Rasanya seperti mimpi bagi seorang Mahessa ketika mendapati sebuah pesan masuk dari wanita bernama Vi yang menyanggupi ajakannya bertemu tempo hari.
Bahkan saking senangnya, Mahessa berulang kali memastikan kembali penampilannya di depan cermin.Jas hitam karya sepasang penjahit ternama Italia, Antonio Carola dan Ciro Paone yaitu Kiton K-50. Terbuat dari bahan wol jenis Merino, Kiton K-50 memiliki kualitas kain dan desain yang tiada duanya. Tubuh Mahessa yang gagah terlihat semakin sempurna dibalut jas mewah nan elegan dengan harga selangit itu.Malam ini, dia harus tampil sesempurna mungkin di hadapan Vi.Bukan hanya mempersiapkan penampilan, namun Mahessa pun sudah membooking sebuah restoran elit yang terletak di salah satu hotel bintang lima di Jakarta, khusus untuk acara makan malam dirinya bersama Vi saja.Itulah sebabnya, khusus untuk malam ini, restoran tersebut ditutup untuk umum.Kedatangan Vi atau Vanessa langsung disambut oleh dua orang anak buah Mahessa yang ditugaskan menunggu kedatangan Vanessa di lobi hotel.Dua lelaki itu memandu Vanessa menuju restoran di mana bos mereka berada.Dengan langkah anggun, Vanessa berjalan menapaki karpet merah yang menyambut dirinya begitu memasuki area resto yang terlihat sepi.Seketika kening Vanessa mengernyit bingung, karena dua orang lelaki yang tadi memandunya tidak ikut masuk ke dalam resto melainkan menunggu di luar pintu.Memperhatikan area sekeliling, akhirnya tatapan Vanessa menangkap sebuah meja yang berada di sudut kanan resto dengan view yang memang paling bagus.Aroma wangi dari lilin-lilin aroma therapy yang tertempel di dinding terhirup oleh indra penciuman Vanessa. Aromanya sangat manis, membuat siapa pun betah berlama-lama menghirupnya.Langkah Vanessa sudah semakin dekat menuju meja tempat Mahessa berada, ketika lelaki itu tiba-tiba bangkit untuk menyambut kedatangannya."Selamat malam, Nona Vi? Saya merasa begitu terhormat bisa bertemu dengan anda malam ini," ucap Mahessa dengan senyumnya yang terkembang lebar.Wajah Vanessa saat itu terlihat datar, bahkan wanita bergaun merah itu hanya tersenyum tipis, menatap acuh tak acuh ke arah Mahessa."Silahkan duduk, Nona?" ucap Mahessa mempersilahkan.Keduanya pun duduk berhadapan. Di hadapan mereka terhidang menu makanan pembuka."Silahkan dicicipi makanannya, semoga Anda, suka," ucap Mahessa lagi."Saya memenuhi undangan Anda untuk bertemu bukan untuk makan malam, tapi untuk mendengarkan penjelasan Anda tentang siapa sebenarnya Anda? Dan ada hubungan apa Anda dengan Yasa?" ucap Vanessa tegas. Tatapan wanita itu sinis dan menusuk ke arah Mahessa.Mahessa tertawa kecil. Lelaki itu membalas tatapan Vanessa hingga keduanya saling bersitatap cukup lama.Melihat betapa cantiknya paras Vanessa, Mahessa jelas terpesona. Keindahan wajah Vanessa membuatnya lupa cara mengedipkan mata."Saya sudah jelaskan sebelumnya di dalam surat yang saya kirim bahwa saya adalah saudara Yasa, apa itu kurang jelas?" ucap Mahessa membungkam sunyi."Tapi, setahu saya, Yasa tidak memiliki keluarga--""Jangan naif Nona, jika memang Anda mencintai Yasa, tidak lantas hal itu membuat Anda harus sepenuhnya percaya pada semua yang telah Yasa katakan sebelumnya pada Anda kan?" balas Mahessa memotong kalimat yang diucapkan Vanessa."Kalau begitu, saya perlu bukti!" Sambung Vanessa tak mau kalah."What evidence?""Bukti bahwa Anda memang benar-benar saudara Yasa!"Kepala Mahessa mengangguk. Lalu memberi isyarat pada salah satu anak buahnya yang berdiri di setiap sudut ruangan resto, agar lekas mendekat.Sang anak buah memberikan sebuah ponsel pada Mahessa dan Mahessa langsung memperlihatkan foto-foto kebersamaannya dengan Yasa di dalam galeri fotonya.Melihat semua itu, perlahan tapi pasti, Vanessa pun mulai bisa mempercayai Mahessa meski belum sepenuhnya.Setidaknya, melalui foto-foto itu, Vanessa tahu bahwa lelaki di hadapannya ini memang benar-benar mengenal Yasa di masa lalu."So, kita bisa mulai makan sekarang? Atau kita mau langsung membahas soal pernikahan?" tanya Mahessa kemudian setelah dirasanya Vanessa mulai mempercayainya.Namun, hal yang tak pernah dia duga sebelumnya justru terjadi ketika Vanessa tiba-tiba mengatakan sesuatu di hadapannya saat itu.Bahkan dengan suara wanita itu yang terdengar tegas dan begitu meyakinkan."Maaf sebelumnya, sepertinya, anda sudah salah paham Tuan Mahess." Kata Vanessa yang kembali membuka percakapan di antara mereka.Mahessa mendengarkan dengan seksama."Saya bersedia menerima ajakan anda untuk datang ke sini, bukan berarti saya menyanggupi permintaan Anda untuk menikah. Kita bahkan belum saling mengenal satu sama lain, jadi saya pikir, hal itu sangat tidak mungkin," Vanessa menggantung kalimatnya sejenak."Meski kenyataannya, apa yang Anda ucapkan benar, bahwa Yasa meminta Anda untuk melindungi dan menjaga saya jika Yasa tiada, itu bukan berarti kita harus menikah kan?" Lanjut Vanessa kemudian."Dan lagi, satu hal penting yang perlu Anda ketahui adalah, bahwa saya bukan Vi."Kalimat itu sukses membuat senyuman di wajah Mahessa pun menghilang dalam sekejap."Saya, bukan bocah perempuan yang biasa Yasa panggil sebagai Vi sewaktu di lapas dahulu."Kali ini, bukan hanya senyuman Mahessa yang hilang, namun tatapan ramah penuh keterpesonaan yang tertuju ke arah Vanessa pun kian memudar, tergantikan dengan tatapan datar yang terkesan dingin."Jadi, tidak ada alasan untuk Anda menikahi saya, atau pun Vi yang asli, karena Vi yang asli, yang merupakan saudara kembar saya yang bernama Vanilla kini sudah bersuami!"Mendengar hal itu, kedua tangan Mahessa tampak terkepal keras di atas meja."Jika memang Anda bukan Vi, lalu kenapa Anda mengaku sebagai Vi di hadapan Yasa? Apa maksud Anda sebenarnya?" ucap Mahessa geram luar biasa. Bahkan suaranya saat itu setengah mendesis menahan amarah."Saya memang sudah bersalah karena membohongi Yasa dengan mengaku-ngaku sebagai Vi selama ini, dan saya melakukan itu semua semata karena saya memang benar-benar tulus mencintai Yasa. Saya tidak ingin Yasa meninggalkan saya jika dia sampai tau bahwa saya bukanlah Vi seperti yang dia duga sebelumnya. Makanya, saya berbohong," ucap Vanessa lebih jelas.Saat itu, Vanessa bisa melihat gertakan di kedua sisi rahang lelaki bernama Mahessa di hadapannya.Dan dari cara lelaki itu menatapnya saat ini, sepertinya, dia sangat marah mendengar pengakuan Vanessa.Vanessa saat itu hanya menganggap amarah Mahessa sebagai sesuatu hal yang remeh tak perlu dipikirkan, toh dengan mengatakan bahwa Vi yang sebenarnya adalah Vanilla, maka lelaki aneh bernama Mahessa itu tak akan lagi mengganggunya.Lagi pula, siapa juga yang mau diajak menikah oleh lelaki yang bahkan tidak kita kenal?Di mata Vanessa, Mahessa itu sangat aneh dan dia benar-benar tidak suka dengan cara Mahessa mendekatinya, dengan memanfaatkan kematian Yasa."Baiklah, saya pikir, pengakuan saya tadi cukup jelas," ucap Vanessa seraya bangkit dari duduknya, wanita itu berniat untuk pergi. "Saya hanya ingin menegaskan pada Anda, bahwa ini adalah pertemuan pertama kita sekaligus pertemuan terakhir juga. Permisi."Setelah kepergian Vanessa, Mahessa mengamuk di dalam resto dengan membanting apa saja yang bisa dia banting dan hancurkan.Hingga setelah amarahnya reda, Mahessa pun memanggil asisten pribadinya untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai asal-usul Vanessa dan Vanilla.Sebab, yang Mahessa ingin ketahui kebenarannya adalah, siapa di antara dua wanita kembar itu yang merupakan bocah perempuan yang biasa dipanggil Yasa dengan sebutan Vi?Dan jika memang benar Vanila lah, wanita yang memiliki panggilan kecil Vi itu, maka, Mahessa akan memberi pelajaran berharga pada Vanessa yang sudah berhasil menipunya.Lihat saja, Nona, jangan sebut aku Mahessa jika tak mampu membuatmu bertekuk lutut di hadapanku untuk memohon ampun dan meminta maaf!Aku pastikan, kamu akan menerima ganjaran setimpal atas semua kebohongan yang sudah kamu lakukan terhadapku!Jalang brengsek!Maki Mahessa membatin.*****Suka?Jangan lupa vote dan koment ya... 🙏😘Untuk Vanilla dan VanessaTerima kasih sudah hadir dan menghiasi hari-hari Ibu dengan senyuman manis kalian.Ibu bangga memiliki kalian meski Ibu tahu bahwa kalian justru malu memiliki orang tua seorang pesakitan seperti ibu.Maaf untuk waktu yang terbuang karena Ibu yang tak bisa menjaga kalian dan menjadi sosok Ibu yang baik untuk kalian.Maaf atas semua kesalahan yang telah Ibu lakukan...Satu harapan Ibu saat ini hanyalah kalian bisa hidup rukun dan damai di masa depan nanti.Kalian bisa saling mendukung dan saling menghargai. Saling menyayangi dengan tulus dan saling mempercayai.Ibu tidak ingin melihat kalian hidup dalam permusuhan apalagi jika harus saling membenci satu sama lain.Jadikan kisah hidup Ibu sebagai pelajaran berharga.Jangan menjadi seperti ibu...Jangan menjadi seperti ibu...Jangan...Salam sayang, KenariIbu yang akan selalu menyayangi kalian...Vanilla dan Vanessa akhirnya selesai membaca isi surat Kenari.Air mata Vanilla saat itu sudah membanjir di pipi, ber
Langit malam ini berawan.Sesekali terdengar kilatan petir menyambar di kejauhan.Di sebuah rumah mewah yang terletak di pusat Jakarta, tengah terjadi pertemuan penting di mana seorang lelaki bernama Mahessa Anggara baru saja menyampaikan niat baiknya untuk melamar salah satu putri kembar dari cheff ternama Malik Indra Wahyuda, yang bernama Vanessa.Bahkan tidak hanya sekedar kata-kata saja, Mahessa pun membawa berbagai macam seserahan berupa barang-barang branded mewah yang nilainya jika ditotal bisa mencapai ratusan juta rupiah atau bahkan mendekati angka satu miliar."Anggara Grup itu adalah nama bisnis keluarga saya yang berpusat di Amerika, Om," jelas Mahessa saat itu. "Baru-baru ini kami membuka anak cabang di Indonesia, itulah sebabnya saya ada di sini sekarang," jelas Mahessa pada Malik. Sekadar meyakinkan lelaki berwajah brewok tipis itu bahwa Mahessa sudah mapan dan layak menjadi pendamping Vanessa.Bukankah, di dunia ini uang adalah modal utama untukmu meraih sesuatu?Itula
Hari berlalu.Begitu pun dengan badai hitam yang menyelimuti keluarga Malik sejak tragedi kematian Yasa lalu disusul kematian Kenari.Perlahan, masalah demi masalah yang menimpa keluarga sang Chef pun teratasi dengan baik.Bermula dari kesembuhan sang istri, Isna dan kondisi psikis sang putri tercintanya, Vanessa yang terlihat mulai bisa kembali tersenyum.Masih di kediaman Malik, dari arah kamar di lantai dua, terdengar suara percakapan sepasang suami istri."Nih yank, aku punya lima destinasi bulan madu terbaik rekomendasi dari Pak Beni di kantor. Dia punya teman yang buka jasa travel bulan madu di seluruh dunia. Dan lima negara ini menjadi tempat terlaris selama dua tahun belakangan yang banyak dikunjungi oleh para pengantin baru, kayak kita," jelas Wildan panjang lebar sambil menscroll layar ponselnya yang menampilkan gambar-gambar pemandangan indah di seluruh dunia, dia memperlihatkannya pada sang istri yang saat itu sedang membenahi pakaian karena malam ini mereka akan kembali p
Flashback On..."Coba tebak, kira-kira jenis kelamin anak kita apa ya, Yas?" Tanya Vanessa pada kekasihnya, Yasa.Malam itu mereka baru saja selesai bercinta.Sejak kepulangannya dari Paris, Yasa memang tinggal menetap di apartemen Vanessa karena lelaki itu tidak memiliki tempat tinggal.Hidup sebagai yatim piatu sejak kecil dan tak memiliki sanak saudara membuat Yasa tumbuh menjadi sosok lelaki yang mandiri dan pekerja keras. Meski semua yang dia kerjakan pada akhirnya tetap tak mampu membawanya pada taraf kehidupan yang lebih baik.Itulah alasan mengapa Yasa sempat berpikir untuk pergi dari kehidupan Vanessa karena dia merasa tidak cukup layak mendampingi Vanessa yang saat itu berprofesi sebagai model papan atas.Namun, Yasa menyesal telah menyakiti Vanessa karena nyatanya, cinta Vanessa terhadapnya begitu dalam. Bahkan Vanessa rela mengesampingkan karirnya demi mencari Yasa ke Paris.Lika-liku panjang cinta mereka sudah berhasil mereka lalui dan kini Yasa hanya perlu bersabar sedik
Masa setelah Prolog..."Tanda tangani ini sekarang!" Perintah Mahessa pada Vanessa dengan begitu to the point, saat lelaki itu baru saja sampai di dalam ruang rawat Vanessa."Apa ini?" tanya Vanessa bingung. Wajah pucatnya tampak semakin pucat terhitung saat dia melihat sosok Mahessa memasuki ruang rawatnya beberapa detik tadi.Kebetulan, Isna dan Malik baru saja pulang, sementara Vanilla dan Wildan yang akan menggantikan menjaga Vanessa di rumah sakit belum datang. Jadilah, Mahessa bisa dengan leluasa melakukan aksinya terhadap Vanessa di dalam sini.Aksinya untuk memaksa Vanessa menandatangani surat perjanjian pernikahan mereka."Kamu baru saja keguguran, jadi tak ada alasan bagi kita untuk menunda pernikahan, benar kan?" ucap Mahessa disertai sebuah senyuman miring khasnya.Vanessa melirik sebuah kertas di pangkuannya. Kedua rahang wanita itu mengeras seiring dengan buliran air mata yang perlahan jatuh menetes di pipinya."Ini pulpennya, Nona cantik," ucap Mahessa lagi seraya menyo
"Apa? Menikah? Dengan Mahessa?" Pekik Vanilla kaget saat Vanessa baru saja memberitahu keluarganya bahwa dia ingin mempercepat proses pernikahannya dengan Mahessa.Dua minggu sudah berlalu pasca dirinya keguguran dan kini kondisi kesehatan Vanessa sudah jauh lebih baik, itulah sebabnya dia pun lekas memberitahukan hal ini pada seluruh keluarganya."Kamu yakin, Nessa? Bukankah kamu sendiri yang bilang kalau kamu tidak menyukai Mahessa?" ucap Vanilla yang kini berhasil menarik Vanessa dari keramaian keluarganya yang masih berkumpul di ruang tengah kediaman Malik."Sejak awal saat Mahessa datang ke rumah ini untuk melamarku, aku sudah menerima lamarannya, hanya saja, aku memberinya syarat bahwa aku bersedia menikah dengannya selepas aku melahirkan. Tapi, sekarang aku bahkan sudah kehilangan anakku, jadi, tidak ada lagi alasan untuk kami menunda pernikahan," tutur Vanessa menjelaskan.Masih menatap Vanessa dengan penuh ketidakpercayaan, entah kenapa, Vanilla merasa bahwa Vanessa tengah me
Malam pertama dalam sebuah pernikahan adalah hal terindah yang pastinya ditunggu-tunggu oleh setiap pasangan yang baru saja melangsungkan pernikahan.Menunjukkan rasa cinta melalui sentuhan jemari lembut, pagutan mesra di bibir, pelukan hangat hingga akhirnya mencapai titik klimaks bersama.Sungguh akan menjadi hal baru bagi semua pasangan yang tengah dimabuk asmara.Sayangnya, hal tersebut tidak dirasakan oleh Vanessa dan Mahessa yang memang menikah dengan tujuan lain yang sudah mereka sepakati bersama.Bunga mawar merah yang bertaburan di atas seprai putih di dalam kamar pengantin keduanya, menambah kesan romantis yang menggairahkan. Belum lagi lilin-lilin kecil aromatherapy yang terletak di beberapa titik ruangan. Menambah harum semerbak ruangan bernuansa putih gading itu.Balon-balon berbentuk hati bergelantungan bebas di langit-langit kamar membentuk sebuah tulisan "Selamat Menempuh Hidup Baru".Melihat semua itu, seketika hati Vanessa terenyuh. Bukankah, seharusnya dia merasa ba
"Cepat mandi! BERSIHKAN TUBUH KOTORMU ITU!" Perintah Mahessa saat itu.Lelaki itu melangkah cepat keluar menarik pintu kamar mandi dan menutupnya dengan sebuah bantingan keras.Tak sampai di situ, Mahessa terus saja melangkah hendak keluar dari dalam ruangan yang menjadi kamar pengantinnya dengan Vanessa, namun saat selangkah lagi kakinya itu benar-benar keluar dari kamar tersebut, Mahessa menahan gerakannya.Tak ingin memancing kecurigaan orang lain jika sampai melihat dirinya wara-wiri di luar, padahal ini adalah malam pertama pernikahannya dengan Vanessa.Alhasil, Mahessa hanya bisa mengesah pasrah dan kembali masuk ke dalam kamar setelah lagi-lagi dia membanting pintu dengan sangat keras.Melepas pakaiannya satu persatu hingga dia tak mengenakan atasan apa pun lagi. Meraih sebuah botol minuman beralkohol di dalam lemari pendingin lalu menenggaknya dengan cepat.Sebisa mungkin Mahessa berusaha menetralkan emosi yang kian menyiksa setiap kali otaknya harus dipaksa berputar membayang