SEBENING CAHAYA CINTA 8. KLIK SUBSCRIBE YA KAK SEBELUM MEMBACA 🥰BACA JUGA CERITA ON GOINGKU JUDULNYA RUMAH BARU MANTAN ISTRIKU 🙏**"Iya, Cahaya saya lupa kalau kamu dulu seperti ini. Sudah enam bulan berlalu. Rasanya masih gak percaya sama penampilan kamu sekarang. Kamu jauh beda." Aku tertawa ringan. Akhirnya Mbak Rahma ingat kembali kalau 6 bulan lalu aku tidak seperti ini. Masa dia bisa lupa dengan diriku. "Aku udah kurusan, Mbak. Bukan perempuan enam bulan lalu yang Mbak temui. Tetapi, makasih karena Mbak Rahma mau membantuku jadi aku bisa berubah drastis." "Alhamdulillah, kamu orang yang bisa dipercaya dan diandalkan. Makanya saya mau bantu kamu. Karena kamu juga saya dapat keuntungan penjualan dan kita sama-sama beruntung." Aku teringat enam bulan lalu di saat aku dan anak-anakku sedang suntuk. Kami bertiga berjalan-jalan ke Mall karena gak tau mau berjalan-jalan ke mana. Hanya lihat-lihat saja kedua putriku sudah sangat senang. Maklumlah Mas Arman gak pernah mengajak
SEBENING CAHAYA CINTA 9. **SEBELUM MEMBACA JANGAN LUPA DUKUNG DENGAN SUBSCRIBE YA KAK. BIAR MAKIN SEMANGAT UPDATE NYA. 🙏Malamnya seperti biasa. Aku tidur di kamar Ratu. Kedua putriku sudah terlelap. Sebelum aku tidur. Kucium keduanya dengan penuh kasih sayang. Meminta maaf dalam lelap mereka kalau aku mungkin belum jadi Ibu yang baik untuk keduanya. Anakku sungguh baik. Apalagi Rani sekarang sudah paud dan Ratu kelas 1 SD. Walau tak dekat dengan Mas Arman. Mereka legowo dan sekarang tak terlalu menuntut ke Ayah mereka. Aku membuka gawaiku. Kulihat ada komentar di akun fake ku sebagai Ayu. Dia dari suamiku, Mas Arman. Kulihat juga massenger. Dia melambaikan tangan padaku. Aku mendengkus kesal. Dia harus kukerjai terlebih dahulu. [Ternyata kita berteman ya, Ayu.] katanya sok kenal dan sok dekat di massenger. Suamiku ada di kamar sebelah. Ternyata dia belum tidur. [Siapa ya?] kataku. [Semudah itu aku di lupakan. Yang tadi di kantor. Kamu lupa?][Oh, Pak Arman pacarnya Angela?]
SEBENING CAHAYA CINTA 10**"Kamu serius, Mbak? Kamu mau tinggal di mana sekarang?" tanya Fikar saat aku sudah sampai di toko sekaligus studio kami. Di sini kami memasarkan produk kecantikan dan menjual pakaian juga. Karyawan sedang sibuk membungkus untuk di pasarkan. Aku dan Fikar berbicara berdua. Anakku masih sekolah. Rani sudah paud. Kebetulan Paud tak jauh dari tokoku. "Iya, Mbak sangat serius. Bagaimana mungkin bisa bertahan dengan lelaki yang tega ngasih makan mie instan. Sudah seminggu lebih gak kasih uang belanja. Selama uang habis. Mbak pakai tabungan buat makan. Terkadang Mas Arman juga ikut makan. Di mana pikiran dia! Belum lagi selalu ngasih lungsuran Ibu dan adik-adiknya. Sakit hati, Mbak!" kataku kesal. Rasanya aku gak bisa lagi menangis. Sudah habis air mataku untuk yang dulu-dulu. Aku benar-benar b o d o h akibat terlalu percaya sama mas Arman. "Iya, aku mengerti perasaan Mbak memang seharusnya Mbak keluar dari rumah itu dan meninggalkan laki-laki seperti Arman.
SEBENING CAHAYA CINTA 11.**"Jadi kamu mau mempertimbangkan aku, Ayu?" tanya Arman ke Cahaya. Lelaki itu sama sekali gak sadar kalau Ayu adalah Cahaya. Cahaya sangat pintar memanipulasi pikiran Arman. Apalagi Cahaya sekarang memakai kawat gigi disertai kulit putih bersih sama sekali Arman tidak menyangka kalau istrinya bisa secantik itu. Dia malah mengira orang lain. "Ya, tergantung sikap kamu sama aku. Bukankah seorang pria itu dinilai bagaimana dia sukses atau tidak untuk mendapatkan wanita yang tepat. Maka kamu juga harus menunjukkan jati diri kamu." "Baiklah, aku akan memberikan yang terbaik buat kamu." "Aku akan tunggu perkataan kamu. Apakah benar-benar kamu jalankan atau tidak untuk mendekatiku," kata Cahaya. Arman mengangguk. Dia merasa senang sekali. Tiba-tiba gawai Cahaya bergetar. Ada panggilan dari Mbak Rahma. "Assalamualaikum, Mbak." "Waalaikumsalam, kamu di mana. Mbak udah di Toko. Mau ketemu anak kamu," katanya. "Oh, aku juga dekat kok. Sebentar lagi aku ke sana
"Cahaya. Kenapa sih kamu harus tinggal di ruko ini? Kamu berantem sama suami kamu? Beberapa waktu yang lalu kamu bilang kalau suami kamu Arman. Jujur aja, Mbak kaget." "Iya Mbak Rahma aku udah nggak cocok lagi sama dia. Kayaknya aku nggak sanggup jadi istrinya. Aku akan mengirimkan surat perceraian kepada Mas Arman dan tekadku sudah bulat untuk bercerai darinya." "Kamu sabar ya, Cahaya. Semoga Allah memberikan pengganti yang jauh lebih baik dan kamu bisa strong bersama anak-anak kamu. Kalau suami seperti Arman itu memang harus ditinggal. Apa lagi dia ngaku pacaran sama Angela di belakang kamu. Mbak aja kesel melihatnya." "Iya, Mbak. Nggak ada inisiatif sama sekali justru dia menghubungiku untuk memarahiku. Aku dianggap seperti babu oleh keluarganya. Aku lelah. Aku sudah mendaftarkan surat perceraian kami. Mungkin akan datang ke dia sebentar lagi. Bagaimana dengan mbak sendiri? Apakah udah periksa ke Dokter tentang kesehatan, Mbak yang baru-baru ini Mbak ngomong sering lupa? Kesehat
SEBENING CAHAYA CINTA 12. **Arman merebahkan dirinya di kasur. Kata Ibunya, Ayu tadi mirip seseorang. Dia juga merasa demikian. Seperti sudah lama mengenal. Tapi dia bingung siapa. Lelaki itu lalu mengambil undangan perceraian. Dia akan mengakhiri ini semua dengan Cahaya. Tiba-tiba gawainya bergetar. Panggilan dari Angela. Arman mendesah. Sekarang dia bingung, bagaimana mengakhiri hubungan dengan Angela. Wanita itu menggebu-gebu terus ingin di perhatikan. Dengan malas Arman mengangkat teleponnya. "Mas, lagi apa? Kamu kok jadi dingin gini sama aku. Kamu seperti ngejauhi aku. Di kantor juga begitu. Salah aku apa?" kata Angela dengan suara mendayu."Maaf, Angel. Aku lagi pusing menghadapi problematika rumah tanggaku. Bukankah kamu tahu kalau aku sudah menikah dan hubunganku sedang kurang baik dengan istriku." "Kamu bilang kalau kamu udah mau bercerai dan nggak ada lagi problematika. Sekarang kenapa kamu ngomong kayak gini. Sebenarnya hubungan kamu tuh gimana sih sama dia. Kamu mau
Di Puskesmas Rahma di periksa. Kondisinya tiba-tiba drop dan di pasang selang infus. Kata Dokter umum tekanan darahnya rendah makanya dia pingsan. Rahma sudah sadarkan diri. Cahaya mendekati. Dia gak bisa menghubungi keluarganya karena gawainya menggunakan kunci. "Mbak, Bagaimana keadaan, Mbak. Mbak Sebenarnya sakit apa? Beberapa waktu yang lalu Mbak juga bilang kalau lagi sakit. Aku khawatir sekali. Sekarang aku nggak bisa menghubungi keluarga, Mbak. Ini gawai Mbak Rahma coba tolong Mbak Rahma telepon mereka biar nggak khawatir," kata Cahaya. Rahma dengan lemah menerima gawainya tersebut kemudian dia mencoba untuk membukanya setelah dibuka dia memberikan lagi ke Cahaya. "Kamu tekan aja nomor ini. Ini adalah nomor suamiku. Kamu bisa segera menghubunginya. Maaf kondisiku sangat lemah dan benar-benar pusing Mbak minta tolong sama, Cahaya," lirih Rahma pelan. Cahaya melakukan instruksi Rahma. Dia menghubungi Pras. Suami Rahma. "Halo, Sayang. Kamu di mana?" "Maaf, Pak. Saya bukan Mb
SEBENING CAHAYA CINTA 13. **PoV Cahaya Aku tersentak saat Angela datang. Segera ku simpan kalung yang di berikan Mas Arman padaku. Tentu aku gak mau Angela mengambilnya. "Apa-apaan kamu, Mas?! Jadi ini alasan kamu menghindar dariku!" katanya. "Angela, kamu apa-apaan!" kata Mas Arman. "Kamu yang apaan! Kamu udah sulit kuhubungi dan kamu jalan sama dia. Ini selingkuhan kamu?!" katanya sengit. "Heh, dasar perempuan pelakor. Kamu sadar gak siapa yang kamu rebut!" Angela bagaikan singa betina yang mengamuk. Sungguh aku takut. Padahal dia yang pelakor. Enak sekali dia menuduhku. "Siapa? Kamu istrinya? Enggak, 'kan?" kataku berusaha santai. "Kurang ajar kamu!" Dia hendak mengamuk dan menyakitiku. Namun, Mas Arman berusaha merelai dengan ada di depanku. "Angela. Apaan kamu. Jangan sakiti Ayu!" "Oh, jadi kamu lebih pilih perempuan pelakor ini dari aku?!" katanya melotot.Aku berusaha tenang. Mau melihat sampai di mana Mas Arman memilihku. Tentu apa yang terjadi menjadi bahan gibah