Share

BAB 6 Nak, Kamu Terlalu Banyak Berpikir

Setelah berjalan beberapa saat, Li Jianli dan Xue Nuan akhirnya tiba di depan Gerbang Desa Xueda. Meskipun desa mereka bersebelahan, ini adalah kali pertama Li Jianli datang ke desa ini. Dia bahkan harus mencuri-curi waktu untuk mencari buah-buahan liar demi sekedar mengisi perutnya. Bagaimana dia bisa memiliki waktu untuk berjalan-jalan?

Desa Xueda terlihat lebih miskin daripada Desa Weida. Meskipun sama-sama membuat rumah dari tanah Lumpur, namun rumah-rumah di Desa kondisinya jauh lebih memprihatinkan dan bobrok.

Keduanya berjalan hingga mereka tiba di depan sebuah rumah. Rumah Xue Nuan berada di sisi paling timur desa. Rumah itu hanya memiliki 1 bangunan dan juga sepetak kecil ladang sayur.

"Li'er, aku harap kamu tidak keberatan," kata Xue Nuan terlihat tidak enak.

"Kakak, apa maksudmu? Ini jauh lebih baik daripada tidur di dalam hutan!" hibur Li Jianli. 

"Ibu, kamu sudah kembali!" Sesosok anak kecil berlari keluar dari dalam rumah. Dia terlihat berumur sekitar 2 tahun. Anak kecil itu berbadan kurus. Dia memiliki kulit dan rambut yang kekuning. Benar-benar terlihat seperti anak yang kekurangan gizi.

"Baobao, sapalah Bibi Jianli," kata Xue Nuan.

Xue Bao baru menyadari kehadiran Li Jianli ketika Xue Nuan menyebutkannya. Dia menoleh, lalu tersenyum hingga matanya berbentuk bulan sabit, "Bibi Jianli!"

"Aih, lihatlah Baobao. Dia sangat pintar," puji Li Jianli. Dia maju untuk mengacak-ngacak rambut Xue Bao.

Xue Bao tidak keberatan sama sekali. Dia sudah bertemu Li Jianli beberapa kali, jadi dia tidak merasa asing dengannya.

"Bibi Jianli, apa yang sedang kamu lakukan di sini? Apakah kamu datang untuk bermain denganku?" tanya Xue Bao dengan tatapan mata yang polos.

"Baobao, mulai sekarang, Bibi akan tinggal dengan kita. Bagaimana menurutmu?" tanya Xue Nuan.

"Benarkah?" Mata Xue Bao berbinar terang ketika melihat ke arah Li Jianli. 

Li Jianli hanya bisa tersenyum. Dia bingung bagaimana harus menjawab Xue Bao. Mereka belum mendapatkan izin dari Jing Yue.

Berbeda dengan Li Jianli, Xue Nuan sangat percaya diri dengan pernyataannya. Dia sangat mengenali kepribadian mertuanya yang sangat baik hati. Dia yakin, wanita tuanya tidak mungkin menolak Li Jianli. Apalagi ketika mendengar apa yang terjadi kepadanya.

"Bibi Jianli, ayo kita pergi bermain. Aku akan menunjukkan kepadamu cara meniup rumput!" Xue Bao segera menggandeng tangan Li Jianli dan berusaha menariknya pergi.

"Baobao, sebentar." Xue Nuan segera bergegas menangkap Xue Bao dan mencegahnya untuk menarik Li Jianli pergi. "Ibu dan Bibi Jianli masih ada hal yang harus kami bicarakan dengan Nenek. Kamu pergilah bermain sebentar dengan Xin Hu, aku akan memanggilmu ketika makan malam siap."

Xue Bao sangat kecewa ketika mendengar perkataan ibunya. Dia menoleh untuk menatap Li Jianli dengan sorot mata yang terlihat menyedihkan, "Bibi, maukah kamu bermain denganku besok?"

"Tentu saja! Aku akan membawamu pergi bermain besok!" jawab Li Jianli.

Xue Bao berlari pergi dengan bahagia ketika dia mendengar janji Li Jianli.

"Ayo masuk, aku akan mengajakmu menemui Ibu," ajak Xue Nuan.

Li Jianli mengikuti Xue Nuan berjalan mengitari rumah hingga mereka tiba di sisi belakang bangunan. Xue Nuan mendorong pintu kayu yang tampak sangat lapuk dan masuk ke dalamnya.

Ketika Li Jianli tiba di dapur, itu terlihat seperti dapur pedesaan pada umumnya. Ada sebuah tungku besar, tumpukan kayu bakar, dan beberapa guci yang dipergunakan untuk menyimpan bahan makanan. Ada sebuah meja makan kecil di tengah dapur dengan 3 buah kursi yang tampak reot.

 Di pojok dapur, terlihat seorang wanita sedang sibuk membersihkan sayur-sayuran liar.

"Nuan'er, apakah kamu sudah kembali?" Jing Yue menoleh ketika mendengar suara derit pintu. Dia terkejut ketika melihat Li Jianli yang berdiri di belakang Xue Nuan.

"Ibu, aku kembali," sapa Xue Nuan.

"Bibi Jing, apa kabar?" sapa Li Jianli.

"Li'er, kamu datang!" Jing Yue tersenyum senang ketika melihat sosok Li Jianli. "Masuklah. Di luar sangat panas, minumlah air dulu."

Jing Yue mengambil sebuah gelas yang tampak sudah retak. Dia buru-buru mengisinya dengan air.

"Bibi Jing, jangan merepotkanmu," kata Li Jianli seraya bergegas mendekatinya. Namun Li Jianli selangkah lebih lambat. Jing Yue sudah mengisi gelas dengan air dan menyerahkannya kepada Li Jianli. 

"Tidak apa-apa," kata Jing Yue lembut. Dia menoleh ke arah Xue Nuan dan menatapnya dengan lembut, "Nuan'er, datang dan minumlah air. Kamu pasti lelah juga setelah seharian mencari sayuran liar."

"Terima kasih, Ibu." Xue Nuan tidak menolak dan berjalan untuk mengambil air. Dia selalu nyaman dalam perawatan ibu mertuanya ini. Setelah beberapa saat, dia meletakkan gelas dan menarik pergelangan tangan Jing Yue untuk duduk. "Ibu, ada sesuatu yang ingin kami bicarakan."

Jing Yue menatap wajah Xue Nuan. Menantunya ini selalu pendiam dan lembut. Dia adalah menantu yang sangat berbakti. Bahkan, saat putranya meninggal dunia, menantunya ini menolak untuk kembali ke rumah keibuannya dan lebih memilih untuk menemaninya yang sebatang kara. Dia berkata kalau kedua orang tuanya masih memiliki kakak dan kakak iparnya. Namun Jing Yue hanya memilikinya dan Xue Bao. Hal inilah menambah rasa sayang yang ada di dalam hatinya.

Ketika Jing Yu melihat Xue Nuan yang menatapnya dengan tatapan yang sangat serius, dia mau tidak mau merasa sangat penasaran. "Nuan'er, ada apa?"

Xue Nuan mulai menceritakan apa yang terjadi pada Li Jianli. Di sisi lain, Li Jianli merasa sangat tidak enak hati. Dia bersumpah di dalam hatinya. Andai keluarga ini memperlakukannya dengan baik, dia, Li Jianli, pasti akan membalas budi berkali-kali lipat!

Setelah beberapa saat, wajah Jing Yue berubah hitam, "dasar keluarga yang tidak berperasaan! Bagaimana bisa ada manusia-manusia tidak bermoral seperti mereka?" Dia lalu menoleh dan menatap Li Jianli. Tatapannya berubah lembut, "Nak, selama kamu tidak keberatan dengan kemiskinan kami, tinggallah di sini."

"Bibi Jing, apa yang kamu katakan?" tanya Li Jianli terkejut. "Aku benar-benar tidak keberatan. Aku hanya takut akan merepotkan kalian."

Jing Yue tersenyum dan menepuk lembut punggung tangan Li Jianli, "Nak, kamu terlalu banyak berpikir."

Li Jianli merasa pandangannya sedikit kabur dan hidungnya terasa masam. Dia menundukkan kepalanya dan merasa hangat di dalam hatinya, "Bibi Jing, Kakak Nuan, terima kasih."

"Baiklah, baiklah. Kamu akan tidur bersama dengan Nuan'er. Biarkan Baobao tidur denganku malam ini," kata Jing Yue.

Xue Nuan tertawa kecil ketika mendengarnya, "Baobao pasti akan merasa sangat senang!" 

"Baiklah. Sekarang kalian berdua, bantu aku menyiapkan makan malam," kata Jing Yue. Dia segera berjalan menuju salah satu kendi yang berada di pojokan dapur lalu membukanya. "Untuk hari istimewa seperti ini, kita harus memasak bubur nasi."

"Bibi Jing, itu tidak perlu," kata Li Jianli berusaha menghentikan tindakan Jing Yue. Dia tahu betapa berharganya beras di era ini. 

Rata-rata, keluarga miskin hanya akan membuat bubur nasi encer ataupun beras yang ditumbuk dengan jagung kering yang sangat banyak. Perbandingannya sangat jelas hingga kamu bahkan tidak bisa merasakan rasa nasi di dalam olahan itu.

"Tidak apa-apa. Li'er, pergi dan bantu Kakakmu membersihkan sayuran liar," kata Jing Yue tanpa bisa dibantah. Dia merasa sangat senang di dalam hatinya. Dengan adanya Li Jianli di sini, rumah mereka akan semakin hidup.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status