Share

Gairah Terlarang Sahabat Suamiku
Gairah Terlarang Sahabat Suamiku
Author: Otty A

Pandangan Pertama

"Dandan yang cantik. Kamu harus tampil sempurna hari ini. Aku ingin mengenalkanmu kepada temanku," ucap Rayhan sambil menoleh ke arah istrinya.

"Bukankah kita akan pergi ke danau, untuk bersantai bersama anak - anak?" tanya Sandra keheranan.

Rayhan menggelengkan kepala. 

"Tidak, kita akan mampir sebentar ke rumah temanku. Setelah dari sana, baru kita bisa pergi ke danau."

"Tapi Mas, aku malu. Untuk apa aku berkenalan dengan temanmu?" bantah perempuan berparas cantik tersebut.

"Kamu selalu mengajak aku berdebat! Dan membuatku marah! Aku hanya ingin mengenalkanmu saja, kepada temanku! Biar dia tahu, kalau aku memiliki istri yang cantik di rumah!" Rayhan bicara dengan nada meninggi.

"Memamerkan istrimu sendiri?" gerutu Sandra.

"Aku ini istrimu Mas, tapi kamu memperlakukan aku seperti barang yang dapat dibayar dengan selembar uang." Sandra bicara dalam hatinya.

Sandra menghela nafas panjang. Ia melanjutkan berdandan dan mewarnai bibirnya.

Selesai bersiap, mereka sekeluarga berangkat ke rumah Arya. Sepanjang perjalanan Sandra dan Rayhan tidak saling bicara. Hanya sesekali terdengar suara kedua anak mereka, sedang bersenda gurau.

Di rumah Arya, ia sendiri yang menyiapkan beberapa macam makanan untuk menjamu Rayhan dan keluarganya.

Arya adalah seorang duda, tampan, mapan dan terkenal royal. Umurnya 37 tahun, 3 tahun lebih tua dari Rayhan.

Di rumah, ia hanya tinggal sendirian saja. Jadi semua kegiatan membersihkan rumah, ataupun memasak ia lakukan sendiri.

"Ting! Tong!"

Suara bel pintu berbunyi. Arya bergegas membukakan pintu.

"Hai apa kabar? Ayo silahkan masuk."

"Aku menunggu di mobil saja ya." Sandra enggan turun dari mobil.

Rayhan tak menjawab, ia hanya melotot kepada istrinya. Sandra yang paham, kalau Rayhan tidak sependapat dengannya, hanya mampu mengikutinya dari belakang.

"Ayo mari silahkan duduk. Maaf rumah saya, masih kurang rapi. Maklum duda merana jadi ya beginilah," gurau Arya, disambut gelak tawa bebarengan oleh kedua sahabat itu.

"Ya makanya, ayo segera menikah! Enak ada yang menemani di rumah. Ada yang ngurus rumah juga," ujar Rayhan sambil melirik ke arah Sandra.

"Oh iya, kenalin ini istri aku!" Rayhan memperkenalkan Sandra kepada sahabatnya.

"Sandra!"

"Arya!"

Mereka berdua bersalaman. Dan saling memandang cukup lama.

"Mau aku buatkan teh hangat atau apa?" Arya bertanya kepada Sandra.

"Terserah saja Mas," jawab Sandra sembari tersenyum manis.

"Semua wanita itu istimewa dengan kata terserahnya. Karena terserah bisa berarti banyak hal berbeda."

Kata - kata Arya, membuat Sandra tersipu-sipu.

"Aku akan buatkan teh manis dengan sedikit es dan sentuhan Bungan mawar di atasnya, ya? Dan untuk anak anak, aku sudah siapkan ice cream coklat." Arya melanjutkan kalimatnya.

Sandra hanya mengangguk seraya tersenyum.

Wajah Sandra yang penuh senyuman, membuat Rayhan kesal.

"Kamu kenapa sih? Senyum senyum terus. Kamu salah tingkah ya?"

"Apa sih Mas? Salah tingkah seperti apa? Teman kamu menawarkan aku minum. Apa aku harus cemberut, saat ia bertanya padaku?" Sandra mengelak.

Tak butuh waktu lama, Arya kembali dengan membawa banyak makanan dan minuman.

"Wah banyak sekali yang dibawa ke sini?" tanya Rayhan.

"Banyak? Ah nggak lah, ini hanya sedikit. Cemilan untuk anak anak. Dan untuk kita bertiga."

"Saat ada sesuatu yang istimewa menghampiri, jangan abaikan ataupun di sia - siakan. Sebab kesempatan kedua, mungkin saja tidak akan ada lagi," ucap Arya sembari menyodorkan segelas teh mawar kepada Sandra.

"Terima kasih," ucap Sandra.

Jari jemari mereka yang tak sengaja bersentuhan, membuat kedua orang tersebut seperti merasa tersengat listrik. Keduanya menundukkan wajah dengan pipi yang memerah.

"Pa, lihat itu! Ana menumpahkan es nya. Bajunya kotor!" Levin memegang tangan Sang Ayah.

Rayhan mengambil tissue dan langsung membersihkan baju putrinya yang kotor.

"Arya, aku pinjam toilet sebentar," ucap Rayhan.

"Tentu saja. Letak toilet ada di ujung kamar pertama sebelah kanan. Sebentar aku siapkan handuk," jawab Arya penuh perhatian.

"Ma, Levin lapar Ma, Om Arya nggak ada mie goreng atau nasi goreng gitu?" Si kecil berbisik.

"Nanti saja kita makan di luar. Om Arya sibuk. Jangan membuatnya bertambah sibuk," jawab Sandra kepada anak sulungnya.

Arya yang mendengar ini, langsung menawarkan mereka untuk makan siang.

"Sebentar ya Levin. Om Arya sudah siapkan makan siang, untuk kita semua."

Sandra melirik tajam ke arah putra sulungnya.

"Levin jangan minta macam - macam."

Arya dan Sandra sering mencuri pandang. Saat mereka saling menatap, keduanya tersipu malu. Di mata Arya, Sandra adalah wanita yang sangat cantik.

"Kecantikan tidak hanya bicara tentang penampilan fisik tapi juga tentang hati dan perilaku. Kesederhanaan Sandra sungguh mempesona." Arya bicara dalam hati.

"Akhirnya selesai. Tapi tertinggal warna coklat di baju Ana." Rayhan menggendong Ana berjalan menuju tempat Arya dan Sandra duduk.

"Tidak masalah Mas, besok biar aku cuci menggunakan pemutih," jawab Sandra.

"Ah iya benar. Besok cuci baju itu dengan pemutih pasti nodanya menghilang." Arya ikut bicara.

"Kecuali luka di dalam hati, meninggalkan bekas yang entah kapan akan menghilang," gumam Sandra dalam hati.

"Ya sudah.. Ayo kita makan siang bersama."

"Makan siang? Siapa yang memasak?" tanya Rayhan dengan nada mengejek.

"Aku membelinya di warung depan rumah. Rasanya mantap kok."

"Tapi jika dibandingkan dengan masakan rumahmu mungkin rasanya sedikit berbeda." Arya meneruskan kata katanya.

"Ah tentu saja. Istriku pandai memasak. Dia membuat menu yang berbeda setiap harinya. Kami tak pernah makan di luar. Karena itu boros," ucap Rayhan dengan bangganya.

"Jika istrimu sakit? Apakah ia akan tetap memasak untuk kalian?" Arya penasaran.

 "Ya itu kan sudah kewajibannya. Awas saja jika dia berani membantah." Rayhan menjawab dengan wajah serius.

"Kewajiban wanita itu mendidik anak anaknya untuk memastikan akhlak dan perilaku setiap anaknya baik dimata dunia dan Sang Pencipta," celetuk Arya.

"Kalau hanya soal makan, beli juga bisa." Arya bicara lagi.

Jawaban Arya membuat Rayhan geram.

"Ya terserah akulah. Sandra itu kan istriku."

Sandra yang merasa tidak enak hati, mencoba mencairkan suasana yang tampak memanas.

"Sudah - sudah jadi makan atau mau berdebat? Itu lihat lalatnya mulai makan lebih dulu." 

Mereka bertiga menuju ke ruang makan diikuti oleh Levin dan Ana

Levin mengambil ayam goreng kesukaannya. Sedangkan Rayhan makan sambil menyuapi putrinya.

"Biar aku saja yang menyuapi Ana," ucap Sandra.

"Tidak! Kamu makan saja. Biar aku yang menyuapi putriku."

Meskipun tempramental dan suka memukuli istrinya, Rayhan adalah sosok Ayah yang penyayang bagi kedua anaknya. Wajahnya tampan namun garang, ia angkuh dan senang memerintah. Itulah watak Rayhan yang membuat Sandra tidak nyaman menyandang status sebagai 'Nyonya Sandra Rayhan Wijaya'.

Rayhan menyodorkan tissue kepada istrinya.

"Untuk apa Mas?" 

"Pipimu kotor. Makan dengan hati hati."

Sandra mengambil tissue yang diberikan oleh suaminya dan segera membersihkan pipinya yang kotor.

Namun apa yang dilakukan oleh Sandra, malah membuat noda makanan makin melebar ke mana mana.

Secara reflek, Arya mengambil tissue bersih lain dan langsung membantu Sandra membersihkan wajahnya.

Rayhan melotot hingga kedua bola matanya hampir keluar dari tempatnya melihat apa yang dilakukan Arya pada istrinya.

"Mas, apa yang kamu lakukan?" Sandra gemetaran. Ia takut suaminya memukulnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status