Aku melirik cermin di kamar tamu yang kini aku tempati. "Sialan, jejak tangannya benar-benar membuatku kesal.." gumamku sambil menyentuh pipiku yang memerah akibat tamparan dari Naima.
Walaupun Ara membalasnya kembali, namun sikap Babas yang lebih membela Naima membuat Ara kesal. Ia tak habis pikir, siapa sebenarnya yang berhak atas Babas.
BAAAMM..
Suara keras bantingan pintu membuat Ara terkejut.
Ara segera melirik ke arah pintu, di sana ia menemukan Bastian dengan wajah murka dan sekarang Babas tengah mendekatinya.
"Minta maaf pada Naima!" perintah Babas dingin.
Cih! Tak akan sudi, batin Ara membalas.
"Kau dengan aku? Minta maaf pada Naima!"
"Harusnya dia yang melakukan itu.." balas Ara dingin.
"Apa?"
"Harusnya dia yang minta maaf padaku karena secara hukum dan agama aku, adalah istrimu.." lanjut Ara sambil menatap mata Nanas lirih.
"Cih! Istri? Kau pikir aku menganggapmu istri?"
Ara
Seperti yang diperintahkan Tian, Selama Tian belum kembali, Ara diminta untuk tetap berada di rumahnya bersama Riani. Sebenarnya tujuan Tian membiarkan Ara di sana juga ada, yaitu menjaga Riani sampai ia kembali."Hei...udah mendingan?" Riani memukul pelan pundak Ara yang saat itu tengah bermenung di kursi lipat yang ada di pinggiran kolam berenang Rumah Riani.Ara tersenyum, ia meraih minuman dingin yang Riani sodorkan padanya."Aku tak apa Ri.." jawab Ara singkat dan masih sama yaitu tersenyum."Kamu nggak bisa bohong dari aku. Kamu bisa jujur. Sebenarnya kamu suka sama Bastian kan?" tebak Riani namun masih dalam memancing Ara dengan sebuah pertanyaan.Ara menundukkan wajahnya lesu lalu menggeleng. Ia tak menjawab 'iya' ataupun 'tidak'. Hanya saja hembusan nafas Ara meyakinkan Riani jika Ara sudah menyukai Bastian bahkan sebelum mereka menikah.Mungkin karena intensitas pertemuan keduanya yang sering. Apalagi Bastian yang mem
Tian baru saja sampai di rumah Babas. Saat masuk gerbang, pria itu melihat mobil Damian dan mobil yang tak ia kenal terparkir di sana.Tian berjalan menuju pintu masuk lalu menekan bel. Tak lama kemudian, pintu terbuka dan memunculkan sosok gadis yang ia kenal. Gadis yang sebenarnya tak diharapkan muncul di kehidupan Babas lagi, namun harapannya tak dikabulkan.Naima.Gadis yang tak ingin ia temui itu kini ada di hadapannya."Tian?? Ya Ampuuunn, aku kangen banget.." Naima berhamburan masuk ke dalam pelukan Tian. Namun sebisa mungkin Tian berusaha melepaskannya.Dari belakang Naima, Tian bisa melihat Babas. Ia menatap Bastian tajam.Dengan sedikit kasar, Tian menghentakkan lengan Naima membuat Naima terkejut."Tian.. Kok kasar banget.." rajuk Naima."Sorry, gue punya istri.." ucap Tian sambil menatap Babas.Babas yang mendengar pernyataan Tian itu sadar sangat sadar jika dirinya tengah disindir Tian.
Sudah setengah jam Ara berdiri di luar rumahnya dan masih belum ada keinginan untuk masuk ke dalam.Bahkan supir Tian yang mengantarnya tadi sudah kembali.Ia masih ragu untuk masuk ke dalam. Walaupun jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam dan di luar juga terasa begitu dingin.Ara menarik nafas dalam. Ia menatap langit yang tak berbintang. Sepertinya malam ini hujan akan turun.Tak mungkin berlama di luar,Ara pun mulai melangkah masuk. Dengan hati-hati ia membuka pintu rumah. Beruntung pintunya tak di kunci.Ia mengendap masuk dan menutup pintu kembali tanpa mengeluarkan suara sedikit pun.Ia segera menuju ke kamar tamu, namun langkah Ara terhenti saat melihat televisi masih menyala.Ara heran kenapa layar besar tersebut masih hidup padahal sudah malam begini. Jika Babas? Ia tak yakin Bastian betah di luar jika dirinya ada.Dengan penasaran, Ara mendekat ke arah sofa dan betapa terkejutnya ia saat mendapati Ba
Sinar mentari masuk melalui celah gorden kamar Ara yang tak tertutup rapat. Ia menggeliat meregangkan tubuhnya untuk sedikit mencari kesegaran.Cuaca sudah tak sedingin semalam, bahkan pagi ini mentari pagi terasa hangat mengganti udara di kamarnya.Ara menyibakkan selimut tebal yang hanya menutupi tubuhnya setengah saja.Ia meraba pinggiran bantalnya guna mencari ponsel yang semalam ia letakkan di sana.Setelah mendapatkannya, Ara segera mengaktifkan layar dan melihat jam di sana."Haaahh..masih jam tujuh.." gumamnya.Namun ia harus segera bangun. Karena perutnya juga tengah keroncongan. Dengan sedikit malas, Ara turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi.Ia ingin mandi air dingin pagi ini biar rasa segar semakin menyejukkan perasaannya.Setelah mandi, Ara langsung berjalan menuju lemari pakaian dan meraih gaun tidur yang ia beli kemaren. Sebenarnya gaun itu bisa di pakai di rumah dan tak harus untuk tid
Ara baru saja selesai latihan untuk hari ini. Hari ke sembilan dari seratus hari yang ia tetapkan sebelum ia bertanding.Ara duduk di sudut dinding untuk beristriahat sejenak. Ia sungguh kelelahan karena nyaris tiga jam nonstop ia latihan. Bahkan pelatihnya pun dibuat geleng-geleng kepala."Hai Ra.." sapa seseorang padanya.Ara yang tengah minum langsung menghentikan kegiatannya dan melihat siapa yang menyapa.Lelaki itu ternyata Raka, rekan satu tim nya dan juga satu warna sabuk."Oh Ka? Sejak kapan di sini?" Tanya Ara sedikit basa basi."Barusan.." jawabnya. Raka melihat Ara yang nampak kelelahan.Sebenarnya Raka penasaran apa asalan Ara mengambil perlombaan ini. Bukannya Ara baru saja menikah dan juga perlombaan ini sangat berbahaya. Apa tak ada larangan dari suaminya?"Ra...gue boleh tanya nggak? Tapi agak pribadi.." Ucap Raka yang sudah duduk di sebelah Ara.Ara melirik Raka sejenak lalu mengangg
"Kau ingin aku membuatmu medesah?"Aagghh...Bastian mencubit ujung dada Ara membuat istrinya itu memekik."Babas?" teriak Ara berang."Kenapa? Bukannya tak ada halangan lagi untuk kita bercinta?"Deg!Ara tediam. Ia tak bisa bereaksi apapun. Apa maksud ucapan Bastian barusan? Apa suaminya ini sudah menerimanya?"Ba..Babas?" Ara mendadak gugup. Jantungnya serasa tengah berdebuh kencang.Ara melirik tepat di pupil mata Babas. Namun ia hanya melihat tatapan kosong di sana. Kosong dan hanya diisi oleh gairah semata."Ba..Babas aku..""Kau ingin ini kan? Kita lakukan.." Bastian langsung melumat bibir Ara, ia tak membiarkan Ara menjawab ucapannya sedikitpun.Jemari Bastian dengan aktif bergerak mengurai rambut Ara yang hitam panjang, menyisirkan jemarinya di sana dan menahan kepala Ara untuk tak dielakkan oleh wanita itu.Ciuman itu semakin lama semakin panas. Ara bahkan sampai kewalahan dan
Ciuman itu masih saja panas. Dan tak ada yang tahu sudah berapa lama ciuman itu terjadi. Jika bisa Ara menebak, ini sudah lebih dari lima menit. Kenapa mereka ciuman selama ini, dan seperti ia melihat Babas candu dengan bibirnya.Ara yang mulai kesal, seketika langsung memukul Babas kuat membuat Babas mengaduh."Apa-apaan kamu..?" tanya Babas kesal."Lima menit berlalu dan kita hanya ciuman?" geram Ara.Ara langsung mendorong Babas menjauh dan langsung berjalan keluar dari kamar. Saat langkah Ara baru mencapai setengah anak tangga, ia ditarik oleh Babas yang membuatnya langsung terduduk di pijakan anak tangga tersebut."Kalau kau ke sini hanya untuk menciumku, maaf ini sudah perih.." ucap Ara kesal. Ia menepis dan sedikit mendoro Babas untuk menjauh.Sampai di bawah Babas lagi-lagi menahan gerak Ara. Namun tidak di dudukkan di lantai lagi, ia membawa Ara menuju pantri dapur dan mendudukkan Ara di sana.Babas mengangkat k
Ara merealisasikan ucapannya. Ia tak ingin dipermainkan Babas lagi. Walaupun pernikahsnnya baru hitungan minggu, tapi Babas tak pernah menghargainya. Jadi sekarang, biarkan ia mencari cinta sendiri diluar sana.Malam ini ia ada janji makan malam dengan Raka. Sepertinya mulai membuka hati pada Raka bukan hal buruk. Dan Ara akan memulainya hari ini.Ara sudah siap dengan penampilannya malam ini. Ia yakin Raka akan semakin tertarik padanya.Memperhatikan dirinya sejenak di cermin, Ara pun bergumam kata 'sempurna' lalu keluar dari kamar.Saat keluar, ia mendapati Babas tengah berdua dengan Naima. Mereka tampak begitu mesra. Naima yang tengah menyuapi Babas makanan buatan gadis itu.Kehadiram Ara membuat aktivitas keduanya terganggu.Babas seketika menatap Ara dari atas sampai bawah, "Kau mau kemana malam-malam begini?" tanya Babas sambil terus memperhatikan penampilan Ara yang memang terlihat cantik."Aku pergi makan malam d