Share

9. PERNIKAHAN

"Apa? Menikah? Dengan Mahessa?" Pekik Vanilla kaget saat Vanessa baru saja memberitahu keluarganya bahwa dia ingin mempercepat proses pernikahannya dengan Mahessa.

Dua minggu sudah berlalu pasca dirinya keguguran dan kini kondisi kesehatan Vanessa sudah jauh lebih baik, itulah sebabnya dia pun lekas memberitahukan hal ini pada seluruh keluarganya.

"Kamu yakin, Nessa? Bukankah kamu sendiri yang bilang kalau kamu tidak menyukai Mahessa?" ucap Vanilla yang kini berhasil menarik Vanessa dari keramaian keluarganya yang masih berkumpul di ruang tengah kediaman Malik.

"Sejak awal saat Mahessa datang ke rumah ini untuk melamarku, aku sudah menerima lamarannya, hanya saja, aku memberinya syarat bahwa aku bersedia menikah dengannya selepas aku melahirkan. Tapi, sekarang aku bahkan sudah kehilangan anakku, jadi, tidak ada lagi alasan untuk kami menunda pernikahan," tutur Vanessa menjelaskan.

Masih menatap Vanessa dengan penuh ketidakpercayaan, entah kenapa, Vanilla merasa bahwa Vanessa tengah menyembunyikan sesuatu.

"Apa lelaki itu mengancam mu, Nessa?" tanya Vanilla dengan tatapan penuh menyelidik.

Sebagai seorang saudara kembar yang identik, Vanilla tentu paham betul bagaimana perangai Vanessa sejauh ini.

Saudara kembarnya itu dulu memang sangat liar.

Menjalani profesinya sebagai seorang model majalah dewasa dan nama yang cukup dikenal masyarakat luas, Vanessa tentu menjadi incaran banyak lelaki hidung belang yang haus akan belaian.

Dan kehidupan Vanessa yang bebas memudahkan para lelaki itu menjamah Vanessa dengan begitu leluasa.

Bahkan, Vanessa sendiri yang mengaku pada Vanilla bahwa dia tidak tahu berapa banyak jumlah pria yang sudah pernah tidur dengannya dahulu.

Hingga takdir mempertemukan Vanessa dengan Yasa, sikap liar Vanessa dengan segala gemerlap dunia malamnya perlahan berubah.

Bukan hanya berhenti minum dan Clubbing, Vanessa bahkan menolak tawaran baru menjadi foto model di majalah dewasa setelah masa kontraknya selesai.

Kehidupan Vanessa yang bebas dan liar mulai membaik berkat kehadiran Yasa dan sejak saat itulah, Vanilla tahu bahwa sosok Vanessa yang dikenalnya kasar, keras kepala dan mudah bergonta-ganti pasangan ternyata memiliki perasaan yang begitu halus dan lembut.

Vanessa luluh akan pesona Yasa, itulah sebabnya, pihak keluarga sangat menyambut baik hubungan mereka saat itu, meski, pada akhirnya, semua berjalan tak sesuai harapan setelah insiden mengerikan itu terjadi menimpa Yasa.

Yasa yang malang.

"Tak ada yang mengancamku, Nil," ucap Vanessa membuyarkan lamunan Vanilla. "Aku menerima Mahessa karena aku memang menyukainya. Terlebih, dia mengemban amanat dari Yasa untuk menjagaku," beritahu Vanessa kemudian agar Vanilla percaya padanya. Meski, dia harus berbohong.

"Jadi, Mahessa mengenal Yasa?" tanya Vanilla yang kembali terkejut.

"Ya, Mahessa itu saudara Yasa. Awalnya dia datang ke Indonesia karena ingin menghadiri acara pernikahanku dengan Yasa, tapi..." seketika dada Vanessa terasa sesak setiap kali mengingat tentang rencana pernikahannya yang kandas dengan Yasa.

Tahu bahwa Mahessa ternyata adalah saudara dari Yasa, perlahan tapi pasti, kecurigaan Vanilla pun memudar dan tergantikan dengan senyum sarat kelegaan.

Meraih Vanessa ke dalam pelukannya, Vanilla pun berkata, "jika memang itu sudah menjadi pilihanmu, dan kamu merasa nyaman dengan Mahessa, aku tentu akan mendukungmu, Nes. Kenapa kamu baru mengatakan sekarang kalau Mahessa itu ternyata saudara Yasa?"

"Mahessa yang memintanya untuk tidak memberitahukan hal itu karena dia tak ingin kalian berpikir, bahwa dia menikahiku karena terpaksa atas permintaan Yasa. Mahessa bilang, dia melamarku, karena dia memang tulus mencintaiku," aku Vanessa yang lagi-lagi terpaksa mengatakan sebuah kebohongan besar.

Vanilla melepas pelukannya dan menyeka air mata di sudut mata Vanessa. "Syukurlah kalau memang begitu kenyataannya. Aku bisa tenang sekarang."

Vanessa membalas senyuman hangat Vanilla dan keduanya kembali berpelukan.

Tak ada pelukan ternyaman selain di bahu Vanilla untuk saat ini, karena Vanessa yang memang tak pernah dekat dengan sosok ibunya dahulu. Berbeda dengan Vanilla yang memang sangat dekat dengan almarhumah Kenari, ibu kandung mereka.

Maafkan aku, Nil.

Maafkan aku...

Aku terpaksa menikahi Mahessa karena aku ingin bertemu lagi dengan Yasa, meski aku tahu, apa yang aku lakukan ini pasti akan berimbas buruk pada hubungan pernikahanmu dengan Wildan...

Maafkan aku...

Gumam Vanessa membatin dengan segala ketidakberdayaannya.

*****

Dua minggu berlalu setelah Vanessa mengumumkan rencana pernikahannya dengan Mahessa yang ingin dia percepat, kini, hari ini, pernikahan itu pun benar-benar terealisasikan.

Pernikahan Mahessa dan Vanessa berjalan lancar setelah keduanya mengikrar janji suci di hadapan Tuhan dan seluruh keluarga yang hadir.

Resepsi mewah pun digelar di sebuah aula hotel berbintang lima di pusat Jakarta dengan ribuan tamu undangan yang datang, di mana kebanyakan dari mereka adalah warga negara asing karena sebelum ini Mahessa memang menetap di Amerika dalam waktu yang cukup lama.

Itulah sebabnya, kebanyakan orang terdekat Mahessa adalah warga negara Amerika asli.

Dan satu kejanggalan yang terjadi tampak jelas dalam pernikahan tersebut adalah, ketika banyak orang mempertanyakan mengenai keberadaan kedua orang tua mempelai pria. Bahkan saat itu, orang terdekat dari pihak lelaki yang datang hanyalah lelaki bernama Jacob yang Mahessa katakan bahwa dia adalah paman Mahessa dari Amerika.

"Bukankah kamu sudah berjanji akan mendatangkan kedua orang tuamu hari ini? Kenapa hanya pamanmu saja yang hadir?" Tanya Vanessa saat mereka memiliki kesempatan berbicara di pelaminan. Vanessa yang terlihat anggun dalam balutan gaun megah nan mewahnya. Rambutnya yang bergelombang panjang tersanggul rapi dengan mahkota bertahtakan berlian di atas kepalanya. Vanessa terlihat bak putri dari negeri dongeng di atas singgasana pengantinnya bersama Mahessa. Mereka tampak serasi satu sama lain.

"Mereka sibuk," jawab Mahessa singkat, padat dan jelas. Bahkan tanpa dia mengalihkan pandangannya sedikit pun ke arah Vanessa.

Tatapannya sibuk meneliti satu persatu tamu yang hadir seperti mencari-cari seseorang di sana. Sebab sejak tadi dirinya tak melihat keberadaan Vanilla di ruangan besar nan luas itu.

"Kenapa Vanilla tidak hadir di sini? Padahal sewaktu kita mengucap ijab kabul tadi, dia ada," tanya Mahessa pada akhirnya. Kalimat itu meluncur begitu saja dari bibirnya tanpa melihat situasi.

"Aku tidak tahu," jawab Vanessa yang entah kenapa jadi kesal dengan sikap tak acuh Mahessa terhadap dirinya.

Persiapan pernikahan yang berlangsung singkat selama dua minggu belakangan ini membuat intensitas kedekatan yang terjalin di antara Vanessa dan Mahessa lebih terasa karena Mahessa yang memang selalu melibatkan Vanessa dalam memutuskan segala hal mengenai konsep pernikahan mereka.

Meski kedekatan itu hanyalah sandiwara belaka, namun Vanessa mulai bisa menebak-nebak orang seperti apa sosok Mahessa ini.

Kemesraan yang mereka perlihatkan di depan banyak orang memang akan sirna saat mereka hanya berdua. Sikap dingin Mahessa selalu mendominasi seolah tak mengizinkan Vanessa untuk mengenal sosoknya lebih dekat.

Itulah sebabnya, sampai detik ini, Vanessa masih bingung dengan apa alasan yang membuat Mahessa melakukan semua ini hanya demi seorang bocah perempuan yang telah menolong Yasa?

Ya, yang Vanessa tahu, bocah lelaki yang dibakar hidup-hidup di lapas berpuluh tahun silam itu adalah Yasa. Kekasihnya yang entah sebenarnya masih hidup atau sudah mati, semuanya belum jelas bagi Vanessa.

Lantas, jika memang Mahessa mengakui bahwa bocah lelaki yang terbakar itu adalah saudaranya, itu artinya Mahessa dan Yasa memiliki hubungan keluarga? Tapi, jika benar Yasa adalah saudara Mahessa, lalu kenapa Mahessa malah melakukan hal ini pada Yasa dan juga Vanessa? Padahal jelas-jelas dia tahu bahwa Yasa dan Vanessa saling mencintai.

Sungguh, Vanessa benar-benar tak habis pikir dengan sosok lelaki yang kini sudah resmi secara hukum dan agama menjadi suaminya itu.

Latar belakang kehidupan Mahessa masih penuh dengan misteri. Begitu juga dengan alasan Mahessa menginginkan bocah perempuan itu. Apa sebenarnya yang Mahessa inginkan dari sosok Vi?

Dan memikirkan semua itu, pada akhirnya hanya bisa membuat kepala Vanessa pusing!

Resepsi pernikahan selesai sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan. Rasa lelah dan penat menggelayuti semua pihak keluarga termasuk kedua pasangan pengantin.

Vanilla yang baru kelihatan batang hidungnya beberapa jam sebelum resepsi usai, tampak semringah membantu Vanessa berjalan menuju kamar pengantin, sementara di belakang tak jauh dari mereka, tampak Mahessa dan Wildan mengikuti.

"Kamu dari mana saja Nilla? Kenapa baru kelihatan?" Tanya Vanessa pada saudara kembarnya itu.

Vanilla mengulum senyum lalu tercengir lebar. Menggigit bibir bawahnya menahan kebahagiaan. "Sebenarnya, aku hamil," beritahu Vanilla berbisik.

Kedua bola mata Vanessa terbelalak kaget. "Serius?"

Vanilla mengangguk cepat, menoleh ke belakang sejenak sekadar memastikan kalau kedua lelaki di belakang sana tak mendengar percakapan mereka. "Sudah masuk enam minggu," tambahnya lagi dengan cengiran lebar. "Tadi, aku pusing makanya aku mengasingkan diri untuk beristirahat di kamar hotel."

Vanessa jadi ikutan menoleh ke belakang. Tahu gelagat Vanilla, Vanessa pun berkata, "jangan bilang, kamu merahasiakan ini dari Wildan?"

"Minggu depankan, aku mau berangkat berbulan madu ke Swiss dengan Wildan, niatnya, aku mau memberitahu kabar baik ini di sana saja nanti."

"Hmm, dasar! Kabar bahagia jangan terlalu lama disembunyikan, tidak baik!"

"Iya, aku juga sudah tidak sabar untuk memberitahu Wildan, kira-kira, bagaimana ekspresinya kalau dia sampai tahu?" Vanilla kembali berbisik dan sesekali tertawa kecil.

"Ya pastinya dia akan sangat bahagia, Nil! Aku juga turut bahagia mendengarnya. Selamat ya?" Vanessa memeluk Vanilla saat keduanya sudah sampai di depan kamar hotel milik sang pengantin baru.

"Kamu lekas menyusul, siapa tahu kita bisa melahirkan bersama-sama, hahaha."

Mendengar candaan Vanilla yang konyol, harusnya Vanessa tertawa, hanya saja, hal itu tidak terjadi mengingat kini nasib rumah tangga Vanilla sedang berada di ujung tanduk.

Dan semua itu bermula, karena kesalahan Vanessa sendiri.

Vanessa benar-benar tidak tahu harus melakukan apa sekarang?

Hanya ada dua pilihan yang bisa dia tempuh untuk menyudahi masalah yang timbul sebab ulahnya saat ini.

Hal yang bisa dia lakukan untuk menyelamatkan pernikahan Vanilla dan Wildan dari jurang kehancuran akibat kebodohannya sendiri.

Dan pilihannya adalah...

Berkata jujur pada Mahessa tentang siapa sebenarnya bocah perempuan yang menolong Yasa, atau...

Berusaha membuat Mahessa benar-benar jatuh cinta padanya.

Hanya itu!

Sayangnya, Vanessa tak tahu mana yang harus dia pilih dari dua hal tersebut, karena kedua hal itu memang teramat sulit untuk dilakukan.

*****

Yang suka, ayo diserbu dengan Vote dan komentnya ya...

Salam Herofah...

Komen (6)
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Benar berarti bahwa Vanessa adalah bocah yg di lapas yg di panggil Yasa Vi...dan Yasa sebenarnya adalah Mahessa
goodnovel comment avatar
Little Mermaid
emang nessa itu adalah vi mbak...wktu itu ngelak bilang bukan vi n ngaku ke mahessa kalo vi itu vanilla, padahal vi itu ya emang vanessa
goodnovel comment avatar
Little Mermaid
menunggu besooook...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status