Share

HONEYMOON - BERTUKAR PASANGAN
HONEYMOON - BERTUKAR PASANGAN
Penulis: Herofah

1. PROLOG

"Tanda tangani ini sekarang!" Perintah seorang pria berjas hitam dengan tatapan tajamnya. Suaranya yang datar terkesan mengintimidasi.

Pria itu menatap wanita dengan wajah pucat yang terbaring di brankar ruang rawat sebuah rumah sakit elit di pusat Jakarta.

Vanessa melirik sebuah kertas di pangkuannya. Kedua rahang wanita itu mengeras seiring dengan buliran air mata yang perlahan jatuh menetes di pipinya.

"Ini pulpennya, Nona," ucap pria tadi seraya menyodorkan sebuah pulpen tepat di depan wajah Vanessa. Wajah yang terus berpaling darinya. Melihat keangkuhan Vanessa, sebuah seringai miring terbit di wajah tampan pria itu.

"Lelaki brengsek! Kamu yang sudah meracunikukan? Kamu yang sudah membunuh bayikukan?" Cecar Vanessa saat itu. Tatapannya nyalang ke arah pria berjas hitam di sisinya itu. Tangisan Vanessa pecah saat dirinya harus menerima kenyataan bahwa kini, satu-satunya harta berharga yang dia miliki di dalam rahimnya telah meninggal.

Vanessa keguguran.

Bahkan setelah dia kehilangan Ayah dari bayi yang dikandungnya.

Lelaki yang seharusnya menjadi suaminya itu telah pergi meninggalkan Vanessa untuk selama-lamanya.

Dan dalam keterpurukannya setelah wafatnya Yasa, Vanessa berhasil bangkit karena dia sadar bahwa ada sebuah janin yang tumbuh di dalam rahimnya. Itu janin hasil buah cintanya dengan Yasa, kekasihnya. Satu-satunya lelaki yang sangat dia cintai.

Berkat dukungan keluarga dan keteguhannya untuk dapat melanjutkan hidup, akhirnya Vanessa berhasil melalui masa-masa sulit dalam hidupnya setelah kematian Yasa dan menjalani hari-harinya dengan baik, sampai akhirnya malapetaka itu datang ketika Vanessa bertemu dengan pria berjas hitam yang kini ada bersamanya.

Pria brengsek yang sudah menghancurkan satu-satunya alasan yang menjadi harapan Vanessa untuk tetap bertahan hidup.

Yaitu, bayinya.

"Pembunuh!" Vanessa kembali memaki.

Sebuah suara tawa renyah terdengar. Pria berjas hitam itu menarik kursi lipat di sisi brankar Vanessa dan mengambil kembali pulpen yang sempat terjatuh terkena tepisan tangan Vanessa tadi.

"Aku tidak punya banyak waktu! Cepat tanda tangani perjanjian kontrak pernikahan itu sekarang agar aku bisa lekas mengurus pernikahan kita," tegas pria itu dengan segelintir emosi yang mulai terlihat dari kilatan tatapannya.

Vanessa menelan salivanya dengan susah payah.

Dadanya bergemuruh sesak.

"Aku tidak mau! Lupakan saja semua kesepakatan kita karena aku sudah benar-benar muak padamu!" Tegasnya dengan tatapan sama tajam dan menusuk.

Salah Vanessa sejak awal sudah memulai urusan dengan pria gila macam Mahessa.

Harusnya, sejak awal Vanessa sadar bahwa apa yang dikatakan Mahessa padanya mengenai Yasa adalah sebuah kebohongan!

Bahkan kematian Yasa terjadi di depan mata kepala Vanessa sendiri, lantas bagaimana mungkin kini Yasa masih hidup?

Dan lagi, belum apa-apa, Mahessa sudah berani melakukan cara keji dengan meracuninya agar dia keguguran, hal itu Mahessa lakukan karena pria itu yang memang tak mau menunggu sampai Vanessa melahirkan untuk bisa menikahi Vanessa, jadilah dia melakukan cara terkutuk dengan membunuh janin di dalam rahim Vanessa.

"Brengsek kamu Mahes! Jangan pernah bermimpi bisa menikah denganku! Lupakan obsesi gilamu itu terhadap Vanilla karena sekarang Vanilla sudah bahagia dengan Wildan!"

"Bitch!" Maki Mahessa seraya berdiri. Tubuh lelaki itu membungkuk dengan sebelah tangannya yang menekan rahang Vanessa kuat-kuat. "Sejak awal aku tidak pernah berbohong saat aku mengatakan bahwa Yasa masih hidup dan aku akan menceritakan yang sebenarnya terjadi dengan Yasa nanti, di malam pertama pernikahan kita, bagaimana Nona? Apa kamu tertarik?"

Wajah Vanessa yang begitu dekat dengannya membuat Mahessa merasakan sesuatu yang aneh hingga lelaki itu pun memutuskan untuk menjauh. Degup jantung lelaki itu berpacu lebih cepat dengan desiran aneh yang seketika menyerang tanpa ampun. Membangkitkan sisi liarnya sebagai seorang lelaki normal.

Mahessa masih mengatur napas. Berusaha menetralkan perasaannya.

Ini pasti terjadi akibat kemiripan wajah Vanessa dengan Vanilla.

Ya, sudah pasti karena itu.

Pikir Mahessa dalam hati.

Saat itu, Mahessa sempat mendapat telepon dari salah satu anak buahnya yang berjaga di parkiran rumah sakit yang mengatakan bahwa ada keluarga Vanessa yang baru saja tiba di rumah sakit.

"Siapa?" Tanya Mahessa saat itu.

"Nona Vanilla dan suaminya, Tuan."

"Ulur waktu, jangan biarkan mereka masuk sampai aku memberi perintah!"

Setelah berhasil menguasai dirinya dan merasa lebih tenang, Mahessa pun kembali mendekati Vanessa dan kembali menyodorkan kertas yang dibawanya tadi beserta pulpennya pada wanita itu.

"Cepat tandatangani ini Vanessa! Jangan membuatku marah!" Desaknya tidak sabar karena tahu bahwa sebentar lagi, akan ada orang lain yang menjenguk Vanessa di ruangan ini. Terlebih orang itu adalah Vanilla, saudara kembar Vanessa. Wanita yang menjadi incarannya selama ini dan wanita yang menjadi alasan Mahessa kini menjebak Vanessa dalam pernikahan.

"Sebelum kamu membuktikan bahwa Yasa memang benar-benar masih hidup, aku tidak akan pernah mau menikah denganmu!" Ucap Vanessa mengancam balik. Mungkin sebelumnya Vanessa bisa saja bodoh karena dia yang masih terlalu berharap bahwa apa yang dikatakan Mahessa tentang Yasa adalah benar, tapi sekarang, saat semuanya terkesan mustahil bagi Vanessa, Vanessa tidak ingin tertipu lagi.

"Shit!" Mahessa membanting pulpen di tangannya ke dinding hingga hancur. Lelaki itu terlihat menghubungi seseorang.

Hingga akhirnya, sebuah video call tersambung di ponselnya.

Mahessa memperlihatkan sesuatu di dalam ponselnya pada Vanessa yang membuat kedua bola mata Vanessa terbelalak kaget.

"Yasa?" Pekik Vanessa tertahan yang sontak menutup mulutnya dengan sebelah tangan. Vanessa mengambil alih ponsel Mahessa untuk melihat lebih jelas wajah Yasa di dalam sambungan video call tersebut.

"Yasa? Apa kamu benar-benar Yasa?" Tanya Vanessa yang kembali menangis.

Wajah seorang lelaki yang tampak babak belur itu memang sangat mirip dengan Yasa. Tak salah lagi, lelaki itu memang Yasa.

"Nessa... Maaf..." Ucap lelaki di dalam video itu. Suaranya lirih dan tak berdaya.

Saat itu, Vanessa hendak bicara namun ponselnya sudah kembali diambil alih oleh Mahessa yang langsung memutus sambungan video call itu. Dia mengambil pulpen baru dari salah satu anak buahnya yang berjaga di luar pintu ruang rawat Vanessa dan kembali memberikan kertas perjanjian kontrak pernikahan itu pada Vanessa berserta pulpennya.

"Aku beri waktu satu menit untuk berpikir, tandatangani sekarang, atau kematian Yasa akan benar-benar terjadi di menit berikutnya!"

*****

Hai Herofah Hadir dengan Naskah terbaru nih...

Semoga suka, Happy reading 🙏❤️

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status