Tidak menyukai dinikahkan paksa oleh ibu tirinya dengan pria desa yang tidak memiliki masa depan jelas, Keysa Andini justru merasakan hal baru yang tidak diduganya sejak ia dan Steven, suaminya yang berusia lebih muda, mulai tinggal bersama. Keysa yang bermaksud ingin segera menceraikan Steven, mulai merasakan kenyamanan dalam kehidupan bersama yang mereka lalui hingga mengganggu pendirian awalnya itu. Selain menemukan banyak hal menarik dari pria itu, Keysa juga mendapat kejutan besar tak terduga yang nantinya akan mengubah masa depannya.
View MoreHai, Reader… Author mengucapkan terima kasih banyak dengan sepenuh hati atas kesabarannya saat menantikan setiap episode lanjutan selama dua bulan ini. Semua dukungan, komentar dan ulasan yang sudah kalian berikan adalah penyemangat bagi Author ketika menyelesaikan keseluruhan cerita ini, tentu saja itu sangat berarti dan tak akan pernah terlupakan. Terima kasih yang tak terhingga untuk semua Reader di mana saja berada, yang sangat Author kasihi, karena tetap setia meluangkan waktu dan segalanya untuk membaca karya pertama Author hingga di akhir cerita. Walau sebenarnya cerita ini masih sangat jauh dari kata sempurna, Author berharap semoga novel “Hidup Bersama Yang Tak Terduga!” dapat tetap melekat dan memberikan kesan di hati para Reader. Akhir kata, dengan tak henti-hentinya Author berterima kasih kembali kepada semua Reader yang tetap bersedia meluangkan waktu menemani dan memberikan semangat baik berupa dukungan vote, komentar, dan ulasan di karya-karya Author yang berikutnya.
“Hais… bisakah tidak mengatakannya selantang itu?” protesku pada Bertha. Bukannya aku pelit, hanya saja pertanyaannya tadi membuat sekumpulan ibu-ibu penggosip yang sejak tadi sibuk menjelek-jelekkan salah satu teman mereka —yang sepertinya sedang tidak berkumpul dengan mereka—, sekarang menoleh ke arahku. Bertha dan Karin tertawa terbahak melihat reaksiku, aku tahu mereka sengaja melakukannya karena merasa sedikit kesal dengan obrolan ‘tinggi’ ibu-ibu sosialita itu, terutama saat membicarakan teman mereka yang sepertinya hidup dalam kesusahan. “Kalau begitu akan saya panggilkan manajer di sini untuk memberikan pelayanan spesial untuk Anda, Nyonya,” kata Nayla, berdiri dan membungkukkan tubuhnya ke arahku sebelum beranjak pergi menuju meja pemesanan. ‘Mereka semua gila, aku kan belum bilang bawa atau tidak, malah sudah seyakin itu,’ aku menyesap air kelapa murni yang ada di depanku. Tidak lama sang manajer datang bersama dengan Nayla dan membawakan daftar menu eksklusif kepada kam
“Cuma dia pria terbaik di antara banyaknya pria yang mendekatiku,” jawab Nina malu-malu. Aku ingat siapa Adrian, pria yang akhirnya berhasil memikat hati dan menikahi Nina. Dia adalah pria yang pernah Nina acuhkan dulu saat beberapa kali berkunjung ke rumah ayahku. Meskipun pernah diabaikan oleh Nina selama hampir dua jam, ternyata perasaannya pada Nina tetap tidak berubah. Aku benar-benar tidak menyangka jika Adrian masih menyimpan perasaannya pada Nina selama bertahun-tahun, dia memang luar biasa gigih. ‘Hmmm… Steven juga sama seperti itu, menyimpan perasaan selama bertahun-tahun.’ Adrian adalah pria yang baik dan sopan. Dia juga pria yang mandiri dan sudah memiliki pekerjaan begitu ia lulus dari kuliahnya, pria kantoran pada umumnya. Nina dulu menganggap Adrian sangat kurang dalam hal ketampanan, tapi jika diperhatikan sungguh-sungguh sebenarnya Adrian pria yang manis, bersih, juga rapi. “Lagian memang karena Kak Steven yang selalu berhasil membuka tipu muslihat pria-pria lainn
“Apa kabar, Ayah?” tanyaku pada ayahku yang sedang mengajari Chloe memasang umpan di mata pancingnya. “Seperti yang kau lihat, keadaan ayah luar biasa baik,” jawabnya sembari merentangkan kedua tangan dan memintaku datang mendekat untuk memeluknya. “Bagaimana denganmu, apa kau tidak lelah melakukan perjalanan jauh dengan perut besar seperti ini?” “Aku memang sedikit lelah, tapi aku juga merindukan kalian. Mulai minggu depan hingga waktu lahiran tiba, aku akan istirahat dan tidak berkunjung ke sini untuk sementara waktu,” jelasku padanya. Hanya itu yang kami bicarakan karena Chloe sudah memintanya lagi untuk melanjutkan mengajarinya memasang umpan di mata pancing. “Itu cacing, kan? Apa tidak ada umpan buatan? Kalau tidak salah aku pernah melihat orang menjual umpan buatan,” protesku merasa geli melihat cacing yang Chloe pegang dengan berani. “Bagaimana kami bisa membelinya? Kau pikir Olly dan keluarganya membuka toko perlengkapan memancing di sini?” sahut ayahku sembari melambaikan
“Hore… pesawat… pesawat…” Sorak Chloe bertepuk tangan begitu kami tiba di bandara. Saat ini kami sekeluarga akan bepergian ke kampung halaman Steven, tentu saja ke Kota Green Borneo yang menarik hati —kami memang sering sekali ke sana. Jika ku hitung-hitung, hampir setiap minggu kami pergi ke kota itu, terutama karena aku sangat menyukai rumah panggung yang ada di sana. Omong-omong soal rumah panggung, ayahku dan ibu tiriku sudah dua tahun ini tinggal di rumah yang dihadiahkan ayah mertuaku untuknya. Yah, ayahku memang sangat pemaaf, ia tetap mencintai istrinya walaupun dulu pernah menyakitinya. “Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan, kita harus membuka hati untuk memaafkan dan memberikan kesempatan kedua kepada siapa saja yang sungguh-sungguh menyesali perbuatannya,” kata ayahku kala itu ketika aku merasa bingung bagaimana harus bersikap pada Camila yang merupakan ibu tiri sekaligus ibu mertuaku juga karena dia adalah ibu kandung Steven. Steven sendiri tidak terlalu memedu
“Chloe…, ada lihat ponsel Mama?” seruku sembari menuruni tangga dari lantai atas ke arah gadis mungil yang sedang asik bermain mobil-mobilan bersama Leon, —putra Sofi dan Lintang. ‘Oh astaga, boneka kembali terabaikan,’ aku memungut boneka yang tergeletak begitu saja di ujung tangga dan membawakannya untuk Chloe. “Chloe Ophelia Steve,” ucapku menyebut namanya dengan lengkap karena merasa gemas pada kesukaannya yang selalu saja memainkan mobil-mobilan dan juga robot-robotan milik Leon. Aku menyerahkan boneka kelinci itu ke arah tangannya, “Ada lihat ponsel mama?” Chloe menghentikan permainannya dan menunduk memperhatikan boneka kelinci yang ada di tangannya. Ia lalu mendudukkan kelinci itu di sofa yang ada di belakangnya, “Rabbit lelah, istirahat dulu,” sahutnya mengabaikan pertanyaanku. Bukan tanpa alasan jika aku menanyakan dimana ponselku pada anak umur 4 tahun ini. Bagaimana tidak, hampir semua barang-barangku berpindah dari tempatnya. Lipstik ku pernah tersimpan di kulkas olehn
“A-apa yang ingin kau lakukan?” Aku buru-buru menggeser tubuhku menjauhi Sonya yang sudah duduk di sampingku sambil mengangkat pisau ke dekat dadanya. “Nyonya Steve. Saya ingin bertanya pada Anda. Jika saya menolong Anda, apa Anda akan membantu saya?” “Y-ya? Apa maksudmu?” tanyaku balik, sembari memperhatikan sorot matanya yang tampak putus asa. “Jika Anda berjanji akan melepaskan saya dari tanggung jawab penculikan kali ini, saya akan membantu Anda meloloskan diri dari sini.” Aku terdiam sejenak, merasa heran dengan kata-kata yang terdengar seperti sebuah permintaan itu. “Kita sepakat. Aku tidak akan menuntutmu jika kau membantuku pergi dari sini,” dengan cepat aku memberikan jawaban setelah mendengar suara tembak menembak di bawah sana yang semakin intens. “Bukan hanya menuntut. Tolong berikan jaminan pada saya agar keluarga Steve tidak menghancurkan hidup saya karena penculikan ini. Anda tahu kalau saya tidak pernah menyentuh Anda sama sekali, kan?” Kata-katanya membuatku men
◇Sofia Jørgensen◇ Aku dan Cakra langsung pergi menuju lokasi penyekapan Nyonya Steve yang Jason berikan pada kami, sementara Tuan Steve dan timnya akan menyusul menggunakan helikopter yang sedang dikirimkan pasukan kami. Walau aku memiliki tingkat kekhawatiran yang sama seperti saat Nyonya kami diculik untuk pertama kalinya dulu, namun kali ini aku tidak mengkhawatirkan nyawanya. Berbeda dengan saat pertama kali dulu, kali ini kami sudah mengetahui siapa dalang penculikannya. Jika Nyonya berada dalam tangan Duncan Wise, kemungkinan Nyonya untuk mati sangatlah kecil karena tidak ada di antara kami yang tidak tahu jika Duncan sangat menyukai wanita, terutama wanita cantik seperti Nyonya kami. ‘Aku juga yakin kalau Nyonya tidak akan tinggal diam jika Duncan ingin melecehkannya.’ “Jangan lewati jalan itu. Ambil jalan kedua setelah simpang empat di sana. Kita akan tiba lebih cepat,” pinta Cakra padaku yang sedang menyetir SUV, —mereka memang selalu memintaku sebagai pengemudi jika seda
♡Keysa Andini♡ “Lepaskan aku brengsek!” Aku mengumpat sambil terus berusaha melepaskan kedua tanganku dari genggaman Duncan yang sedang berusaha menjilat wajahku lagi setelah usaha pertamanya tadi hampir saja berhasil. Awalnya, aku memang ingin berusaha untuk tetap tenang —sambil memikirkan cara mengetahui lokasi keberadaanku saat ini untuk membantu Steven agar dapat lebih mudah menemukanku— dan bermaksud memengaruhi Duncan dengan menggunakan gaya Sofi berbicara pada setiap lawan bisnisnya. Tapi, setelah diperlakukan seperti ini, niat itu pun pada akhirnya buyar. Wanita mana yang akan diam saja saat tahu dirinya hendak dilecehkan? Tentu saja aku langsung mengerahkan seluruh tenaga untuk menjauhkan Duncan dari atas tubuhku. Sialnya, tubuh Duncan yang gemuk dan tenaganya yang sangat kuat membuatku tak berdaya. Walau beberapa seranganku sempat berhasil mengenai wajahnya —saat ia membebaskan salah satu tanganku untuk merobek baju atasanku—, pada akhirnya dia menangkap tanganku kembal
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.