Share

3. Aku berbahaya

Suara ayam berkokok membuat kedua mata yang tertutup rapat itu perlahan terbuka. Gama kembali mendapati pemandangan atap sederhana di depan matanya. Namun, kesadarannya mulai terkecoh oleh obrolan kecil seseorang di luar kamar.

Dalam beberapa langkah, lelaki itu sudah mendekat ke ambang pintu, mendengar lebih jelas pembicaraan perempuan bernama Anna dengan seseorang yang belum ia ketahui.

Tidak ada hal buruk yang ia dengar selain kekurangan ekonomi untuk menghadapi Luis. Ya! Luis, kejadian tak terduga membuat Gama mengetahui beberapa fakta tentang Luis.

"Ya, sudah. Ibu akan siapkan makanan, Anna periksalah kondisi tuan Gama."

Kalimat yang terdengar samar-samar itu sontak membuat Gama terkejut ketika pintu terbuka secara tiba-tiba. Baik Anna maupun Gama menjadi tersentak satu sama lain.

"Tu-tuan sudah bangun?"

"Sudah."

"Istirahat saja lagi, sampai tuan benar-benar pulih."

Gama tidak menolak, ia berjalan kembali dan duduk di tepi ranjang. Kini lelaki itu menatap Anna yang masih berdiri di posisi semula.

"Kenapa di sana? Kemarilah. Aku perlu menanyakan sesuatu padamu."

Anna kemudian duduk di kursi kayu kecil tak jauh dari ranjang berada. Perempuan itu menunduk, entah karena malu atau karena takut, Gama masih menerka-nerkanya sendiri.

"Apa tidak ada rumah sakit di sini? Kenapa aku tidak mendapat perawatan medis saja? Kenapa kamu dan ibumu malah merawatku seenaknya?"

"Maaf, Tuan. Rumah sakit di sini cukup jauh dan harus di tempuh beberapa kali dengan kendaraan umum, akan ada banyak pengeluaran yang harus kami siapkan, sedangkan kami tidak memilikinya. Tapi, tuan tidak perlu khawatir, aku sudah banyak belajar tentang pengobatan alternatif, tuan pasti akan segera pulih."

Mendengar penuturan Anna membuat Gama melirik dari ujung rambut sampai ujung kaki sosok di depannya. Cantik, pandai, sopan, namun tetap tidak memilih untuk menerima banyak harta dari lelaki yang tergila-gila padanya.

"Usiamu berapa?"

Anna mengangkat wajah menatap Gama dengan sedikit kerutan di keningnya. "Hah?"

"Usiamu berapa?" Gama kembali mengulangi pertanyaan yang sama.

"Sembilan belas tahun."

"Apa? Sembilan belas tahun? Kamu dua belas tahun lebih muda dariku."

"Tuan sudah tiga puluh tahun?" Anna ikut memperjelas.

'Ternyata sembilan belas tahun, aku bahkan mengira dia masih sekolah.' Gama bergumam dalam hati seraya menatap Anna yang masih terkejut.

"Apa tuan akan pulang setelah mengingat semuanya?" tanya Anna tiba-tiba.

Gama yang semula masih memerhatikan Anna mulai tersadar. "Kamu mengusirku?"

"Bukan, bukan begitu. Maksudku ... apa yang akan tuan lakukan? Jika tuan ingat sesuatu pasti tuan merindukan keluarga tuan, bukan? Begitu pun keluarga tuan, mereka pasti sangat cemas. Terlebih anak-anak, biasanya mereka akan cenderung terus bertanya pada ibunya."

"Anak-anak?"

Anna mengangguk dengan polosnya. Ia tidak sadar jika kalimat itu sedikit menyindir lawan bicaranya.

"Apa aku terlihat setua itu? Jangankan anak, menikah saja belum."

"Apa?!" sentak Anna.

"Apa? Apanya yang apa? Tidak jelas?"

Melihat bagaimana Anna terkejut membuat Gama mendekatkan wajahnya tepat di depan telinga perempuan di depannya secara tiba-tiba. "Aku belum menikah," bisiknya berhasil membuat Anna bergidik geli.

Tidak hanya merasa menggelikan, wajah polos Anna tampak berubah kemerahan hanya karena bisikan singkat dari lelaki untuk pertama kalinya. Tangannya dengan refleks mengusap leher seolah ada sesuatu yang masih membuat bulu kuduknya berdiri.

"Kenapa diam? Masih belum jelas?"

Anna berdiri dengan cepat. "Jelas, Tuan. Aku sudah mendengarnya."

"Kenapa wajahmu merah?"

Anna menggelengkan kepala. "Tidak apa-apa."

"Apa Luis itu kekasihmu? Mantan kekasih?"

Tatapan Anna berubah seketika, berubah menjadi sebuah ketidaksukaan yang jelas dipamerkan. Ia duduk kembali sebelum akhirnya membuka suara.

"Bukan, dan tidak akan pernah. Aku tidak suka lelaki pemaksa sepertinya. Lelaki yang mengira bahwa semua bisa dikendalikan dengan uang."

"Tapi, faktanya memang begitu, bukan?" timpal Gama, "Dia memiliki segalanya."

"Tapi, tidak dengan cinta," timpal Anna singkat dan jelas.

"Tahu apa anak muda yang belum berpengalaman sepertimu mengenai cinta, dari gerak-geriknya saja sudah bisa ditebak jika kamu tidak tahu apa pun."

Pembicaraan keduanya tampak memicu sedikit percekcokan. Anna tidak begitu senang dengan cara Gama menilainya saat mereka tidak saling mengenal satu sama lain.

"Cinta itu di mana seseorang merasa pulang ketika bersamanya, merasa nyaman dan merasa cukup."

Jawaban Anna membungkam Gama yang hendak melontarkan kembali ejekan pada sosok di depannya. Entah apa yang lelaki itu lihat dari seorang Anna, namun ia merasa seperti sedang berhadapan dengan anak kecil, meski jauh dari dalam hatinya, ia tetap berhutang nyawa pada Anna.

"Baiklah, baiklah, lalu apa Luis itu kekasihmu? Jujur saja. Dia sepertinya sangat tergila-gila padamu. Berapa usianya?" Pertanyaan Gama masih menimbulkan rasa tak suka dari Anna.

"Tuan, dia bukan kekasihku, kami tidak memiliki hubungan apa pun. Dia hanya anak orang terpandang di desa ini. Semua orang patuh padanya karena sebagian banyak lahan adalah milik ayahnya, termasuk tanah yang aku pijak ini."

Gama menggeleng-gelengkan kepalanya secara perlahan, ia mengerti apa yang dijelaskan oleh sosok di depannya tersebut. Di pedesaan, mungkin Luis termasuk pemegang kekuasaan.

Cukup lama berpikir, Gama kembali menatap Anna dengan lebih serius. Entah apa maksudnya, namun pikirannya telah jauh berkelana ke kehidupannya sendiri.

"Kenapa tuan menatapku begitu? Apa ada yang salah?"

Tanpa menjawab pertanyaan dari perempuan di depannya, Gama berdiri dan berjalan mendekat, hingga Anna mundur beberapa langkah untuk memberikan jarak.

"Tu-tuan, ada apa?"

Dugg!

Suara benturan kecil di kepala belakang Anna menghentikan langkah keduanya. Anna yang menadahkan wajah seketika menunduk membuat Gama hanya bisa melihat pucuk kepala Anna.

"Kepalamu terbentur. Kenapa, kamu takut? Kalau kamu takut, kenapa merawatku sebaik ini?" ucapnya seraya mengusap kepala Anna dengan lembut.

Anna dibuat mematung meraskan usapan lembut di kepalanya. Tangannya memilin ujung baju untuk melampiaskan kegugupan tanpa mengatakan sepatah kata pun.

"Luis bukan siapa pun bagimu, tapi bagi lelaki seperti dia, kamu adalah miliknya dan akan sulit melepaskan diri. Berhati-hatilah padanya. Dia berbahaya. Dia bisa melakukan apa pun dengan uang, termasuk mendapatkanmu."

Masih menunduk gugup, Anna mengangguk cepat. "Aku akan berhati-hati, Tuan. Terima kasih banyak sudah mengingatkan."

"Tapi ..."

Anna menongak menatap Gama yang menahan kalimatnya. "Tapi apa?"

"Dia berbahaya, tapi ... aku lebih berbahaya darinya," jawab Gama membuat Anna menelan ludah dengan berat.

Kegugupan kian dapat dirasakan, Gama dibuat tersenyum melihat kedipan takut dari Anna ke padanya. Dengan cepat tangan kekar itu mengusap wajah Anna cukup keras. "Aku tidak akan memakanmu, tenang saja," ujar Gama seraya kembali duduk di tepi ranjang meninggalkan Anna yang masih mematung di dinding kamar.

'Apa maksudnya?' tanya Anna dalam hati, lalu menatap Gama yang juga menatapnya sembari berbaring. Anna dengan cepat menggelengkan kepala, 'Sebenarnya apa maksud kata-kataya?'

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status