Sekarang memohon kembali ke Cahaya juga percuma. Mantan istrinya sudah bahagia dengan lelaki lain. Mungkin Arman bisa merelakan hal tersebut karena sebagai suami Cahaya dulu dia tidak pernah membahagiakan Cahaya justru selalu membuat Cahaya terluka. Ini adalah balasan untuknya dan Arman harus siap menerimanya."Aku memang sengaja melakukan itu, Bu. Maafkan aku hanya itu yang bisa ku katakan ke ibu!""Kenapa kamu melakukan hal yang menyakiti ibu?! Sekarang ibu minta kamu tidak perlu lagi berhubungan dengan Cahaya. Sudah cukuplah perbuatan baik kamu sama dia. Dia itu sudah menjadi mantan istri kamu dan kamu tidak punya kewajiban apa-apa lagi untuknya!"Saat Ibu mengomel Ria dan Arum hanya terdiam. Mereka tidak berani ikut campur, kalau terlalu dalam ikut campur Arman akan marah ke mereka berdua."Tugasku memang sudah selesai untuk Cahaya tetapi tanggung jawabku ke Ratu dan Rani tidak pernah selesai, Bu. Sampai mereka besar, mereka tetap anakku. Meskipun kita tidak pernah menginginkan me
PoV Cahaya"Mas, aku ikut ya undangan ke nikahan teman kantor kamu," kataku ke Mas Arman saat dia sedang duduk sambil bermain gawai. Beberapa saat aku menunggu dia berbicara. Namun, tak ada respon. Seketika ku guncang tubuh suamiku pelan. Tetapi, dia tetap serius. "Mas ... Mas ..." "Apaan sih ... Kamu ganggu aja. Aku lagi serius nih," katanya. Aku melirik suamiku yang sedang asyik memainkan gawainya. Dia sedang main game. Aku sama sekali tak mengerti apa yang dia mainkan. Namun, setiap kali main itu dia selalu marah kalau ku ganggu. "Mas, kamu selalu main handphone. Apa gak sebaiknya kamu dekat sama Ratu dan Rani. Mereka udah lima dan tiga tahun, Mas. Butuh sosok ayah," kataku kesal ke Mas Arman yang selalu saja asyik dengan gawainya. "Berisik kamu. Kerjaan kamu emang selalu ganggu kesenangan ku saja ya. Oh, tadi kamu bilang mau ikut ke kondangan temanku. Kamu bisa ngaca gak Cahaya. Wajah kamu jerawatan banyak banget. Terus itam pula. Udah gitu kamu gendut. Ngaca kamu. Aku pegaw
**PoV CahayaSetelah penghinaan demi penghinaan yang ku terima dari Mas Arman tentu saja aku sakit hati. Bagaimana bisa dia membuat runtuh hatiku. Sudah hampir tiga tahun kupendam perasaan sakit hati ini. Setelah kelahiran anak keduaku perkataannya gak bisa lagi dia jaga. Dia selalu saja menyakiti hatiku setiap hari. Selama dua tahun ini bila dia meminta hak nya sebagai suami. Mas Arman selalu mematikan lampu. Dia membiarkan penerangan padam. Saat kutanyakan alasannya membuatku mengelus dada. "Mas, kenapa lampu di matikan?" tanyaku heran."Iya, aku gak selera lihat kamu. Aku jijik lihat wajah dan badan kamu. Udah jerawatan, kamu g e n d u t lagi. Sama sekali gak selera." "Tega banget kamu, Mas. Aku ini istrimu." "Iya, kamu istriku. Tapi, jadi jelek adalah pilihanmu. Makanya kamu berubah cantik dong!" "Mana uangnya. Kamu cuma suruh aku berubah cantik tapi kamu sama sekali gak bertanggung jawab terhadap ucapan kamu. Yang kamu cukupkan cuma keluargamu sedangkan aku hanya cukup di b
Sebening Cahaya Cinta bag 3. **Aku terperanjat ketika mendengar ucapan Mas Arman yang bertanya tentang menikah lagi. Dalam hati aku menertawakan dia. Bagaimana mungkin dia bisa menikah lagi kalau satu istri saja dia tidak bisa memenuhi kewajibannya. "Menikah lagi? Kamu sadar gak dengan yang kamu ucapkan?" tanyaku. "Sadar 100%. Kamu kan tahu kita juga jarang berhubungan badan. Maafkan aku ya, Cahaya. Entah kenapa aku merasa hambar. Aku nggak tahu dulu aku menikahi kamu karena apa. Apakah karena benar-benar cinta atau enggak. Melihat penampilan kamu kayak gini hatiku rasanya pudar." Aku sedih mendengar ucapannya yang begitu menyakitiku. Dulu dia mengatakan kepadaku dia mencintaiku sebelum kami menikah tapi apa buktinya sekarang dia secepat itu membalik perkataannya dan berkata dia tidak ada rasa kepadaku. Dia hambar denganku apakah karena penampilanku yang semrawut. Saat meminta tambahan yang Mas Arman tak akan mau memberikan. Dia cuma memberikan uang buat ku dan anak-anak hanya sa
SEBENING CAHAYA CINTA 4. **PoV Cahaya. "Cahaya, kamu barusan pegang handphone aku ya? Ini terasa panas, nggak mungkin kalau nggak kamu pegang. Udah berapa kali ku bilang sama kamu. Jangan pernah pegang handphone ku karena aku nggak suka!" Aku tersentak saat Mas Arman bangun. Dia segera mengambil gawainya diatas nakas. "Enggak, kok. Tapi, kalaupun aku pegang sebenarnya kan nggak masalah. Bukankah kamu suami ku. Nggak ada rahasia dan nggak ada yang ditutup-tutupi dari suami istri!" kataku ke Mas Arman. "Manusia hidup itu perlu privasi. Ngerti kamu! Jadi aku minta sama kamu. Kamu jangan berani pegang handphone ku karena itu adalah privasi ku dalam bekerja!" Mas Arman mencoba mencari pembenaran atas apa yang dia katakan. Entah kenapa rasanya hatiku tidak sakit lagi, lebih ke hambar. Aku sudah sering dihina oleh suamiku sendiri dengan perkataan yang tidak pantas. Seharusnya suami memberikan pujian kepada istrinya agar istrinya semangat mengerjakan pekerjaan rumah dan semangat merias
SEBENING CAHAYA CINTA 5. **"Ibu kasih aja baju-baju bekas Ibu, Arum dan Ria nanti aku belikan Ibu baju baru dan skin … Skincare," kata Mas Arman pada Ibu sekaligus melirikku. Rasanya saat itu ketika suamiku mengatakan hal demikian, aku nggak tahu lagi bagaimana perasaanku. Tentu saja aku sakit hati. Bagaimana mungkin dia bisa memberikan ku baju bekas sementara keluarganya lebih diprioritaskan diberikan baju baru sekaligus skin care segala. "Kamu ini bagaimana sih, Mas kenapa kamu malah memberikan aku baju bekas mereka. Bukankah aku istrimu. Sebagusnya kalau kamu memang bisa memberikan keluargamu yang terbaik pakaian baru dan skin care. kamu juga harus bisa kasih aku!" kataku kesal. Walau mereka akan belanja di tokoku tetap saja aku gak suka sikap Mas Arman. Aku memang harus kasih pelajaran dia untuk menghargai istri. Aku gak suka dia seperti ini. Selalu saja seperti ini gak menghargai aku sebagai istri. Padahal aku sudah berkorban untuknya. "Cahaya, sebaiknya kamu sadar diri. Ka
SEBENING CAHAYA CINTA 6. **PoV Cahaya Aku bingung mau datang lagi ke Kantor di mana Mas Arman bekerja, aku pernah datang ke sana dan tidak sengaja berpapasan dengan dirinya. Saat itu dia melongo melihat ku dan aku takut hal itu akan terulang lagi. Bagaimana kalau aku tidak bisa mengontrol diriku dan aku akhirnya ketahuan. Jujur saja aku masih nyaman seperti ini. Aku ingin Mas Arman tidak tahu dulu aku itu siapa. Bila waktunya maka dia akan tahu dengan sendirinya. "Cahaya, kamu kenapa?" tanya Mbak Rahma. "Cahaya ..." Aku tersentak saat Mbak Rahma memanggilku. "Eh, ya, Mbak." "Kamu kenapa?" tanyanya heran. "Gak apa kok, Mbak. Ya udah kalau mau pergi. Kita ke sana aja," kataku. Aku kebingungan saat itu. Aku mengikuti saja Mbak Rahma pergi ke kantor suaminya. Mbak Rahma lalu melajukan mobilnya membelah jalan raya. Di dalam mobil, aku berusaha mengatur nafasku serta berusaha meyakinkan diri sendiri kalau aku bisa berakting dengan bagus agar Mas Arman bisa menerima pelajaran yan
SEBENING CAHAYA CINTA 7**PoV Cahaya. Jujur saja saat itu aku kaget ketika Angela mengatakan kepadaku kalau dia adalah kekasih suamiku. Aku pikir hubungan mereka masih teman biasa dan sekedar TTM tetapi hubungan mereka ternyata lebih dari itu. Aku kecewa dan nggak nyangka Mas Arman tega menghianati ku. Apakah karena penampilanku yang kurang bagus dan selalu dihina-hinanya sampai dia berpaling kepada wanita lain?Kenapa dia nggak bisa bersabar memiliki istri seperti ku dan justru memberikan penghasilannya kepada wanita lain yang tidak ada hubungan apa-apa dengannya. Wanita itu yang menganggap dia sebagai kekasihnya. Sedangkan aku adalah istrinya. Aku sama sekali nggak menyangka kalau Mas Arman begitu tega menghianati ku. Tapi aku berusaha tegar dan berusaha untuk tidak terkejut. Walaupun kenyataannya aku kaget degup jantungku kuusahakan untuk tidak berdetak lebih kencang, masih banyak permasalahan yang harus aku hadapi setelah ini. Permasalahan sekarang bagaimana menyingkirkan Mas