Share

4. (Girl)friend

"Tunggu apa lagi? Cepat temui Kelly! Yuhwa biar aku yang urus," perintah Manajer Kim kepada Hans.

Yuhwa tebak, pasti agensi menemui banyak kesulitan demi mempertahankan nama baik seorang Lee Hans. Buktinya, belum ada dua hari Yuhwa kemari, ia sudah bertemu dengan berbagai fakta buruk soal pria itu. Mulai dari narkoba, tingkah gilanya saat mabuk, dan kini bahkan perkara kisah cintanya dengan wanita. Entah, sudah berapa banyak wanita yang pria itu hamili. Hingga begitu mudahnya pula kata 'aborsi' meluncur dari bibir laknat itu.

Hebat sekali orang-orang di luaran sana yang mengaku sebagai penggemar Hans. Apakah mereka tahu bahwa idolanya bertingkah bejat di balik kamera? Kalau itu Yuhwa, pasti sangat merasa terkhianati.

Memang benar kata orang, bahwa pria tampan biasanya bersikap seenaknya.

Lengan Yuhwa ditarik, karena kini tugasnya adalah bersembunyi. Tapi begitu sang gadis mulai mengekori langkah Manajer Kim, Hans berseru, "Sebentar! Aku punya ide."

Lain dengan Yuhwa yang menukikkan kedua alisnya tinggi-tinggi menanti pendapat Hans, Manajer Kim sudah lebih dulu menepuk kening, seolah tahu kemana arah pembicaraan sang artis asuhannya. Atau mungkin, memang ide Hans tak pernah dapat diandalkan. Siapa yang tahu?

"Tidak, Hans. Kau justru akan semakin mengacaukannya. Kau sudah melakukannya berulang kali dan semua ini tak ada ujungnya."

Menggaruk tengkuk, Hans menbalas, "Aku rasa tidak. Tapi.. hmm, harus dicoba. Lagipula, tidak akan ada yang mengenali gadis dari Cina ini. Apalagi Kelly!"

Sementara Yuhwa tengah menjadi objek perdebatan Hans dan Manajer Kim, jujur, ia sendiri tak paham argumen apa yang sedang mereka ributkan. Seolah mereka punya sinyal sendiri untuk melakukan telepati, dan Yuhwa tidak dapat menerima ataupun menerjemahkan sinyal itu dengan kasat mata.

"Terserah kalau kau tetap akan bersikeras, keputusan ada di tangan Yuhwa. Tapi jujur, menurutku kau hanya akan membuat lingkaran api tak berujung."

Kalau Manajer Kim berpendapat seperti itu, tentu saja Yuhwa sangsi dengan ide apapun yang akan keluar dari mulut Hans nantinya. Bagaimanapun juga namanya disebut dan disangkut pautkan ke dalam suatu rencana yang sepertinya tidak ada hubungannya sama sekali dengan Yuhwa sendiri. Selain itu, Yuhwa juga harus ingat bahwa Hans adalah orang yang berbahaya. Tak berbeda jauh dengan para sindikat penjual organ, pria itu merupakan pengguna atau bahkan pengedar obat-obatan terlarang.

Dengan pikiran semacam itu, Yuhwa lantas menyela, "Tidak! Aku tidak mau! Apapun itu, aku tidak mau!"

Peribahasanya, sedia payung sebelum hujan. Akan lebih baik jika Yuhwa menolaknya sebelum ia terlanjur masuk ke dalam lingkaran api tak berujung itu. Kedengarannya saja sudah sangat mengerikan, padahal Yuhwa belum tahu apapun.

"Kenapa tidak mau?! Kekasihku, kau akan menjadi kekasih dari seorang artis papan atas. Aku ini pria idaman semua wanita. Kau jangan bodoh!" tegas Hans sembari melipat kedua tangan angkuh di depan dada.

"Kekasih?" tanya Yuhwa mengangkat kedua alis.

Hans tersenyum menang. Ia mengangguk dan menambahkan, "Iya. Kekasih Lee Hans. Meskipun pura-pura dan hanya demi menyelesaikan masalahku dengan Kelly, tentu itu adalah sebuah pengalaman langka. Kau bodoh kalau menolaknya!"

Pengalaman langka katanya.

Ya. Menurut Yuhwa, adalah pengalaman langka bagi seorang Zhao Yuhwa menjalin hubungan cinta dengan sosok pria congkak seperti Hans. Pria yang menyebutnya anak anjing, pria yang mengencingi tembikar antik peninggalan Dinasti Ming, dan pria yang secara terang-terangan meminta seorang wanita untuk mengaborsi darah dagingnya sendiri.

"Dasar pria berengsek," cibir Yuhwa.

Kedua pria di hadapannya melebarkan kelopak mata terkejut. Manajer Kim sedikit menambahkan senyum takjub, sementara Hans justru menyatukan alisnya geram. Padahal, Yuhwa hanya berpendapat. Kalau Hans boleh bebas mengusulkan ide soal kekasih palsu, tentu Yuhwa juga diperbolehkan untuk mengemukakan pendapatnya soal Hans, kan?

Hans terlihat mengusap keningnya kasar, lalu berujar, "Baiklah, terserah! Aku memang berengsek. Jadi, apa kau bersedia membantu si berengsek ini?"

Apa seorang Lee Hans sang leader dari MINE baru saja memohon bantuannya?, batin Yuhwa.

Sang gadis mengangkat kedua pundak. "Ingat! Aku ikut campur bukan karena kau. Karena mau bagaimanapun, kau tetap akan menjadi seorang pria berengsek. Aku membantu hanya karena kasihan pada wanita itu," tanggapnya kemudian sembari mengambil langkah menuju pintu masuk rumah mewah Lee Hans.

"Aku tahu," sungut Hans yang mengekor di belakangnya.

***

Semuanya berjalan begitu cepat, bahkan tangan Yuhwa masih gemetar sejak pertemuannya dengan wanita cantik yang biasa ia lihat di layar lebar tadi. Sayang sekali, wajah rupawan itu harus tertutupi oleh tingkah bodohnya yang terlanjur tenggelam dalam pesona pria bengal semacam Hans.

Sekarang, entah bagaimana ia sudah berakhir di atas kursi tinggi dengan seseorang yang menyentuh kepalanya secara bebas. Saat Yuhwa diberitahu Hans bahwa dirinya akan mengalami sedikit perubahan demi keamanan identitas, Yuhwa tak pernah menduga bahwa Hans bermaksud untuk mengecat warna rambut hitam pekat yang Yuhwa miliki sejak lahir menjadi warna kuning terang yang tak berbeda jauh dengan kulit pisang.

Nyatanya, ia berubah total.

Menepuk kedua tangan, Hans berseru dari ujung pintu, "Wow! Kau berbeda sekali, Yuhwa. Tentu mereka tidak akan mengenalimu lagi."

Mungkin iya, tapi menurut Yuhwa, pamannya jelas tetap akan mengenalinya. Jadi, Yuhwa tetap harus berhati-hati meski itu artinya ia bisa sedikit bebas pergi keluar rumah Hans. Padahal Yuhwa juga tahu, maksud dari perubahan yang dilakukan Hans padanya adalah sebuah upaya agar pria itu dapat menggunakannya sewaktu-waktu. Kejadian berpura-pura menjadi kekasih Hans demi menghindari wanita lain seperti tadi misal.

"Aku rasa sudah cukup, Jo. Terimakasih banyak!"

Sang pria penata rambut mengangguk, merapikan peralatannya kemudian pergi setelah menerima sebuah tepukkan di pundak dari tangan Hans. Yuhwa tebak, pria itu adalah salah satu penata rambut yang Hans kenal. Entah dari agensi, atau di luar itu.

Yuhwa memandangi pantulan dirinya di cermin, sesekali beralih untuk melihat gerak-gerik angkuh Hans yang juga tengah memandanginya dengan wajah datar. Beberapa saat hening, pria itu lebih dulu buka mulut, "Untuk yang itu anggap saja hadiah, kau tidak perlu membayarnya. Tapi lain kali, mungkin akan kuhitung sebagai hutang. Kau perlu membayarnya di akhir."

Yuhwa memutar bola mata, cukup paham dan mulai terbiasa dengan tabiat Hans yang perhitungan dengan banyak hal. Tapi terlepas dari itu, bukankah Yuhwa juga sudah melakukan banyak hal yang sepatutnya menerima imbalan? Membersihkan tiap sudut rumah, sisa-sisa muntah Hans, kemih pria itu di dalam guci, dan masih banyak lagi. Tidak adil kalau Hans memperhitungkan hutang semaunya.

"Kalau kuhitung biaya perawatan rumah, masak untuk makanmu, dan imbalan sebagai kekasih palsu, hutangku pun akan lunas, kan?"

Hans terlihat menimbang-nimbang, meski detik selanjutnya ia mengangguk juga. "Itu artinya.. pekerjaan yang akan kau lakukan untukku juga bertambah."

Jujur, Yuhwa kurang paham dengan maksud dari bicara Hans terakhir. Tapi pria itu lebih dulu berlalu keluar ruangan setelah memberi sebuah senyuman misterius pada Yuhwa yang hanya dapat melongo di tempat kebingungan.

Apapun itu, Yuhwa harap bukan sesuatu yang buruk.

***

Kini Yuhwa mulai sedikitnya paham dengan maksud dari 'pekerjaan bertambah' yang Hans sebutkan tadi. Sang gadis berdiri mematung, memperhatikan empat orang pria dewasa di hadapannya saling melempari bantalan sofa dan nyaris membuat seisi ruangan kacau balau dengan sampah yang berserakan di atas lantai.

"Mm, ini mungkin akan sering terjadi. Tapi jangan khawatir, aku akan membantumu. Kita harus memastikan semuanya bersih sebelum mereka menyalakan kamera untuk melakukan siaran langsung," sahut Manajer Kim muncul dari balik pintu sembari menenteng tempat sampah di sebelah tangannya.

Sebelumnya Yuhwa memang sempat bertanya-tanya, siapakah orang yang akan mengurus semua kekacauan ini jika dirinya tak ada? Ternyata Manajer Kim adalah jawabannya. Berat sekali pekerjaan pria itu. Sangat merugi jika upahnya tidak seberapa.

Mengangkat kedua pundak, Yuhwa lantas tak mau buang waktu untuk segera melakukan tanggung jawabnya. Memungut sisa-sisa kemasan makanan dari atas lantai, lalu meraih penyedot debu di sudut ruangan dan memfungsikannya sebagaimana mestinya.

Ketika ia membuat kebisingan dengan benda di tangannya, salah satu dari mereka berseru, "Loh? Hans! Kemana bibi yang dulu? Kenapa sekarang asisten rumah tanggamu muda sekali? Atau ini hanya edisi khusus karena kami untuk pertama kalinya melakukan siaran langsung di rumah rahasiamu?"

Yuhwa sempat menengok, mencari tahu sosok yang baru saja bicara tentangnya meski hanya sekilas. Tentu saja! Siapa pula yang berani memampangkan wajahnya dengan jelas ketika nyatanya seluruh mata tengah memperhatikan gerak-gerik apapun yang Yuhwa lakukan. Tapi dari kecekatan mata Yuhwa, setidaknya ia dapat tahu bahwa yang baru saja bersuara adalah salah satu pria dengan rambut coklat dan tubuh kecil. Terlihat seperti yang paling muda dari antara mereka.

"Oh, benar juga! Kakak cantik sekali," tambah yang lainnya. Kali ini seseorang dengan tubuh paling kekar.

Salah satu dari mereka tertidur lelap, tidak terlalu menghiraukan apapun yang menjadi perbincangan. Sementara Hans sendiri tengah menenggak minuman kaleng, alhasil ia belum juga menanggapi. Tidak mau tahu, dan tidak mau peduli, Yuhwa sengaja menutup kedua telinganya rapat-rapat, enggan menanggapi apapun yang keluar dari mulut para idola bermuka dua di hadapannya.

Bermuka dua. Sepertinya Yuhwa menemukan sebutan yang pas untuk sekumpulan manusia semacam mereka. Manis di depan kamera, bertingkah bossy di balik layar. Tidak sekali dua kali Yuhwa mendengar mereka berkata-kata kasar, bahkan belum ada satu jam sejak tiga pria itu menginjak kaki di rumah ini. Belum lagi.. kalau ternyata bukan hanya Hans saja yang menggunakan narkoba di antara mereka.

Tapi, bukankah MINE beranggotakan lima orang? Kenapa hanya ada empat?

"Edisi khusus apanya? Ia hanya seseorang yang punya banyak hutang padaku. Bukankah aku terlalu baik membiarkannya tinggal di rumah mewah ini?" ujar Hans dengan nada sombongnya. Pria itu bahkan menyandarkan punggung sembari melebarkan kedua tangan. Gestur-gestur angkuh yang semakin membuat Yuhwa kesal melihatnya.

Pria yang berambut coklat itu bergumam takjub, lalu berucap, "Hutang sebanyak apa sampai kau rela mengorbankan nyawamu untuk tinggal di sini, kak?"

Nyaris saja tawa Yuhwa pecah mendengar itu. Karena tentu saja, ucapan pria itu ada benarnya. Menurut sang gadis Zhao juga, tinggal di rumah Hans sama saja dengan mempertaruhkan nyawa. Kasihan sekali Yuhwa, padahal ia masih muda. Sebentar lagi, kerutan di wajah Yuhwa pasti akan bertambah, akibat segala tekanan yang si arogan Hans berikan padanya.

"Sembarangan bicara kau, Yoon! Memangnya aku ini apa? Aish! Itulah kenapa orang bilang membesarkan anak tidak ada gunanya."

"Siapa juga yang kau besarkan? Kak Jihun tuh yang sedari dulu merawatku!" elak pria yang disebut Yoon itu.

Tidak ada mata yang memperhatikannya, Yuhwa mencuri kesempatan untuk mengelus dada menyabarkan diri. Ternyata, pria saat berkumpul berisik juga. Ia kira, hanya wanita yang bisa seperti itu.

"Omong-omong, bagaimana urusanmu dengan Kak Kelly?"

Baru berniat membuka satu kemasan keripik kentang lainnya, Hans mengurungkan niatnya itu ketika mendengar pertanyaan dari si pria tubuh kekar. Pria itu menghela napas rendah, kemudian mengangkat pundak seraya berujar, "Urusan mudah. Ternyata memiliki asisten rumah tangga berusia muda ada gunanya juga. Cukup bilang bahwa ia kekasihku, dan Kelly dengan mudahnya mengiyakan perintahku untuk mengaborsi bayi di dalam perutnya."

Jari telunjuk Hans terangkat, mengacung lurus ke arah Yuhwa dan membuat tubuh sang gadis semakin bergetar geram. Berapa kalipun Yuhwa mengulang ingatan itu di pikirannya, reaksinya tetap sama. Pada intinya, Hans memanglah pria berengsek.

"Woah.. hebat. Apa lain kali aku boleh meminjamnya untuk membantuku juga?"

Tangan Yuhwa mengepal erat, mencengkeram penyedot debu di tangannya sehingga buku-buku jari gadis itu memerah. Ingin sekali rasanya Yuhwa menggunakan penyedot debu itu untuk menyedot bibir Yoon, si pria yang baru saja bicara seenaknya soal Yuhwa. Memangnya mereka pikir Yuhwa adalah wanita murahan? Sudah cukup hidupnya diperlakukan buruk oleh sang paman, tidak untuk pria lain.

Tapi bagaimanapun juga, Yuhwa hanya dapat diam di tempat. Mengesampingkan emosinya, dan melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda. Bisa-bisa ia diusir dari rumah Hans jika berani macam-macam.

Yuhwa merunduk, berusaha meraih gumpalan kertas partitur di bawah meja televisi. Namun benda tersebut lebih dulu diraih oleh jari-jari lentik seseorang. Yuhwa menoleh, nyaris mengira orang tersebut adalah Manajer Kim yang baru saja kembali dari dapur. Tapi dugaannya salah.

Pria di hadapannya bertubuh tinggi, dengan rambut hitam pekat dan senyum manis. Menurut Yuhwa, tidak kalah tampan dibanding Hans. Pria itu mengulurkan tangan, memberikan gumpalan kertas ke tangan Yuhwa kemudian mengambil langkah untuk bergabung dengan empat pria lainnya di depan layar televisi.

Sembari melepas mantel pria itu berucap, "Seperti yang kita tahu, sifatmu itu memang sampah, Hans."

Jadi, apakah pria dengan senyum manis itu adalah anggota kelima dari grup MINE?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status