Babas baru saja sampai di rumahnya. Ia mengusap kepala belakangnya yang tak gatal. Hari ini ia baru saja selesai rapat besar dengan karyawannya setelah seminggu yang lalu ia meresmikan perusahaannya.
Perusahaan yang Babas kejar yaitu bermain di bidang perhotelan dan pariwisata. Karena itu rapat hari ini begitu sangat panjang karena seminggu lagi akan libur anak sekolah.
Ia dan Timnya sedang menentukan konsep terbaik untuk mereka tampilkan pada liburan kali ini.
"Sayang.." teriak Bastian saat menemukan rumah sangat sepi.
Babas melangkah semakin masuk ke dalam, dan kembali berteriak memanggil Ara. Namun lagi-lagi tak ada jawaban dari istrinya itu.
"Kemana Ara?" gumamnya. Ia melirik jam yang melingkar di tangannya, "Jam sembilan malam.." lanjutnya bergumam.
Babas merasa tak nyaman dengan suasana seperti ini. Biasanya jika ia pulang bekerja, Ara akan senantiasa menyambutnya. M
WARNING!CERITA BUKAN CERITA ANAK-ANAK. JADI YANG BELUM CUKUP UMUR, HARAP MENJAUH..^^******Ara terbangun dari tidurnya. Ia merasakan seluruh badannya serasa remuk. Khususnya dibagian kemaluannya.Ia mencoba memfokuskan kesadarannya, dan melirik kesekeliling ruangan yang nampak sangat asing baginya.Aksi mencari tahu yang Ara lakukan harus terhenti karena sebuah pergerakan dari samping.Dengan cepat, Ara melihatnya dan betapa terkejutnya ia saat mendapati seorang pria yang ia tahu bernama Bastian tengah tidur nyenyak tanpa atasan di sebelahnya.Jantungnya bergemuruh cepat. Otaknya mendadak kacau. Ia memikirkan sebuah kejadian yang tak beberapa selang langsung terlintas bagaikan roll film di otaknya.Mulai dari ia dihubungi oleh Bastian, pria itu mabuk, sampai terjadi sebuah...Aawww.. Sakit Bas..Sabar, aku akan pelan...Aagghhh.. Bas
Pernikahan yang suci itu baru saja dilaksanakan. Tamu undangan menikmati acara tersebut dengan baik. Canda tawa selalu bersemi dan tak lepas dari mereka.Namun berbeda dengan para undangan, kedua mempelai justru tak menampakkan sedikit pun wajah bahagia mereka. Khususnya Ara sang mempelai wanita.Pernikahan secara terpaksa yang mereka lakukan lantaran Bastian ,pria yang baru saja menikahinya sudah merusak hidupnya dan mengambil kehormatan yang sudah ia jaga selama ini.Menyesal?Sungguh ia sangat menyesal, namun apa boleh buat. Jika tak menikahi Bastian, ia tak yakin akan ada pria lain yang mau menikahinya lantaran ia sudah tak perawan lagi.Ingin menangis meratap, namun Ara tak mampu. Ingin berteriak kencang, suaranya seolah tertahan hanya sampai tenggorokannya. Dadanya sesak, cincin yang tersemat di jari manisnya, tak tahu fungsinya apa.Ara menatap Bastian yang tengah berbincang dengan teman-teman kantor Bastian. Setelah kedatangan teman-temann
Cerita ini aaku ambil alih ya semuaaa.. pasti udah dapat kabar ddari Sky Of Love kan..^^jadi untuk kedepannya, cerita ini aku yang ambil lanjutkan..tenang, nggak bakalan melenceng kok dari yang Sky mau. ****** Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE
Bastian memijit pundaknya pertanda ia sudah lelah. menyibukkan diri di tempat kerja dan cafe membuat waktu Babas tersita sangat banyak. namun sebenarnya ia sengaja melakukan itu semua agar tak terlalu mono dan diam.Hari ini ia juga sudah menemui Tian untuk membicarakan kontrak kerja pembukaan cabang ke perusahaan Tian yang ada di Padang.ia meminta Tian untuk memberinya izin kalau biar saja cabang itu dia yang mengurus, setidaknya selama sebulan ia tak ada di Jakarta, namun keinginannya ditolak mentah-mentah oleh Tian. jadilah ia memilih lanjut ke Cafe.sekarang Babas sudah menginjakkan kaki lagi di rumahnya, rumah dimana di dalamnya ada Ara, wanita yang baru ia nikahi tiga hari yang lalu.entah kenapa ia tak bisa menerima Ara ada dalam hidupnya. ia tahu kejadian malam itu adalah sebuah insiden yang tak ia harapkan terjadi, tapi mau bagaimana lagi.Ara juga salah menurutnya, karena wanita itu mau saja diminta datang dan saat itu hany
Aku melirik cermin di kamar tamu yang kini aku tempati. "Sialan, jejak tangannya benar-benar membuatku kesal.." gumamku sambil menyentuh pipiku yang memerah akibat tamparan dari Naima.Walaupun Ara membalasnya kembali, namun sikap Babas yang lebih membela Naima membuat Ara kesal. Ia tak habis pikir, siapa sebenarnya yang berhak atas Babas.BAAAMM..Suara keras bantingan pintu membuat Ara terkejut.Ara segera melirik ke arah pintu, di sana ia menemukan Bastian dengan wajah murka dan sekarang Babas tengah mendekatinya."Minta maaf pada Naima!" perintah Babas dingin.Cih! Tak akan sudi, batin Ara membalas."Kau dengan aku? Minta maaf pada Naima!""Harusnya dia yang melakukan itu.." balas Ara dingin."Apa?""Harusnya dia yang minta maaf padaku karena secara hukum dan agama aku, adalah istrimu.." lanjut Ara sambil menatap mata Nanas lirih."Cih! Istri? Kau pikir aku menganggapmu istri?"Ara
Seperti yang diperintahkan Tian, Selama Tian belum kembali, Ara diminta untuk tetap berada di rumahnya bersama Riani. Sebenarnya tujuan Tian membiarkan Ara di sana juga ada, yaitu menjaga Riani sampai ia kembali."Hei...udah mendingan?" Riani memukul pelan pundak Ara yang saat itu tengah bermenung di kursi lipat yang ada di pinggiran kolam berenang Rumah Riani.Ara tersenyum, ia meraih minuman dingin yang Riani sodorkan padanya."Aku tak apa Ri.." jawab Ara singkat dan masih sama yaitu tersenyum."Kamu nggak bisa bohong dari aku. Kamu bisa jujur. Sebenarnya kamu suka sama Bastian kan?" tebak Riani namun masih dalam memancing Ara dengan sebuah pertanyaan.Ara menundukkan wajahnya lesu lalu menggeleng. Ia tak menjawab 'iya' ataupun 'tidak'. Hanya saja hembusan nafas Ara meyakinkan Riani jika Ara sudah menyukai Bastian bahkan sebelum mereka menikah.Mungkin karena intensitas pertemuan keduanya yang sering. Apalagi Bastian yang mem
Tian baru saja sampai di rumah Babas. Saat masuk gerbang, pria itu melihat mobil Damian dan mobil yang tak ia kenal terparkir di sana.Tian berjalan menuju pintu masuk lalu menekan bel. Tak lama kemudian, pintu terbuka dan memunculkan sosok gadis yang ia kenal. Gadis yang sebenarnya tak diharapkan muncul di kehidupan Babas lagi, namun harapannya tak dikabulkan.Naima.Gadis yang tak ingin ia temui itu kini ada di hadapannya."Tian?? Ya Ampuuunn, aku kangen banget.." Naima berhamburan masuk ke dalam pelukan Tian. Namun sebisa mungkin Tian berusaha melepaskannya.Dari belakang Naima, Tian bisa melihat Babas. Ia menatap Bastian tajam.Dengan sedikit kasar, Tian menghentakkan lengan Naima membuat Naima terkejut."Tian.. Kok kasar banget.." rajuk Naima."Sorry, gue punya istri.." ucap Tian sambil menatap Babas.Babas yang mendengar pernyataan Tian itu sadar sangat sadar jika dirinya tengah disindir Tian.
Sudah setengah jam Ara berdiri di luar rumahnya dan masih belum ada keinginan untuk masuk ke dalam.Bahkan supir Tian yang mengantarnya tadi sudah kembali.Ia masih ragu untuk masuk ke dalam. Walaupun jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam dan di luar juga terasa begitu dingin.Ara menarik nafas dalam. Ia menatap langit yang tak berbintang. Sepertinya malam ini hujan akan turun.Tak mungkin berlama di luar,Ara pun mulai melangkah masuk. Dengan hati-hati ia membuka pintu rumah. Beruntung pintunya tak di kunci.Ia mengendap masuk dan menutup pintu kembali tanpa mengeluarkan suara sedikit pun.Ia segera menuju ke kamar tamu, namun langkah Ara terhenti saat melihat televisi masih menyala.Ara heran kenapa layar besar tersebut masih hidup padahal sudah malam begini. Jika Babas? Ia tak yakin Bastian betah di luar jika dirinya ada.Dengan penasaran, Ara mendekat ke arah sofa dan betapa terkejutnya ia saat mendapati Ba