasang sumpit, dan membuka tutup panci setelahnya.

Gerakan Hans terhenti, tubuhnya membeku dengan pandangan tak lepas dari hidangan seadanya yang sudah Yuhwa siapkan. Punggung sang gadis menegak otomatis, takut-takut bahwa menu pilihannya salah dan membuat suasana hati Hans semakin keruh.

"Wah sup rumput laut. Sekali lagi, selamat ulang tahun, Hans," ucap Jason memecah kebisuan.

Dipelopori oleh Jason, mereka pun melantunkan lagu selamat ulang tahun sembari menepuk tangan seirama. Hal tersebut serta merta membuat Yuhwa menganga di tempat, sehingga Yoon tertawa puas melihatnya lalu menyahuti, "Kak Yuhwa tidak tahu Hans ulang tahun hari ini? Lalu kenapa pas sekali membuat sup rumput laut?"

Yuhwa sendiri pun tidak tahu soal kebetulan itu. Ia hanya mencoba memasak makanan Korea paling sederhana, sementara kulkas Hans pun tidak memberinya banyak pilihan. Yuhwa bahkan baru ingat, suatu hari ibunya pernah bercerita soal sup rumput laut yang selalu orang Korea santap di hari ulang tahun mereka.

Dengan nada menggoda Manajer Kim berucap, "Sepertinya kalian punya suatu ikatan."

"Aku suka! Mereka terlihat sangat serasi. Iya kan, Taehee?"

Mengambil langkah yang salah karena sudah menoleh, kedua netra Yuhwa membola begitu mendapati anggukan setuju pria mata sipit itu.

Kenapa situasinya jadi seperti ini?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status