"Tanda tangani ini sekarang!" Perintah seorang pria berjas hitam dengan tatapan tajamnya. Suaranya yang datar terkesan mengintimidasi.
Pria itu menatap wanita dengan wajah pucat yang terbaring di brankar ruang rawat sebuah rumah sakit elit di pusat Jakarta.Vanessa melirik sebuah kertas di pangkuannya. Kedua rahang wanita itu mengeras seiring dengan buliran air mata yang perlahan jatuh menetes di pipinya."Ini pulpennya, Nona," ucap pria tadi seraya menyodorkan sebuah pulpen tepat di depan wajah Vanessa. Wajah yang terus berpaling darinya. Melihat keangkuhan Vanessa, sebuah seringai miring terbit di wajah tampan pria itu."Lelaki brengsek! Kamu yang sudah meracunikukan? Kamu yang sudah membunuh bayikukan?" Cecar Vanessa saat itu. Tatapannya nyalang ke arah pria berjas hitam di sisinya itu. Tangisan Vanessa pecah saat dirinya harus menerima kenyataan bahwa kini, satu-satunya harta berharga yang dia miliki di dalam rahimnya telah meninggal.Vanessa keguguran.Bahkan setelah dia kehilangan Ayah dari bayi yang dikandungnya.Lelaki yang seharusnya menjadi suaminya itu telah pergi meninggalkan Vanessa untuk selama-lamanya.Dan dalam keterpurukannya setelah wafatnya Yasa, Vanessa berhasil bangkit karena dia sadar bahwa ada sebuah janin yang tumbuh di dalam rahimnya. Itu janin hasil buah cintanya dengan Yasa, kekasihnya. Satu-satunya lelaki yang sangat dia cintai.Berkat dukungan keluarga dan keteguhannya untuk dapat melanjutkan hidup, akhirnya Vanessa berhasil melalui masa-masa sulit dalam hidupnya setelah kematian Yasa dan menjalani hari-harinya dengan baik, sampai akhirnya malapetaka itu datang ketika Vanessa bertemu dengan pria berjas hitam yang kini ada bersamanya.Pria brengsek yang sudah menghancurkan satu-satunya alasan yang menjadi harapan Vanessa untuk tetap bertahan hidup.Yaitu, bayinya."Pembunuh!" Vanessa kembali memaki.Sebuah suara tawa renyah terdengar. Pria berjas hitam itu menarik kursi lipat di sisi brankar Vanessa dan mengambil kembali pulpen yang sempat terjatuh terkena tepisan tangan Vanessa tadi."Aku tidak punya banyak waktu! Cepat tanda tangani perjanjian kontrak pernikahan itu sekarang agar aku bisa lekas mengurus pernikahan kita," tegas pria itu dengan segelintir emosi yang mulai terlihat dari kilatan tatapannya.Vanessa menelan salivanya dengan susah payah.Dadanya bergemuruh sesak."Aku tidak mau! Lupakan saja semua kesepakatan kita karena aku sudah benar-benar muak padamu!" Tegasnya dengan tatapan sama tajam dan menusuk.Salah Vanessa sejak awal sudah memulai urusan dengan pria gila macam Mahessa.Harusnya, sejak awal Vanessa sadar bahwa apa yang dikatakan Mahessa padanya mengenai Yasa adalah sebuah kebohongan!Bahkan kematian Yasa terjadi di depan mata kepala Vanessa sendiri, lantas bagaimana mungkin kini Yasa masih hidup?Dan lagi, belum apa-apa, Mahessa sudah berani melakukan cara keji dengan meracuninya agar dia keguguran, hal itu Mahessa lakukan karena pria itu yang memang tak mau menunggu sampai Vanessa melahirkan untuk bisa menikahi Vanessa, jadilah dia melakukan cara terkutuk dengan membunuh janin di dalam rahim Vanessa."Brengsek kamu Mahes! Jangan pernah bermimpi bisa menikah denganku! Lupakan obsesi gilamu itu terhadap Vanilla karena sekarang Vanilla sudah bahagia dengan Wildan!""Bitch!" Maki Mahessa seraya berdiri. Tubuh lelaki itu membungkuk dengan sebelah tangannya yang menekan rahang Vanessa kuat-kuat. "Sejak awal aku tidak pernah berbohong saat aku mengatakan bahwa Yasa masih hidup dan aku akan menceritakan yang sebenarnya terjadi dengan Yasa nanti, di malam pertama pernikahan kita, bagaimana Nona? Apa kamu tertarik?"Wajah Vanessa yang begitu dekat dengannya membuat Mahessa merasakan sesuatu yang aneh hingga lelaki itu pun memutuskan untuk menjauh. Degup jantung lelaki itu berpacu lebih cepat dengan desiran aneh yang seketika menyerang tanpa ampun. Membangkitkan sisi liarnya sebagai seorang lelaki normal.Mahessa masih mengatur napas. Berusaha menetralkan perasaannya.Ini pasti terjadi akibat kemiripan wajah Vanessa dengan Vanilla.Ya, sudah pasti karena itu.Pikir Mahessa dalam hati.Saat itu, Mahessa sempat mendapat telepon dari salah satu anak buahnya yang berjaga di parkiran rumah sakit yang mengatakan bahwa ada keluarga Vanessa yang baru saja tiba di rumah sakit."Siapa?" Tanya Mahessa saat itu."Nona Vanilla dan suaminya, Tuan.""Ulur waktu, jangan biarkan mereka masuk sampai aku memberi perintah!"Setelah berhasil menguasai dirinya dan merasa lebih tenang, Mahessa pun kembali mendekati Vanessa dan kembali menyodorkan kertas yang dibawanya tadi beserta pulpennya pada wanita itu."Cepat tandatangani ini Vanessa! Jangan membuatku marah!" Desaknya tidak sabar karena tahu bahwa sebentar lagi, akan ada orang lain yang menjenguk Vanessa di ruangan ini. Terlebih orang itu adalah Vanilla, saudara kembar Vanessa. Wanita yang menjadi incarannya selama ini dan wanita yang menjadi alasan Mahessa kini menjebak Vanessa dalam pernikahan."Sebelum kamu membuktikan bahwa Yasa memang benar-benar masih hidup, aku tidak akan pernah mau menikah denganmu!" Ucap Vanessa mengancam balik. Mungkin sebelumnya Vanessa bisa saja bodoh karena dia yang masih terlalu berharap bahwa apa yang dikatakan Mahessa tentang Yasa adalah benar, tapi sekarang, saat semuanya terkesan mustahil bagi Vanessa, Vanessa tidak ingin tertipu lagi."Shit!" Mahessa membanting pulpen di tangannya ke dinding hingga hancur. Lelaki itu terlihat menghubungi seseorang.Hingga akhirnya, sebuah video call tersambung di ponselnya.Mahessa memperlihatkan sesuatu di dalam ponselnya pada Vanessa yang membuat kedua bola mata Vanessa terbelalak kaget."Yasa?" Pekik Vanessa tertahan yang sontak menutup mulutnya dengan sebelah tangan. Vanessa mengambil alih ponsel Mahessa untuk melihat lebih jelas wajah Yasa di dalam sambungan video call tersebut."Yasa? Apa kamu benar-benar Yasa?" Tanya Vanessa yang kembali menangis.Wajah seorang lelaki yang tampak babak belur itu memang sangat mirip dengan Yasa. Tak salah lagi, lelaki itu memang Yasa."Nessa... Maaf..." Ucap lelaki di dalam video itu. Suaranya lirih dan tak berdaya.Saat itu, Vanessa hendak bicara namun ponselnya sudah kembali diambil alih oleh Mahessa yang langsung memutus sambungan video call itu. Dia mengambil pulpen baru dari salah satu anak buahnya yang berjaga di luar pintu ruang rawat Vanessa dan kembali memberikan kertas perjanjian kontrak pernikahan itu pada Vanessa berserta pulpennya."Aku beri waktu satu menit untuk berpikir, tandatangani sekarang, atau kematian Yasa akan benar-benar terjadi di menit berikutnya!"*****Hai Herofah Hadir dengan Naskah terbaru nih...Semoga suka, Happy reading 🙏❤️Masa Sebelum Prolog..."Dasar kamu anak tidak berguna! Pergi saja sana ke Neraka! Susul Ibumu si pelacur sialan itu! Brengsek!""Ampun Pak! Jangan!" Teriak seorang bocah lelaki dengan tubuhnya yang sudah bermandikan bensin.Semua terlambat baginya, ketika sebuah api dari sebatang korek api berhasil dilempar ke arahnya, membuat tubuh mungil kurus kering bocah lelaki itu kini berselimut kobaran api yang menyala-nyala.Tubuh ringkih bocah itu berguling-guling di lantai, merintih, menangis dan terus berteriak kesakitan.Wajahnya rusak bahkan hampir seluruh bagian kulit tubuhnya pun mengalami luka bakar yang cukup serius.Awalnya, dia berpikir bahwa dia akan benar-benar mati saat itu. Hanya saja, Tuhan memang belum mentakdirkannya untuk mati sia-sia, saat seseorang tiba-tiba datang menolongnya.Dia, seorang bocah perempuan yang juga menghuni lapas yang sama dengan si bocah lelaki malang itu."Tolonggg... Tolonggg..."Suara teriakan terdengar dari mulut mungil bocah perempuan itu yang terus
Rasanya seperti mimpi bagi seorang Mahessa ketika mendapati sebuah pesan masuk dari wanita bernama Vi yang menyanggupi ajakannya bertemu tempo hari.Bahkan saking senangnya, Mahessa berulang kali memastikan kembali penampilannya di depan cermin.Jas hitam karya sepasang penjahit ternama Italia, Antonio Carola dan Ciro Paone yaitu Kiton K-50. Terbuat dari bahan wol jenis Merino, Kiton K-50 memiliki kualitas kain dan desain yang tiada duanya. Tubuh Mahessa yang gagah terlihat semakin sempurna dibalut jas mewah nan elegan dengan harga selangit itu.Malam ini, dia harus tampil sesempurna mungkin di hadapan Vi.Bukan hanya mempersiapkan penampilan, namun Mahessa pun sudah membooking sebuah restoran elit yang terletak di salah satu hotel bintang lima di Jakarta, khusus untuk acara makan malam dirinya bersama Vi saja.Itulah sebabnya, khusus untuk malam ini, restoran tersebut ditutup untuk umum.Kedatangan Vi atau Vanessa langsung disambut oleh dua orang anak buah Mahessa yang ditugaskan men
Untuk Vanilla dan VanessaTerima kasih sudah hadir dan menghiasi hari-hari Ibu dengan senyuman manis kalian.Ibu bangga memiliki kalian meski Ibu tahu bahwa kalian justru malu memiliki orang tua seorang pesakitan seperti ibu.Maaf untuk waktu yang terbuang karena Ibu yang tak bisa menjaga kalian dan menjadi sosok Ibu yang baik untuk kalian.Maaf atas semua kesalahan yang telah Ibu lakukan...Satu harapan Ibu saat ini hanyalah kalian bisa hidup rukun dan damai di masa depan nanti.Kalian bisa saling mendukung dan saling menghargai. Saling menyayangi dengan tulus dan saling mempercayai.Ibu tidak ingin melihat kalian hidup dalam permusuhan apalagi jika harus saling membenci satu sama lain.Jadikan kisah hidup Ibu sebagai pelajaran berharga.Jangan menjadi seperti ibu...Jangan menjadi seperti ibu...Jangan...Salam sayang, KenariIbu yang akan selalu menyayangi kalian...Vanilla dan Vanessa akhirnya selesai membaca isi surat Kenari.Air mata Vanilla saat itu sudah membanjir di pipi, ber
Langit malam ini berawan.Sesekali terdengar kilatan petir menyambar di kejauhan.Di sebuah rumah mewah yang terletak di pusat Jakarta, tengah terjadi pertemuan penting di mana seorang lelaki bernama Mahessa Anggara baru saja menyampaikan niat baiknya untuk melamar salah satu putri kembar dari cheff ternama Malik Indra Wahyuda, yang bernama Vanessa.Bahkan tidak hanya sekedar kata-kata saja, Mahessa pun membawa berbagai macam seserahan berupa barang-barang branded mewah yang nilainya jika ditotal bisa mencapai ratusan juta rupiah atau bahkan mendekati angka satu miliar."Anggara Grup itu adalah nama bisnis keluarga saya yang berpusat di Amerika, Om," jelas Mahessa saat itu. "Baru-baru ini kami membuka anak cabang di Indonesia, itulah sebabnya saya ada di sini sekarang," jelas Mahessa pada Malik. Sekadar meyakinkan lelaki berwajah brewok tipis itu bahwa Mahessa sudah mapan dan layak menjadi pendamping Vanessa.Bukankah, di dunia ini uang adalah modal utama untukmu meraih sesuatu?Itula
Hari berlalu.Begitu pun dengan badai hitam yang menyelimuti keluarga Malik sejak tragedi kematian Yasa lalu disusul kematian Kenari.Perlahan, masalah demi masalah yang menimpa keluarga sang Chef pun teratasi dengan baik.Bermula dari kesembuhan sang istri, Isna dan kondisi psikis sang putri tercintanya, Vanessa yang terlihat mulai bisa kembali tersenyum.Masih di kediaman Malik, dari arah kamar di lantai dua, terdengar suara percakapan sepasang suami istri."Nih yank, aku punya lima destinasi bulan madu terbaik rekomendasi dari Pak Beni di kantor. Dia punya teman yang buka jasa travel bulan madu di seluruh dunia. Dan lima negara ini menjadi tempat terlaris selama dua tahun belakangan yang banyak dikunjungi oleh para pengantin baru, kayak kita," jelas Wildan panjang lebar sambil menscroll layar ponselnya yang menampilkan gambar-gambar pemandangan indah di seluruh dunia, dia memperlihatkannya pada sang istri yang saat itu sedang membenahi pakaian karena malam ini mereka akan kembali p
Flashback On..."Coba tebak, kira-kira jenis kelamin anak kita apa ya, Yas?" Tanya Vanessa pada kekasihnya, Yasa.Malam itu mereka baru saja selesai bercinta.Sejak kepulangannya dari Paris, Yasa memang tinggal menetap di apartemen Vanessa karena lelaki itu tidak memiliki tempat tinggal.Hidup sebagai yatim piatu sejak kecil dan tak memiliki sanak saudara membuat Yasa tumbuh menjadi sosok lelaki yang mandiri dan pekerja keras. Meski semua yang dia kerjakan pada akhirnya tetap tak mampu membawanya pada taraf kehidupan yang lebih baik.Itulah alasan mengapa Yasa sempat berpikir untuk pergi dari kehidupan Vanessa karena dia merasa tidak cukup layak mendampingi Vanessa yang saat itu berprofesi sebagai model papan atas.Namun, Yasa menyesal telah menyakiti Vanessa karena nyatanya, cinta Vanessa terhadapnya begitu dalam. Bahkan Vanessa rela mengesampingkan karirnya demi mencari Yasa ke Paris.Lika-liku panjang cinta mereka sudah berhasil mereka lalui dan kini Yasa hanya perlu bersabar sedik
Masa setelah Prolog..."Tanda tangani ini sekarang!" Perintah Mahessa pada Vanessa dengan begitu to the point, saat lelaki itu baru saja sampai di dalam ruang rawat Vanessa."Apa ini?" tanya Vanessa bingung. Wajah pucatnya tampak semakin pucat terhitung saat dia melihat sosok Mahessa memasuki ruang rawatnya beberapa detik tadi.Kebetulan, Isna dan Malik baru saja pulang, sementara Vanilla dan Wildan yang akan menggantikan menjaga Vanessa di rumah sakit belum datang. Jadilah, Mahessa bisa dengan leluasa melakukan aksinya terhadap Vanessa di dalam sini.Aksinya untuk memaksa Vanessa menandatangani surat perjanjian pernikahan mereka."Kamu baru saja keguguran, jadi tak ada alasan bagi kita untuk menunda pernikahan, benar kan?" ucap Mahessa disertai sebuah senyuman miring khasnya.Vanessa melirik sebuah kertas di pangkuannya. Kedua rahang wanita itu mengeras seiring dengan buliran air mata yang perlahan jatuh menetes di pipinya."Ini pulpennya, Nona cantik," ucap Mahessa lagi seraya menyo
"Apa? Menikah? Dengan Mahessa?" Pekik Vanilla kaget saat Vanessa baru saja memberitahu keluarganya bahwa dia ingin mempercepat proses pernikahannya dengan Mahessa.Dua minggu sudah berlalu pasca dirinya keguguran dan kini kondisi kesehatan Vanessa sudah jauh lebih baik, itulah sebabnya dia pun lekas memberitahukan hal ini pada seluruh keluarganya."Kamu yakin, Nessa? Bukankah kamu sendiri yang bilang kalau kamu tidak menyukai Mahessa?" ucap Vanilla yang kini berhasil menarik Vanessa dari keramaian keluarganya yang masih berkumpul di ruang tengah kediaman Malik."Sejak awal saat Mahessa datang ke rumah ini untuk melamarku, aku sudah menerima lamarannya, hanya saja, aku memberinya syarat bahwa aku bersedia menikah dengannya selepas aku melahirkan. Tapi, sekarang aku bahkan sudah kehilangan anakku, jadi, tidak ada lagi alasan untuk kami menunda pernikahan," tutur Vanessa menjelaskan.Masih menatap Vanessa dengan penuh ketidakpercayaan, entah kenapa, Vanilla merasa bahwa Vanessa tengah me