Masa Sebelum Prolog...
"Dasar kamu anak tidak berguna! Pergi saja sana ke Neraka! Susul Ibumu si pelacur sialan itu! Brengsek!""Ampun Pak! Jangan!" Teriak seorang bocah lelaki dengan tubuhnya yang sudah bermandikan bensin.Semua terlambat baginya, ketika sebuah api dari sebatang korek api berhasil dilempar ke arahnya, membuat tubuh mungil kurus kering bocah lelaki itu kini berselimut kobaran api yang menyala-nyala.Tubuh ringkih bocah itu berguling-guling di lantai, merintih, menangis dan terus berteriak kesakitan.Wajahnya rusak bahkan hampir seluruh bagian kulit tubuhnya pun mengalami luka bakar yang cukup serius.Awalnya, dia berpikir bahwa dia akan benar-benar mati saat itu. Hanya saja, Tuhan memang belum mentakdirkannya untuk mati sia-sia, saat seseorang tiba-tiba datang menolongnya.Dia, seorang bocah perempuan yang juga menghuni lapas yang sama dengan si bocah lelaki malang itu."Tolonggg... Tolonggg..."Suara teriakan terdengar dari mulut mungil bocah perempuan itu yang terus berusaha memadamkan api yang menyelimuti tubuh si bocah lelaki.Tak ada yang datang, si bocah perempuan berlari mencari salah satu sipir penjara dan memberitahukan tragedi itu, hingga tak lama setelahnya, dia datang dan menemukan si bocah lelaki sudah tak bergerak."Apa dia sudah mati?" Tanya si bocah perempuan."Belum, dia belum mati! Panggil Ambulance, kita harus membawanya ke rumah sakit," kata sang sipir penjara pada rekannya setelah dia berhasil memadamkan api."Yasa bangun! Yasa bangun..." Si bocah perempuan itu menangis terisak. Mengguncang tubuh hangus si bocah lelaki di hadapannya.Tanpa pernah dia tahu, bahwa si bocah lelaki saat itu masih tersadar. Menatap ringkih ke arah si bocah perempuan sambil terus menggumamkan kata terima kasih di dalam hatinya.Terus menerus...Aku berjanji, jika aku berhasil sembuh, aku akan mencarimu di mana pun kamu berada, Vi...Gumam si bocah lelaki itu dalam hati.*"Permisi Tuan? Tuan? Tuan Mahes?"Mahessa terkejut.Seolah jiwanya baru saja kembali merasuk ke dalam raganya ketika bahunya diguncang perlahan oleh Saga, sang Asisten pribadinya."Ya Saga, ada apa?" Tanya Mahessa saat itu.Saga memberikan sebuah berkas pada sang atasan."Kami sudah berhasil menemukan di mana keberadaan Gavin, Tuan.""Di mana?""Gavin sekarang ada di Jakarta, Tuan." lapor Saga lagi.Mahessa mengangguk. "Berani-beraninya dia mempermainkan aku! Brengsek!" Maki Mahessa dengan wajah bengisnya. Mahessa menghempaskan tubuhnya ke sandaran kursi lalu memijit pangkal hidungnya sesaat."Tangkap lelaki itu dan bawa ke hadapanku!" Perintahnya kemudian.*****Hari ini sangat melelahkan.Vanessa hendak pulang setelah dirinya bergantian dengan Vanilla untuk menjaga Isna yang merupakan Ibu tirinya, di rumah sakit.Vanessa baru saja keluar dari toilet umum rumah sakit ketika dirinya tiba-tiba dikejutkan oleh beberapa lelaki berseragam hitam yang berdiri di depan pintu toilet.Sedang apa juga mereka berdiri di depan toilet perempuan?Aneh!Gerutu Vanessa membatin.Hingga saat Vanessa sudah berjalan beberapa langkah dari pintu toilet, Vanessa mendengar suara seorang lelaki memanggil namanya.Vanessa menoleh dan mendapati seorang lelaki dengan pakaian casualnya tampak berjalan mendekati Vanessa diikuti empat orang lelaki berseragam hitam tadi di belakang."Anda memanggil saya?" Tanya Vanessa saat itu."Anda yang bernama Nona Vanessa?" Tanya si lelaki ketika dirinya sudah berdiri berhadapan dengan Vanessa."Anda siapa? Dan ada perlu apa?" Tanya Vanessa balik tanpa menjawab pertanyaan lelaki di hadapannya.Lelaki itu mengeluarkan sebuah amplop dari balik jas hitamnya dan memberikannya pada Vanessa."Ini ada kiriman surat dari Bos kami. Dia adalah salah satu anggota keluarga Yasa Ilyas, kekasih anda yang baru saja meninggal," beritahu lelaki itu kemudian."Apa? Keluarga Yasa?" Pekik Vanessa kaget.Ya, Yasa Ilyas, memanglah kekasih Vanessa.Keduanya sudah merencanakan pernikahan, meski takdir berkata lain.Rencana itu tak pernah terealisasikan karena Yasa yang lebih dulu pergi meninggalkan Vanessa untuk selama-lamanya.Yasa Ilyas meninggal akibat dibunuh oleh Ibu kandung Vanessa yang mengidap gangguan jiwa.Dan keberadaan Isna sang Ibu tiri yang kini dirawat di rumah sakit pun tak lepas dari kelakuan keji Kenari, yang merupakan Ibu kandung Vanessa dan Vanilla, sepasang saudari berwajah mirip bak pinang dibelah dua."Maaf, sepertinya Anda salah orang, Tuan-tuan. Sebab setahu saya, Almarhum Yasa selama ini sudah tidak memiliki keluarga," jawab Vanessa sesuai dengan apa yang dia ketahui selama ini.Sejauh dirinya mengenal Yasa, yang Vanessa tahu, Yasa hanya hidup sebatang kara. Bahkan mengenai asal usul Yasa sendiri, Vanessa pun tidak tahu karena Yasa tak pernah menceritakannya. Bukan tak pernah, tapi memang tidak mau menceritakan.Jika Vanessa bertanya, maka Yasa hanya akan menjawab, "aku sudah bilangkan, kalau aku sudah nggak punya keluarga lagi, Nes, kenapa sih kamu nggak percaya sama aku?"Hingga pada akhirnya, Yasa meninggal dunia, bahkan Vanessa tak tahu harus menghubungi siapa dari pihak orang-orang yang Yasa kenal selama hidupnya.Lelaki itu terlalu misterius, tapi sialnya, Vanessa begitu tergila-gila padanya.Bagi seorang Vanessa, Yasa adalah seluruh hidupnya. Dia tak mau berpikir macam-macam apalagi harus berprasangka buruk pada Yasa, karena Vanessa tahu, Yasa adalah lelaki yang baik dan dia sangat mencintai Yasa.Itulah sebabnya, Vanessa kaget saat tahu bahwa orang-orang di hadapannya ini adalah orang suruhan keluarga Yasa.Belum reda beban batin atas kehilangan yang dia rasakan akibat kematian Yasa, entah hal apa lagi yang harus Vanessa hadapi sekarang, mengenai latar belakang lelaki yang seharusnya menjadi suaminya itu."Bos kami, ingin mengajak anda bertemu Nona, ada sesuatu yang harus anda ketahui tentang Yasa," beritahu lelaki itu lagi.Kening Vanessa berkerut tanda Vanessa benar-benar kebingungan."Apa Yasa memiliki hutang dengan rentenir?" Tanya Vanessa dengan pertanyaan super polos yang mengundang tawa lelaki di hadapannya itu."Tidak Nona. Nanti Bos kami yang akan menjelaskan. Waktu dan tempat pertemuan sudah diatur. Saya harus pamit sekarang karena masih harus mengurus pekerjaan lain, permisi Nona."Saat itu, Vanessa hanya bisa terpaku menatap kepergian sekawanan lelaki misterius itu.Hingga setelahnya, Vanessa yang penasaran segera membuka dan membaca isi surat di dalam amplop di tangannya.Sebuah surat dari seorang lelaki bernama, Mahessa.Tanpa pikir panjang, Vanessa pun langsung mencari tempat nyaman untuk segera membaca isi surat tersebut.*Dear Nona Vi yang terhormat...Perkenalkan, saya Mahessa, saudara Yasa.Saya sudah mendengar berita atas kematian Yasa dan hal itu membuat saya sangat terpukul.Kedatangan saya ke Indonesia memang utama karena ingin bertemu dengan Yasa, karena Yasa yang meminta saya untuk datang menghadiri acara pernikahannya dengan Anda.Tapi sayang, semua rencana itu harus gagal karena kini, Yasa sudah tiada.Melalui surat ini, saya hanya ingin menyampaikan amanat yang pernah Yasa ucapkan dalam pertemuan terakhirnya dengan saya di Paris dahulu, sebelum kalian kembali bertemu dan berbaikan.Yasa mengatakan bahwa dia ingin saya menjaga seorang wanita bernama Vi, jika suatu hari nanti dirinya lebih dulu tiada.Itulah sebabnya saya menulis surat ini karena saya terlalu malu untuk mengungkapkan hal sesensitif ini pada Anda secara langsung.Jika Anda berkenan, saya bersedia menggantikan posisi Yasa untuk menikah dengan Anda dan menjadi Ayah yang baik untuk janin yang kini sedang anda kandung.Saya bersedia bertanggung jawab, Nona Vi.Jika Anda bersedia menerima tawaran saya, mari kita bertemu di lokasi yang sudah saya kirimkan ke nomor ponsel Anda.Saya tunggu kedatangan dan kabar baik dari Anda.Mahessa.Vanessa seketika terkejut saat tiba-tiba ponselnya berdering dan nomor baru tertera di sana mengirimkan sebuah alamat.Siapa sebenarnya Mahessa?Kenapa dia bisa tahu nomor ponselku?Pikir Vanessa membatin.Dia benar-benar bingung.*****Buat yang suka, hayuk atuh di Vote dan koment...Salam Herofah...Rasanya seperti mimpi bagi seorang Mahessa ketika mendapati sebuah pesan masuk dari wanita bernama Vi yang menyanggupi ajakannya bertemu tempo hari.Bahkan saking senangnya, Mahessa berulang kali memastikan kembali penampilannya di depan cermin.Jas hitam karya sepasang penjahit ternama Italia, Antonio Carola dan Ciro Paone yaitu Kiton K-50. Terbuat dari bahan wol jenis Merino, Kiton K-50 memiliki kualitas kain dan desain yang tiada duanya. Tubuh Mahessa yang gagah terlihat semakin sempurna dibalut jas mewah nan elegan dengan harga selangit itu.Malam ini, dia harus tampil sesempurna mungkin di hadapan Vi.Bukan hanya mempersiapkan penampilan, namun Mahessa pun sudah membooking sebuah restoran elit yang terletak di salah satu hotel bintang lima di Jakarta, khusus untuk acara makan malam dirinya bersama Vi saja.Itulah sebabnya, khusus untuk malam ini, restoran tersebut ditutup untuk umum.Kedatangan Vi atau Vanessa langsung disambut oleh dua orang anak buah Mahessa yang ditugaskan men
Untuk Vanilla dan VanessaTerima kasih sudah hadir dan menghiasi hari-hari Ibu dengan senyuman manis kalian.Ibu bangga memiliki kalian meski Ibu tahu bahwa kalian justru malu memiliki orang tua seorang pesakitan seperti ibu.Maaf untuk waktu yang terbuang karena Ibu yang tak bisa menjaga kalian dan menjadi sosok Ibu yang baik untuk kalian.Maaf atas semua kesalahan yang telah Ibu lakukan...Satu harapan Ibu saat ini hanyalah kalian bisa hidup rukun dan damai di masa depan nanti.Kalian bisa saling mendukung dan saling menghargai. Saling menyayangi dengan tulus dan saling mempercayai.Ibu tidak ingin melihat kalian hidup dalam permusuhan apalagi jika harus saling membenci satu sama lain.Jadikan kisah hidup Ibu sebagai pelajaran berharga.Jangan menjadi seperti ibu...Jangan menjadi seperti ibu...Jangan...Salam sayang, KenariIbu yang akan selalu menyayangi kalian...Vanilla dan Vanessa akhirnya selesai membaca isi surat Kenari.Air mata Vanilla saat itu sudah membanjir di pipi, ber
Langit malam ini berawan.Sesekali terdengar kilatan petir menyambar di kejauhan.Di sebuah rumah mewah yang terletak di pusat Jakarta, tengah terjadi pertemuan penting di mana seorang lelaki bernama Mahessa Anggara baru saja menyampaikan niat baiknya untuk melamar salah satu putri kembar dari cheff ternama Malik Indra Wahyuda, yang bernama Vanessa.Bahkan tidak hanya sekedar kata-kata saja, Mahessa pun membawa berbagai macam seserahan berupa barang-barang branded mewah yang nilainya jika ditotal bisa mencapai ratusan juta rupiah atau bahkan mendekati angka satu miliar."Anggara Grup itu adalah nama bisnis keluarga saya yang berpusat di Amerika, Om," jelas Mahessa saat itu. "Baru-baru ini kami membuka anak cabang di Indonesia, itulah sebabnya saya ada di sini sekarang," jelas Mahessa pada Malik. Sekadar meyakinkan lelaki berwajah brewok tipis itu bahwa Mahessa sudah mapan dan layak menjadi pendamping Vanessa.Bukankah, di dunia ini uang adalah modal utama untukmu meraih sesuatu?Itula
Hari berlalu.Begitu pun dengan badai hitam yang menyelimuti keluarga Malik sejak tragedi kematian Yasa lalu disusul kematian Kenari.Perlahan, masalah demi masalah yang menimpa keluarga sang Chef pun teratasi dengan baik.Bermula dari kesembuhan sang istri, Isna dan kondisi psikis sang putri tercintanya, Vanessa yang terlihat mulai bisa kembali tersenyum.Masih di kediaman Malik, dari arah kamar di lantai dua, terdengar suara percakapan sepasang suami istri."Nih yank, aku punya lima destinasi bulan madu terbaik rekomendasi dari Pak Beni di kantor. Dia punya teman yang buka jasa travel bulan madu di seluruh dunia. Dan lima negara ini menjadi tempat terlaris selama dua tahun belakangan yang banyak dikunjungi oleh para pengantin baru, kayak kita," jelas Wildan panjang lebar sambil menscroll layar ponselnya yang menampilkan gambar-gambar pemandangan indah di seluruh dunia, dia memperlihatkannya pada sang istri yang saat itu sedang membenahi pakaian karena malam ini mereka akan kembali p
Flashback On..."Coba tebak, kira-kira jenis kelamin anak kita apa ya, Yas?" Tanya Vanessa pada kekasihnya, Yasa.Malam itu mereka baru saja selesai bercinta.Sejak kepulangannya dari Paris, Yasa memang tinggal menetap di apartemen Vanessa karena lelaki itu tidak memiliki tempat tinggal.Hidup sebagai yatim piatu sejak kecil dan tak memiliki sanak saudara membuat Yasa tumbuh menjadi sosok lelaki yang mandiri dan pekerja keras. Meski semua yang dia kerjakan pada akhirnya tetap tak mampu membawanya pada taraf kehidupan yang lebih baik.Itulah alasan mengapa Yasa sempat berpikir untuk pergi dari kehidupan Vanessa karena dia merasa tidak cukup layak mendampingi Vanessa yang saat itu berprofesi sebagai model papan atas.Namun, Yasa menyesal telah menyakiti Vanessa karena nyatanya, cinta Vanessa terhadapnya begitu dalam. Bahkan Vanessa rela mengesampingkan karirnya demi mencari Yasa ke Paris.Lika-liku panjang cinta mereka sudah berhasil mereka lalui dan kini Yasa hanya perlu bersabar sedik
Masa setelah Prolog..."Tanda tangani ini sekarang!" Perintah Mahessa pada Vanessa dengan begitu to the point, saat lelaki itu baru saja sampai di dalam ruang rawat Vanessa."Apa ini?" tanya Vanessa bingung. Wajah pucatnya tampak semakin pucat terhitung saat dia melihat sosok Mahessa memasuki ruang rawatnya beberapa detik tadi.Kebetulan, Isna dan Malik baru saja pulang, sementara Vanilla dan Wildan yang akan menggantikan menjaga Vanessa di rumah sakit belum datang. Jadilah, Mahessa bisa dengan leluasa melakukan aksinya terhadap Vanessa di dalam sini.Aksinya untuk memaksa Vanessa menandatangani surat perjanjian pernikahan mereka."Kamu baru saja keguguran, jadi tak ada alasan bagi kita untuk menunda pernikahan, benar kan?" ucap Mahessa disertai sebuah senyuman miring khasnya.Vanessa melirik sebuah kertas di pangkuannya. Kedua rahang wanita itu mengeras seiring dengan buliran air mata yang perlahan jatuh menetes di pipinya."Ini pulpennya, Nona cantik," ucap Mahessa lagi seraya menyo
"Apa? Menikah? Dengan Mahessa?" Pekik Vanilla kaget saat Vanessa baru saja memberitahu keluarganya bahwa dia ingin mempercepat proses pernikahannya dengan Mahessa.Dua minggu sudah berlalu pasca dirinya keguguran dan kini kondisi kesehatan Vanessa sudah jauh lebih baik, itulah sebabnya dia pun lekas memberitahukan hal ini pada seluruh keluarganya."Kamu yakin, Nessa? Bukankah kamu sendiri yang bilang kalau kamu tidak menyukai Mahessa?" ucap Vanilla yang kini berhasil menarik Vanessa dari keramaian keluarganya yang masih berkumpul di ruang tengah kediaman Malik."Sejak awal saat Mahessa datang ke rumah ini untuk melamarku, aku sudah menerima lamarannya, hanya saja, aku memberinya syarat bahwa aku bersedia menikah dengannya selepas aku melahirkan. Tapi, sekarang aku bahkan sudah kehilangan anakku, jadi, tidak ada lagi alasan untuk kami menunda pernikahan," tutur Vanessa menjelaskan.Masih menatap Vanessa dengan penuh ketidakpercayaan, entah kenapa, Vanilla merasa bahwa Vanessa tengah me
Malam pertama dalam sebuah pernikahan adalah hal terindah yang pastinya ditunggu-tunggu oleh setiap pasangan yang baru saja melangsungkan pernikahan.Menunjukkan rasa cinta melalui sentuhan jemari lembut, pagutan mesra di bibir, pelukan hangat hingga akhirnya mencapai titik klimaks bersama.Sungguh akan menjadi hal baru bagi semua pasangan yang tengah dimabuk asmara.Sayangnya, hal tersebut tidak dirasakan oleh Vanessa dan Mahessa yang memang menikah dengan tujuan lain yang sudah mereka sepakati bersama.Bunga mawar merah yang bertaburan di atas seprai putih di dalam kamar pengantin keduanya, menambah kesan romantis yang menggairahkan. Belum lagi lilin-lilin kecil aromatherapy yang terletak di beberapa titik ruangan. Menambah harum semerbak ruangan bernuansa putih gading itu.Balon-balon berbentuk hati bergelantungan bebas di langit-langit kamar membentuk sebuah tulisan "Selamat Menempuh Hidup Baru".Melihat semua itu, seketika hati Vanessa terenyuh. Bukankah, seharusnya dia merasa ba